32 - Pengakuan

531 39 6
                                    

Piridinggg

JANGAN lupa voment nya yorobun








"Leo, kita mau kemana sih sebenernya??" Aleeta berteriak tepat di telinga Leo.

Meskipun pria itu mengenakan helm fullface, tetap saja suara cempreng Aleeta membuat gendang telinganya serasa mau pecah.

"Sayang, diem ya. Gausah bawel, bentar lagi sampe nih gausah brisik. Oke?" Leo sudah bosan mendengar pertanyaan gadis kecil yang itu-itu saja.

Aleeta memutar bola matanya. "Awas aja macem-macem." Gadis itu mencubit pinggang Leo membuat Leo berjengit. Mereka pun terkekeh selama motor putih itu melesat dijalanan.

"Loh?? ini tempat apaan?" Aleeta mengedarkan pandangannya ketika motor sport itu perlahan memelankan lajunya.

"Sirkuit sayang."

"H-hah?? Lo-"

"Iya! gue mau balapan." ucap Leo memotong perkataan Aleeta. Gadis itu sontak melotot mendengar ucapan Leo.

"LO!-"

"Sama temen kok, tenang aja."

"Tapi-"

"Temen gue anak baik anak soleh gausah khawatir."

Aleeta yang ucapannya lagi-lagi terpotong itu memukul keras punggung Leo membuat empunya mengaduh.

"Dengerin dulu kenapasih!" kesalnya.

"Hehehe iyaa! iya!"

"Jadi! Sejak kapan lo ikut-ikutan jadi anak motor kek gini hah?"

"Sejak lo ngejauh dari gue." Leo menatap lekat Aleeta dari kaca spionnya

"H-hah? Apa? Lo bilang apa barusan?"

"Hahah! Nggak! Tuh temen gue didepan." Ucap Leo.

Aleeta pun mengedarkan pandangannya ke depan. Seketika bola matanya hendak loncat keluar.

Bagaimana tidak? Saat ini ia mendapati sosok Agha menatapnya dengan tajam didepan sana. Seperti pria itu hendak menelannya utuh-utuh.

Gadis itu segera memalingkan wajahnya ketika motor Leo berhenti tepat di depan motor hitam Agha.

"Wooyy!! Lama banget lu!"

"Eh hai sob!"

"Aje gilee!! makin he'em ae lo tinggal di pasir!"

"Paris anjeng!"

Mendengar suara Leo yang menyapa teman-temannya, Aleeta pun mendongak. Sial, manik matanya bertemu dengan milik Agha. Kenapa dia menatapnya seperti itu?

Dan, satu hal yang Aleeta sadari. Ada Laura disampingnya. Membuat hatinya berdenyut nyeri. Ia tersenyum kecut lalu membalas tatapan yang tak kalah tajam ke arah Agha.

"Jadi ini alasan lo nolak ajakan gue?"

Agha dengan tatapan tajamnya membuka suara.

Dengan sekejap suasana menjadi hening. Atmosfer di sekelilingnya berubah menjadi panas dan dingin. Sahabat mereka yang mulanya bercengkrama kini diam menatap sang pemilik suara. Termasuk Leo.

Aleeta yang menyadari pertanyaan pria bengis itu untuk dirinya, ia menghela nafasnya.

"Harus banget gue jawab pertanyaan lo?" jawabnya dingin.

Agha mengeraskan rahangnya. Ia mengepal kuat-kuat.

"Ya, harus!" ia menekankan di setiap kata yang keluar dari mulutnya.

AGHATA  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang