14. hoodie

60 12 7
                                    

Hallo!

Apa kabar?

Selamat membaca :v

Enjoy❤

💋♡💋

Mentari kembali ke aktivitasnya, kembali bangun pagi menyiapkan sarapan dan bersekolah. Awan memang menyiapkan seorang pembantu tapi datangnya ketika Mentari sekolah, pekerjaan pembantunya hanya bersih-bersih, berkebun, masak makan malam.

Mentari diantar oleh supir Awan, seperti yang dikatakan Mentari 4 hari lalu, kerjaan Awan cuman tidur dan dandan. Jam tujuh beliau masih tidur, bangun terus pakai skincare gak heran jika keluarga mereka wajahnya pada mulus.

Hari ini hari Rabu, menggunakan rok putih pendek dengan atasan batik merah, itu seragam khas SMANING. Seragam dibaluti dengan hoodie oleh Mentari, kondisi fisiknya sekarang kurang sehat.

Hoodie abu-abu yang kebesaran sampai paha, sangat cocok dengan Mentari. Tangan yang hilan ditelah oleh lengan hoodie membuat Mentari terkesan imut.

"Dek," panggil seseorang kepada Mentari yang masih berada di gerbang.

"Kenapa? Ngapain kesini?" tanya Mentari.

"Mau ngasih ini." Jeno kakak sepupu Mentari datang dan memperlihatkan sebuah tespack yang bergaris dua merah.

"Siapa yang hamil?  Kak Jeno?" tanya Mentari tidak masuk akal, dari mana cowok bisa hamil?

"Ck, bukanlah ini punyanya Kak Ijah tuh," ucap Jeno menunjuk istrinya yang tersenyum didalam mobil.

Mentari tersenyum dan segera berlari menuju istri Jeno yang dipanggil Ijah tersebut. "Kakak hamidun? Yeah Tari punya keponakan," ucap girang Mentari, sebagain anak terakhir sesungguhnya Mentari berharap punya adik perempuan atau laki-laki yang gemas, lucu dan imut.

Langit datang menggunakan motor supra kesayangannya, dan berdeham pelan.

"Ngapain,Bang," sapa Langit kepada Jeno.

"Gak ada." Jeno meninggalkan Langit, Langit menatap Jeno berjalan ke arah mobil yang terdapat Mentari berpelukan dengan seseorang. Langit mengikuti Jeno dia penasaran siapa orang yang dipeluk Mentari?

Cewek? Siapa dia, dan itu yang dipegang Mentari punya siapa?. Langit menarik Mentari sehingga pelukan tersebut terlepas.

"Punya siapa?"

"Punya Kak Ijah."

"Yaudah Dek, Kakak pamit dulu yah dadah," pamit Ijah dan Jeno meninggalkan gerbang SMANIG.

"Masuk." Seperti orang yang berpacara normal, Langit dan Memasuki sekolah dengan bergandengan tangan. Hoodie yang sama-sama berwarna abu-abu tak ayal mereka dikira pasangan alay ataupun bucin.

"Mesal, suka gak sama albumnya?"

"Suka lain kali beliin pc nya tuan muda yah," jawab Mentari dengan tak tau diri malah minta sepotong photocard. Tanpa tanya, Langit tau siapa itu tuan muda.

Bel masuk telah berbunyi, jam pertama ialah pelajaran olahraga. Semua murid berganti seragam dengan kostim  olahraga. Tapi kali ini mereka berlatih sendiri dikarenakan gurunya berhalangan hadir.

"Main game dong," pinta Arif.

"Game apa?"

"Bola bekel aja gimana? Seru tuh!" Seru Safira. "Kebetulan gue lagi bawak."

"Dih kelas dua belas main kek gitu, gak level kek bocah," ucap cewek bernama Elvi si gadis alay 12 IPA 4, bagaimana tidak kini diatas kepalanya terdapat payung berwarna pink ditambah kipas angin mini ditangannya.

"Hiraukan saja dia," bisik Safira, mendapat anggukan dari semua orang.

Safira berlari menuju kelas mengambil bekel yang berada dalam tasnya, 30 siswa dibagia menjadi 5 yang dimana setiap timnya terdapat 6 orang. Bola memantul seiring lemparan pemain.

Permainan yang cukup seru, permainan dimenangkan oleh kelompok 2 yang berisi ketua kelas dan para antek-anteknya.

"Dah ganti pelajaran kita ganti seragam dulu," titah sang ketua kelas.

SMANIG menyiapkan sebuah loker bagi siswanya, setiap loker terdapat nomer masing-masing, kebetulan loker Mentari dan Langit berdampingan.

"Hoodie punya lu yang mana?" tanya Mentari kebingungan melihat dua hoodie abu-abu dengan model dan jenis kain yang sama, tertumpuk tepat  diatas loker.

"Entah, gue lupa gak pakek parfum tadi," ujar Langit.

"Lah sama." Andaikan hoodie tersebut diberikan parfum oleh pemiliknya, maka tidak susah untuk membedakan. Kan bisa ditemukan degan aroma badan? Mohon maaf hoodie tersebut baru dibeli dan dicuci dengan harum dertegen yang sama.

"Ambil acak aja udah, lu merem gue juga merem," kata Langit. Keduanya memejamkan mata dengan tangan yang meraih hoodie yang diatas loker, dengan tinggi Mentari 167 dan Langit 170 tidak menyulitkan mereka untuk mengambilnya.

Hoodie dengan aroma, ukuran, warna dan jenis kain yang sama, akhirnya berada digenggaman mereka. Asal kalian tahu hoodie yang diambil ternyata tertukar.

"Ayok ke kelas," ajak Langit mengandeng tangan Mentari.

🌻🌿🌻

To be continued

Sampai jumpa next part

Tertanda : orang yang berharap menjadi istri Chenle



Mentari  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang