21. calon mama

25 4 0
                                    

💋♡💋

Anton merupakan tipe pria yang selalu menepati janji, namun Anton juga tipe pria yang sering kali menghianati keseriusan perempuan. Malam ini Anton benar benar datang ke kediaman Marwa, mengajaknya menikah tanpa tau bahwa Marwa mempunyai suami, Marwa bukannlah janda kesukaan para pria, Marwa merupakan Istri dari pengangguran, tak ayal jika Marwa selingkuh dengan Anton hanya karena uang, buat kehidupan dan biaya perawatan anak tidak tau dirinya itu.

Marwa mempunyai seorang anak perempuan yang hidup sok kaya tanpa melihat keadaan ekonomi, Anggun Novida, namanya Anggun tapi sifatnya tidak lah Anggun.

"Pi, serius? Papi gak izin sama sekali ke nenek atau kakek," ujar Langit menghalangi Anton yang sudah siap berangkat.

"Apa sih! Minggir Papi nikah kamu juga enak punya Bunda baru." Anton sedikit menggeser tubuh Langit, agar tidak menghalangi jalannya.

Bunda baru? Hahaha segampang itu kah ucapannya? Sebaik-baiknya ibu tiri masih kalah dengan Ibu sendiri, dan bukan berarti Ibu tiri selalu jahat sperti sinetron.

Anton dan Langit menunggu didepan pintu kediaman Marwa, mengetok pintu dan kelurlah pria rambut putih namun wajah tetap segar tidak kelihatan tua.

"Cari siapa?"

Anton mengira orang yang membuka pintu ini merupakan, saudara kandung Marwa karena kemaren malam Marwa mengatakan padanya bahwa orang tuanya berada di Belanda mengurus perusahaan yang ada disana.

"Marwanya ada?"

Marwa muncul dibelakang pria tersebut, dan bertanya , "siapa, mas?"

Mereka berdua sama-sama terkejut, Marwa yang terkejut ketika melihat hadirnya Anton dan Anton terkejut karena melihat wajah Marwa yang berbeda jika ber-videocall.

Anton berlari dan langsung masuk dirumah sebelah Marwa, menyisakan kebingungan Langit, Marwa dan suaminya.

"Ada apa?" tanya suami Marwa. Langit bingung mau jawab apa.

"Gini, saya dari PT. Pakcepakjeder, aneh kan nama perusahaan saya? Sebenarnya ingin menangih hutang sebesar lima puluh ribu rupiah kepada Ibu Marwa, tapi setelah melihat wajah suaminya saya tidak jadi menagih." Langit mengucapkannya tanpa gugup. Alasan yang sangat tidak logis! Mana ada perusahaan dengan nama tersebut, terus uang sebesar 50.000 perusahaan tidak akan menagih sampai kerumahnya. Namun perkataan Langit dipercayai oleh suami Marwa.

Tanpa menunggu jawaban dari mereka berdua, Langit meninggalkan rumah tersebut dan melimpir ke rumah Mentari.

Sedangkan Anton dengan tak tau dirinya masuk kedalam rumah Mentari tanpa seizin tuan rumah.

"Siapa kamu," ucap Awan, melihat Anton yang memasuki rumahnya tanpa permisi.

"Maaf...maaf, tanpa seizin memasuki rumah kamu."

Awan melihat Anton sepenuhnya dia baru ingat bahwa pria didepannya ini merupakan Anton pria yang pernah dia ketemui di hotel saat Langit dan Mentari ketemu tidur di sana. 

"Gak ada sopan-santun." Anton yang tidak menghadap Awan langsung melihat Awan yang memangku laptop disofa.

Pengen membalas tapi ini memang salahnya, tanpa permisi memasuki rumah orang. Hampir saja Awan mengeluarkan kata-kata pedasnya jika tidak ada suara langit yang mengucapkan salam. "Assalamualaikum, ya ahli surga."

"Yah, pulang yuk," ajak Langit, Langit menarik lengan baju Anton. "Ayok yah, kan udah gak jadi ngelamar, bagus deh gak punya bunda baru," ucapnya dengan girang.

"Emm, Om. Mentarinya ada?" tanya Langit menhampiri Awan yang sedari tadi melihat percakapan kedua anak- bapak itu.

"Ada, lagi makan samperin gih," usir Awan. Dengan senang Langit menghampiri Mentari dimeja makan.

"Dorr." Langit menepuk pundak Mentari dan jangan lupa kata dor.

"Gak kaget... aku gak kaget," ucap Mentari, mengoyang-goyangkan pundaknya.

"Tar," panggil Langit.

"Tar," panggilnya lagi.

"Tar, Tari, Mentari. Ish budeg."

"TAR."

Mentari menghentikan makannya, menatap kesal pada Langit. "Apa sih! Orang lagi makan dipanggil mulu," ketusnya.

"Ya jawan dulu hm gitu, jangan kacangin gue gak spesial soalnya," jawab Langit asal.

"Hah? Kacangin gak spesial?"

"Iya, kan Martabak kalau di kasih kacang berarti spesial, kan gue gak spesial jadi gak usah dikacangin," ujarnya sambil ikut menyendokan nasi ke piringnya, setelah mendapat anggukan dari Mentari.

"Gak jelas ish, makan aja dulu baru ngomong."

Langit menurut dia tidak kembali berbicara, selain itu disaat makan memang gak boleh ngomong kan?

"Ada apa?" tanya Mentari ketika telah selesai makan.

"Gue... gue... gak jadi punya Bunda baru, ucapan lo udah terbukti."

"Bagus, Ayah lo sih gak percaya sama ucapan gue."

"Tar," panggil Langit.

"Hmm."

"Nikah yok."

💚💚💚





Mentari  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang