20. jangan tinggalin Langit!

39 5 0
                                    

Kematian Istrinya tidak membuat Anton merasa bersedih, justru dia sedikit bahagia karena tak lama lagi dia akan menikahi perempuan pujaannya.

Anton tidak pernah bertemu dengan Marwa nama selingkuhan Anton, mereka mengetahui wajah masing-masing sebatas videocall  itu pun tidak di WhatsApp melainkan di Instagram.

Sedangkan Langit, kini rebahan di kasurnya sambil mengingat kembali kenangan bersama Bundanya. Dia ikhlas namun kenangan yang sukar dilupakan membuat Langit kerap menangis sendiri. Tidak salah kan? Jika seorang cowok menangis?.

Bunyi ponsel yang berdering mengalihkan pikiran Langit.

"Halo, kenapa?"

"...."

"Iya gak pa-pa, kesini aja udah." Teman teman Langit kemarin hadir secara bersamaan, menyemangati dan menghibur Langit atas kemalangan yang ditimpa temannya.

...

Mentari turun dari mobil tepat didepan kediaman Langit. Jalan menunduk menghormati para tetua yang duduk lesehan diruang tengah.

"Permisi, Langitnya ada, Kak," tanya Mentari kepada perempuan yang umurnya berjarak 4 tahun.

"Telfon aja dulu dek, Langitnya ada diatas," jawab perempuan tersebut.

Mentari tersenyum sopan, lalu berkata, "baik, Kak. Terima kasih.

Anda
[Buruan gue ada diruang tengah]

Langit🌑
[Oke!]

Langit mengantongi ponselnya lalu turun kelantai bawah.

"Ke taman, yok," ajak Langit. Taman, berada dibelakang rumah Langit, bermacam-macam bunga dan pepohonan peninggalan Bundanya.

"Adem banget," gumam Mentari.

"Sini duduk."

"Cara lupain orang agar kenangannya gak nempel terus gimana sih," keluh Langit.

"Siapa yang dilupakan? Bunda?" tanya Mentari membuat Langit mengangguk. Mentari menghembuskan nafas kasar. "Jangan dilupakan, cukup dikenang paham gak? Gini lo gak usah berusaha buat lupain Bunda, cukup jalani seperti biasa, gua yakin banget walau gak ada sosoknya tapi lo merasa raganya masih disini kan?"

Langit terus mengangguk mendengar saran dari Mentari. Sering kali juga dia bertanya dengan kerandoman otaknya. Mentari adalah sinar disiang hari begitupun dengan Mentari seorang ini, aura positifnya membuat orang betah dan nyaman dengan dirinya.

"Udah dulu, gue mau bantu yang lain buat tahlilan," ujar Mentari sambil beranjak dari duduknya. "Mandi, biar seger. Muka kok lecek setrika dulu sana." Langit tersenyum mendengar perkataan Mentari.

"Tan, ada yang Mentari bisa bantu?" tanya Mentari kepada Tante Langit yang dari Bundanya.

"Eh? Siapa ini, cantik sekali. Kamu lap piring aja sama anak tante disana." Ara tante Langit, memuji Mentari dengan menujuk anaknya yang mengelap piring dan sendok.

"Hay, Kak," sapa Mentari ketika duduk disamping anak tante Ara.

"Hay juga, dua kali ketemu tapi gak tau namanya," ucapnya diiringi dengan kekehan lembut. "Nama kakak, Venus. Nama kamu siapa?"

"Mentari,Kak," jawab Mentari.

"Emm kamu pacarnya Langit?" tanya Venus ragu.

Mentari  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang