28. Keresahan Langit

46 4 0
                                    

___________🍉🌱🍉_____________

Selamat membaca

___________🍉🌱🍉_____________

Ujian berjalan  lancar namun otaknya tidak lancar, hari pertama UN sudah banyak murid yang pasrah akan nilai, karena soal yang harus memutar otak. Matematika, iya! Pelajaran yang mengerikan bagi sebagian orang.

Satu hari hanya ada satu mapel ujian, kini sekolah hanya diisi oleh siswa kelas 12, karena adik tingkat mereka diliburkan untuk mencegah kebisingan yang  bisa menganggu peserta ujian, namun tetap aja konsentrasi mereka turun karena fokus melihat hujan yang hadir dalam rumitnya rumus matematika.

"Kerjakan! Bukan lihat kearah hujan!" Pengawas ujian berteriak kesal.

Kilatan petir dan suara gledek membuat murid perempuan berteriak kaget, mereka khawatir... mereka memakai komputer yang bahaya jika digunakan pas petir karena bisa meledak.

"Jangan khawatir, kerjakan dengan teliti. Waktu ujian akan selesai lima menit lagi." 5 menit bukan waktu yang sebentar buat soal yang rumit seperti ini.

Semua kembali fokus kepada layar komputer yang menggambarkan setiga yang harus dihitung x...y...z dan huruf lainnya yang disandingkan dengan angka. Suara hujan perlahan pudar seiring waktu, selain hujan waktu ujian juga telah berakhir.

"Segera klik selesai dan klik kotak tersebut lalu logout."  Semua mengikuti perintah pengawas ujian tersebut.  "Oke... sekarang kalian diperbolehkan pulang! Inget jangan keluyuran langsung pulang kerumah!" perintahnya.

Langit mendesah malas dan resah, serasa kemarin dia melaksanakan tryout  dan sekarang sudah UN, tapi bukan itu yang dia resahkan.

Anton---Ayahnya, kenapa beliau tidak pernah mendengarkan keinginannya? Satu bulan lalu Langit keluar dari Lioner karena paksaan dari ayahnya, Langit juga dituntut untuk memperoleh nilai paling sempurna diantara satu angkatan dan paksaan tentang perjodohannya dengan Clara, sebenarnya bisa aja Langit menolak tapi ancaman Anton membuatnya resah, ancaman Anton tidak main-main.

Selama perjodohan dilaksanakan dia juga jarang bertemu dengan Adit, Arif dan Roket, karena Clara selalu bersamanya dengan dalih tidak tahu selak-beluk Kota Surabaya.

"Gue pulang duluan," pamitnya kepada mereka.

Langit tahu, mereka pasti membicarakan Langit yang berubah atau Langit songong. Namun, Langit hanya diam, tidak ingin ada permusuhan.

Dia melajukan motor ninjanya meninggalkan pekarangan sekolah, motor supra milik Langit sendiri yang dibelikan oleh bundanya dari tabungan bundanya sendiri tentunya, dijual oleh Anton karena Langit sempat menolak untuk tetap bergabung dengan Lioner. Maka dari itu Langit tidak berani membantah ancaman Anton.

Soal hubungannya dengan Mentari dibilang baik, meski dia rasa dia telah menghianati Mentari tapi Mentari terlihat biasa aja.

Bunyi nada dering ponselnya membuat Langit memberhentikan motonya.

"Aku balik dulu ke Jakarta, H-3 pernikahan setelah UN kamu baru nyusul aku. Soalnya besok aku juga laksanakan UN."

"Terserah," jawab Langit dan langsung mematikan hubungan telepon. Langit tidak suka Clara, tapi kenapa dia harus menikahinya? Cinta akan hadir karena terbiasa, mungkin Langit harus memahami pepatah tersebut.

🍉🌱🍉

"Mau kemana kamu?!" teriak Anton ketika melihat Langit yang berpakaian  rapih dengan tangan yang memegang kunci mobil.

"Mati," ujar Langit asal, dia akan ke ML untuk menenangkan otaknya.

"Kalau ngomong yang bener, kejadian benaran bau tahu rasa."

"Kalau udah mati mau tau rasa apa? Lagian kalau Langit mati, apa lagi mati ketabrak pasti ayah bahagia kan? Dapat uang lima juta dari pemerintah ditambah uang orang melayat, pasti ayah gak usah kerja lagi." Anton yang mendengar perkataan Langit membuat naik pitam.

"LANGIT! Punya mulut digunakan dengan baik apa lagi sama orang tua. Gak ada yang harapin uang itu ayah kan udah kaya, lagian kamu gak usah pergi ,belajar sana biar dapat nilai terbesar. "

"Bener ya?orang sombong sama orang pemaksa hidupnya bakal panjang gak kek orang sabar dan penyayang," ujar Langit sambil berjalan menuju pintu.

"Maksudnya apa hah?! Kamu bilang ayah sombong dan pemaksa?" tanya Anton dengan suara yang dinaikan.

"Enggak kok, tapi kalau ayah merasa ya gak pa-pa, biar panjang umur."  Tanpa mendengar perkataan ayahnya kembali Langit lebih dulu melajukan mobilnya.

Beginilah keseharian Langit dan Anton, selalau ribut membuat Para asisten rumah tangganya malas mendengarkan pertikaian anak ayah tersebut.

"Assalamualaikum, " ucap Langit. 

"Waalaikumsalam," jawan mereka semua yang ada di Ml ( Markas Lioner)

"Kemana aja, Bang?" tanya salah satu dari mereka yang merupakan adik tingkat Langit.

"Dirumah, gue sekarang kesini lagi karena  suntuk banget, pikiran kacau. Boleh kan Bang kesini meski bukan anggotanya? " tanya Langit kepada Denis yang baru saja selesai sholat Dzuhur.

"Gak pa-pa kok, eh tapi kalian udah sholat belum?" Semuanya menjawab belum, di Markas hanya ada 10 orang selain Langit dan Denis dan semuanya beragama islam, jadi mereka segera sholat sebelum waktunya habis.

"Langit udah?"

"Udah."

"Memang lagi kenapa?  Kok kek orang melas gitu mukanya," ujar Denis. Menepuk pundak Langit. "Sini cerita, sebagai adik dan kakak bukan Denis dan Langit." Banyak anggota Lioner yang datang untuk menceritakan masalahnya kepada Denis, karena selalu mendapatkan saran dan tidak bocor.

"Abang tau kan? Sebentar lagi gue bakal nikah, dan masalahnya gue gak suka sama dia lagian gue belum ada kerjaan yang bisa mengimbangin belanjaan Clara yang harus bagus dan banyak."

"Dan ayah gue dia selalu memaksa yang apa dia ingin, tadi aja gue sama beliau ribut lagi, gue harus apa bang? Bukannya ada penyemangat malah ada pemaksa."

"Ngit? Tau kan kalau ada pepatah seperti ini ; cinta akan datang dengan terbiasa. Artinya cinta bakal datang kapan saja ketika kita sudah terbiasa dengan orang itu.  Seperti apa yang kita baca di Wattpad perjodohan mereka tidak saling suka tapi kenapa masih bisa bertahan?"

"Tapi...."

"Iya tau itu cuman fiksi tapi itu ada benarnya juga. Ibaratkan anak SMP yang sering bercanda, saling pukul kecil, mereka bakal tumbuh rasa suka kan? Jadi lo sama Clara akan bisa mencintai satu sama lain, maaf bahasa gue belibet, tapi lo ngerti kan?" Langit mengangguk paham.

"Soal ayah lo, turuti aja jika lo sanggup dan ringan, tolak jika itu membahayakan diri lo sendiri. Tapi harus ada tawar menawar sebelum melakukan siapa tau ayah lo berubah pikiran 'kan? Gak usah banyak omong karena salah satu kata aja yang  bisa menyakiti hati beliau berarti kita sudah melakukan dosa."












Mentari  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang