Saat ini keluarga tata surya yaitu Awan, Angkasa dan Mentari duduk berkumpul diruang keluarga.
"Yah, cerita tentang Mama dong," pinta Mentari. Dia suka kisah Mamanya.
"Hari ini, Ayah cerita tentang pertemuan Ayah sama Mama yah!"
"Iya!"
"Jadi gini."
Dulu, Angel dan Awan bertemu dikampus yang ada dikota Malang, sama-sama satu universitas dan juga satu fakultas membuat mereka saling bertemu. Benih- benih cinta hadir dalam hati mereka ketika Awan kesusahan dalam salah satu materi. saat itu, Angel yang merupakan mahasiswi terpintar zaman itu membuat Awan meminta bantuannya.
"Heh! Kamu tau gak materi yang ini," tanya Awan
"Yang ini? Gampang kok," jawab Angel.
What! Gampang? Itu otak atau apa? Rata-rata mahasiswa yang ada difakultas ini gak ada yang paham. Titisan dewi kepintaran nih! Ujar Awan didalam hati.
"Aku bukan Dewi kok!" Sahut kesal Angel.
"Eh?"
Angel merebut buku Awan dan membuka buku catatannya sendiri. Menjelaskan dengan detail namun Awan yang seharusnya mememperhatikan materi malah gagal fokus sama kecantikan seorang Angel. Rambut hitam bergelombang dibagian bawah, kulit yang putih, hidung mancung ditambah penjempit rambut merah yang dia selipkan dirambutnyaa menambah kesan manis.
Awan menggeleng-gelengkan kepalanya mengusir Angel yang sekarang dipikirannya.
"Paham, 'kan?"
"Hah?" Awan mendadak linglung.
"Kamu gak dengerin Aku?! tanya yang lain aja sana," kesal Angel lalu meninggalkan Awan yang menatapnya kagum. Cantik! Pikir Awan.
Seminggu kemudian setelah kejadian Angel kesal karena Awan tidak mendengar materi yang Angel jelaskan, kini mereka bertemu kembali.
"Hai," sapa Angel duluan.
"Hai juga." Dijaman itu mungkin sangat jarang laki-laki dingin seperti anak muda sekarang.
"Mau pulang?" tanya Awan.
Angel mengangguk semangat, namun kemudian mendadak lesu. Uangnya habis, ponselnya lowbat, terakhi kali ia menchargernya kemarin pagi.
"Kenapa?" tanya Awan melihat Angel yang mendadak lesu.
"Ponsel Aku lowbat, uangnya habis buat nyari kendaraan," ujar Angel.
Awan tersenyum melihat perkatan Angel padanya, bukan karena mengejek Angel karena tidak mempunyai uang, melainkan Angel terlihat lucu jika seperti ini. Jantung Awan berdetak sedikit kencang tak seperti biasanya, bibirnya selalu membentuk senyuman. Senyuman itu tidak bisa diakhiri.
"Kamu senyum?! Nertawain Aku," ujar sebal Angel ketika mengangkat kepalanya mendapatkan Awan yang tersenyum bahagia.
"Heh? Gak kok. Kamu lucu plus cantik makanya Aku senyum." Pernyataan Awan membuat Angel tersenyum malu.
"Mau pulang? Bareng sama Aku aja," ajak Awan dan disetujui oleh Angel.
Kalian bisa membayangkan Dilan dan Milea ketika berboncengan. Iya mereka berdua seperti itu, Angel yang memeluk Awan seperti Milea memeluk Dilan dan Awan mengendarai dengan senyum yang terus merekah seperti Dilan yang selalu mengeluarkan gombalannya untuk Milea.
Sampainya dirumah Angel, Awan langsung pamit pulang karena ada acara keluarga. Katanya Awan dijodohkan, Awan sih terima aja.
Pertemuan dua keluarga dilaksanakan dirumah wanita. Awan takjub dengan ini, pengen tersenyum namun harus ditahan takut kenyataan menamparnya.
"Assalamualaikum." Bapak Awan mengetok pintu dengan pelan. Tuan rumah membuka dengan senyuman yang langsung hadir diraut wajahnya.
"Masuk...masuk," suruh tuan rumah.
Bapak Awan secara basa-basi menjelaskan kedatangan mereka. Gadis yang akan dijodohkan dengan Awan turun perlahan, sungguh! Awan tidak menyangka, gadis itu? Idaman.
"Ini anak Saya, Angel." Sungguh ,Awan akan berterima kasih pada Bapaknya, telah menjodohkan dengan gadis pujaanya.
Acara pengikatan dua orang tersebut berjalan dengan lancar , pertunangan akan diadakan dua minggu kemudian.
"Gitu," ucap Awan mengakhiri kisah pertemuan antara Awan dan Angel.
"Jadi, Mama sama Ayah itu nikah karena perjodohan?" tanya Angkasa.
"Iya! Makanya diantara kalian bakal Ayah jodohkan dengan anak teman Ayah. Oke!"
"Gak oke!" Mentari dan Angkasa menjawab serentak. Apa-apaan! Ini bukan jaman jodoh-jodohan.
"Abang aja sana," tunjuk Mentari
"Dih, kamu aja sana. Abang udah punya pacar," jawab Angkasa.
"Pacaran terus tapi gak punya penghasilan, wlekk." Mentari mengulurkan lidahnya, mengejek Angkasa.
"Kamu yah, sini gak!" Angkasa mengejar Mentari yang sudah berlari, menangkap dan mengeletikinya. Suara tawa mereka menggema dia sekitar rumah.
Awan tersenyum haru, putri bungsunya lahir tanpa sosok Ibu. Pencapaian yang paling istimewa dari apapun, merawat, membesarkan, mendidik dengan baik tanpa bantuan sang Istri hanya ada sang putra disampingnya.
Awan mengeluarkan air matanya melihat Mentari, wajah cantiknya, mata, hidung dan rambut semua mirip dengan Angel. Dia tidak pernah benci dengan Mentari, sama halnya dengan Angkasa, Awan menganggap itu takdir!.
"Anak kita udah pada dewasa semua, tak lama lagi bakal meninggalkan aku sendiri karena fokus dengan jalan masing-masing," ucap lirih Awan sampai tidak sadar putra-putrinya berada dibelakang.
Angkasa dan Mentari memeluk Ayahnya berbarengan, menyalurkan kekuatan supaya tidak terlalu bersedih. Namun, bukannya diam, malah tangisan Awan menyalur ke mereka.
"Ayah, gak bakal sendrian. Mentari sama Abang bakal selalu sama Ayah. Sekali pun kita nikah nanti," ucap Mentari sambil mengecup pipi Awan.
"Bener kata Mentari. Kita akan selalu ada buat Ayah, terima kasih. Kita sayang Ayah sama Mama."
"Walau Tari gak pernah tau rasa pelukan hangat, Mama," lirih Mentari namun, masih bisa didengar Awan dan Angkasa.
"Mama, Angkasa rindu Mama."
"Angel, Aku tarik kata-kata Aku untuk ikut Kamu. Anak-anak masih butuh Aku."
"Mama, Tari pengen dipeluk Mama."
Tidak hanya dirinya yang bersedih, semua keluarganya juga bersedih. Kenapa sih Tuhan mengambil Mamanya sembelum Mentari melihat wajah Mamanya.
Kata orang, Mukanya sama Angel itu sama? Memang iya? Tapi sama aja gak bisa merasakan pelukan, usapan, ciuman, perhatian dari sang Mama, Pikir Mentari
"Rindu, Mama."


KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari (END)
Genç KurguJangan lupa vote dan coment!! Mentari, gadis asli Surabaya itu memiliki sebuah kemampuan yang paling diinginkan oleh orang lain, yaitu bisa mendengarkan suara hati seseorang. jangan mencoba untuk berbohong kepada gadis itu, karena dia mendengar...