Selamat membaca.
Note : kembali mempersingkat jalan cerita. Karena dalam kehidupan di kampus aku gak tau, yaudah skip aja.
🍉🌱🍉
4 tahun yang lalu seorang pria dan kedua Orang tuanya beserta adiknya datang kerumah gadis dengan tujuan menjadikan si gadis sebagai istrinya. Gadis tersebut sudah tidak kaget, karena disaat dia makan dengan ayahnya berdua, si Ayah berbicara didalam hati jika dia bersedih ketika sang anak akan kembali meninggalkannya, dan sebuah kebetulan nama pria tersebut juga disebut dalam hati Ayahnya.
Kini dua orang berjenis kelamin berbeda dan perbedaan umur yang berselisih 9 tahun berjalan berdampingan tanpa bergandengan. Dia Mentari dan Juan, kini mereka berada di dalam butik milik Tante dari Mentari.
"Assalamualaikum, Tan." Mereka berdua berdiri ketika melihat Tante Mentari menghampiri mereka dan menyalami tangan wanita tersebut.
"Gaunnya ini mau diambil sekarang, nduk?" tanya Tantenya Mentari.
"Iya, Tan. Kan acaranya udah mau digelar lusa," jawab Mentari.
"Ohh iya, Tante lupa. Maaf ya Tari, soalnya udah faktor umur yang semakin menua," ujar Tante Mentari dan meninggalkan mereka berdua untuk mengambil gaun untuk Mentari dan jas untuk Juan.
Mereka sudah melakukan pengukuran dan jenis baju satu bulan yang lalu, maka sekarang mereka hanya mengambilnya.
"Mau pulang?" tanya Juan.
"Emm, Bang. Katanya abis nikah kita nempati rumah sendiri, kalau boleh? Boleh gak Mentari kesana sekarang. Itung-itung mengakrabkan diri dengan makhluk alus," ujar Mentari dengan senyumannya.
"Masyaallah, senyumannya mengalihkan dunia. Gemess ihh," ujar batin Juan.
Mentari terkekeh geli mendengar suara hati Juan.
"Boleh kok, tapi ada syarat," pinta Juan.
"Apa itu!"
"Sampai disana kamu harus masakin Abang, kita ke supermarket dulu. Itu syarat pertama, syarat kedua nanti pas dirumah."
Mentari mencebik tidak suka. "Kok ada dua."
"Mau gak? Kalau gak yaudah gak jadi."
"Iya mau." Dengan terpaksa Mentari menyetujui. Dia ingin tau berapa jarak jauh dari rumahnya dan rumah Ayahnya, Awan. Kalau sangat jauh tentunya Mentari akan menolak walau pembayaran sudah dilakukan, dia tidak mau jauh jauh dari ayahnya.
"Rumahnya disini, bang?" tanya Mentari ketika dia sampai rumah baru yang akan ditempati mereka.
"Iya deket kan? Masih satu komplek sama Angkasa." Juan memang memilih komplek yang sama dengan Angkasa.
"Iya, ayo turun." Juan turun terlebih dahulu dan membukakan pintu mobil Mentari.
"AYAH... AAAAA SAKIT." Baru saja mereka akan membuka pintu, suara kesakitan anak kecil laki-laki itu terdengar. Mentari memusatkan perhatiannya pada anak kecil yang terduduk sambil memegang lutut.
Mentari berlari segera, dan berjongkok disamping anak tersebut. "Apanya yang sakit? Sini Tante obatin," ujar Mentari. "Abang.. Abang, Mentari minta tolong ambilkan kotak obat di mobil." Juan yang dimintai tolong oleh Mentari segera beranjal mengambil kotak obat tersebut.
"Nih."
"Adek jangan nangis, tahan yah. Tante obatin." Dengan perlahan Mentari membersihkan dahulu luka yang banyak tanah, setelah itu dia meneteskan betadine ke luka tersebut dan diperban.
"Nah udah." Mentari mengangkat bocah berumuran 3 tahun tersebut dalam gendongannya. "Nama kamu siapa, ganteng?"
"Nama aku Lama," jawabnya dengan sesegukan.
"Lama ngap...."
"Bukan Lama tante, tapi Lama!"
"Iya, Lama ngap...." Bocah dengan nama Lama tersebut akan kembali menangis.
"Nama dia Rama mungkin," ujar Juan.
"Rama ngapain disini?"
Anak tersebut mengusap air matanya. "Lama tadi nyali Mama, kata Ayah, Mama ada disini makanya Lama pindah lumah."
"Ohhh, terus rumah baru Rama dimana?" Kini Juan yang bertanya, dia ingin menyelesaikan ini semua. Dia sudah mulai lapar sekarang.
"Di situ." Rama menunjuk rumah yang ada disamping rumah Juan. Mereka bertiga menghampiri rumah tersebut.
"Assalamualaikum, permisi." Mentari mengetok pintu rumah.
Pintu rumah terbuka, Mentari dibuat tercengang dengan tuan rumah tersebut.
"AYAHHH!" Rama yang berada di gendongan Juan langsung mengulurkan tangannya pada pria yang dia sebut Ayah.
"Rama anak Ayah dari mana saja? Ayah nyariin loh." Pria tersebut terus menciumi wajah Rama.
"Ayah udah, aku tadi nyali Mama, tapi gak ketemu. Malah Lama ketemu sama tante dan om ini." Sadar dengan adanya orang lain, pri tersebut menatap kearah Mentari dan Juan.
"Mesal?" Kata tersebut yang terucap pertama kalinya dari bibir seorang pria beranak satu yang bernama, Langit.
Setelah 4 tahun berlalu, kenapa mereka harus dipertemukan kembali? Langit tersenyum, dia bertemu kembali dengan sang pujaan hati, walau dia menikah dengan Clara, hatinya tetap di isi oleh Mentari.
*Flashback
Rama terlahir sebelum adanya cinta diantara orang tuanya, saat itu Langit frustasi dan berujung minum. Langit yang sedari remaja memiliki tubuh lemah tidak kuat dengan efek minuman keras tersebut dan berujung mabuk.Pertama kali yang dia lihat saat sampai dirumahnya ialah Clara yang sedang tertidur di sofa menggunakan baju tidur dengan celana pendek.
"Tari, ngapain kamu disini? " Langit melihat Clara itu Mentari. Langit mengusap lembut bibir Clara dengan pandangan bergairah.
*flashback off
Pada malam itulah Clara dan Langit benar benar melakukan hubungan suami istri dan menghasilkan Rama. Pada saat melahirkan Rama, Clara meninggal dunia tanpa adanya penyakit.
"Ayah kok manggil tante itu Mesal? Nama Tante itu Mesal ya, Ayah?" tanya Rama penasaran.
Bukannya menjawab pertanyaan Rama, Langit malah mendekatkan diri kepada Mentari.
"Rama cari mama 'kan?" Rama mengangguk. "Ini Mama Rama," ujar Langit membuat Mentari maupun Juan menatapnya terkejut. Berbeda dengan Rama, kini raut wajahnya sangat bahagia.
"Maksud kamu apa?! Mentari ini calon istri saya!" ucap Juan dengan nada marah.
"Bukan, dia Mamanya Rama."
"Mama, Mamanya Lama? Tapi kenapa tadi Mama bilang kalau mama itu tante," ujar Rama.
"Dia bukan Mama kamu! Dia mama anak saya tadi." Juan sudah tidak pandang siapapun dia yang berbicara. Menurutnya ini sangat salah, Mentari bukan Mamanya Rama, dia hanya akan jadi mama anaknya nanti.
"Kamu jangan ngomong sembarangan pada anak kecil, Mentari bukan mamanya Rama, tolong jelaskan pada dia! Kita pamit. Assalamualaikum." Juan menarik baju Mentari yang sedari tadi diam, meninggalkan Rama yang menangis dan mulutnya terus berteriak "Mama jangan pelgi lagi." Sungguh kasian anak itu.
Juan pergi dari komplek tersebut dengan perasaa marah, sampai sampai lupa bahwa ada syarat kedua yang belum dia lontarkan.
"Kita gak jadi tinggal disana, besok Abang akan cari rumah baru!."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mentari (END)
Novela JuvenilJangan lupa vote dan coment!! Mentari, gadis asli Surabaya itu memiliki sebuah kemampuan yang paling diinginkan oleh orang lain, yaitu bisa mendengarkan suara hati seseorang. jangan mencoba untuk berbohong kepada gadis itu, karena dia mendengar...