23. Angkasa & Safira

27 6 0
                                    

P

🍉♡🍉

Sore yang menyenangkan bagi Angkasa. Setelah satu bulan sibuk dengan skripsinya , dan sekarang dia akan menjadi calon suami untuk wanita beruntung yang dipilih Angkasa untuk menjadi istrinya.

Dengan kemeja batik, celana hitam, jam tangan hitam melingkar dipergelangan tangannya, membuat Angkasa kadar ketampanannya, naik drastis. Se jam lalu dia resmi menjadi tunangan,dan kini mereka berdua berada didalam mobil.

"Mau beli sesuatu? Anggap saja ini hadiah dari aku untuk kamu, karena selesai try out," tawar Angkasa. Tunangan Angkasa merupakan bocah SMA kelas akhir, seangkatan dengan Mentari.

"Mau beli baju Gucci,  tas Channel, mobil lamborgini warna putih, harus ada gak mau tau," jawab dia, sambil bersedekap dada.

Angkasa memasang muka kaget, ini bukan hadiah tapi pemerasan.

"Sayang, kamu mau aku bangkrut sebelum nikah? Aku sih mau aja beli, tapi jangan salahkan aku jika nanti kamu ngutang beras di warung pas kita sudah nikah," jawab Angkasa, menakut-nakuti tunangannya.

"Gampang aja, Safira tinggal jual perusahaan Ayah," jawabnya.

Dia Safira,teman akrab Mentari yang menjadi tunangan Angkasa. Sejak pandangan pertama, Angkasa sudah meng-klaim Safira miliknya, tapi tidak Angkasa ucapkan.

"Ganti deh, beli cilok lima ribu aja yah," tawar Angkasa.

Safira menggelengkan kepalanya, tanda menolak. "Gak mau! Eh ganti sama pajero aja deh, gak usah tas sama baju, lamborgini juga gak. Maunya pajero aja."

"Beneran?" tanya Angkasa memastikan. "Aku telpon orang rumah nih? Buat beli mobilnya." Angkasa mengangkat ponselnya dengan wajah terus memandang Safira.

"Eh gak, aku bercanda," panik Safira ketika Angkasa mengatakan akan menelpon orang rumah.

Angkasa mendengus seperti orang kesal, namun juga dia senang, uangnya tidak akan keluar untuk membeli mobil.

"Terus mau beli apa?"

"Cilok, cimol, pentol, batagor yang pedes!"

"Oke, mari kita berangkat. Beli makanan untuk calon istri."

***

Safira dang Angkasa kini berada di ruang tamu ditemani Mentari yang tersenyum lebar, menunggu pesanannya.

"Mana?" pintanya mengadahkan tangan.

Angkasa mengernyit bingung, "apa nya yang mana?"

"Ck pesanannya Tari mana, Kak?"

"Emang tadi nitip?" Angkasa melanjutkan jalannya, sampai di tangga rumah, Angkasa berteriak, "coba tanya sama Kak Safiranya."

"Kak Safira, hihihi." Mentari tertawa geli, Kakak Safira? Apakah dia harus memanggil Safira dengan embel-embel kakak? Geli astaga.

"Kak Safiraaa," goda Mentari pada Safira, yang duduk di ujung sofa.

"Apa?!" ketus Safira.

Mentari  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang