25. maaf

28 4 0
                                    

Selamat membaca

_____________🍉❤🍉___________

Mentari pulang seperti biasanya, dia tidak bersedih karena akan ditinggal nikah, seperti yang dia katakan tadi pagi, ini memang resiko orang berpacaran makanya Mentari tidak menaruh harapan lebih kepada Langit, walau Langit berkata akan menikahi Mentari.

Namun, sedikit rasa kehilangan dihati Mentari ada. "Ayah," panggil Mentari kepada Awan yang menjemputnya.

"Iya, kenapa?" Semua masalah yang berat atau  ringan, Mentari membaginya kepada Awan maupun Angkasa. Dia tidak pernah main rahasia-rahasian kepada kedua orang tersebut.

"Mentari bakal ditinggah nikah," adunya. "Tapi Mentari bakal tetap happy kiyowo walau hati tersakiti." Mentari berbicara dengan tangan yang ikut serta, tepat dikata kiyowo Mentari berpose dua jari yang diletakan didekat mata.

"Langit mau nikah?" tanya Awan yang dijawab anggukan oleh Mentari. "Nah kan apa ayah bilang?! Langit tuh tipikal cowok gak bener, makanya ayah kurang suka sama dia." Awan terus mengomel dalam mobilnya dikarenakan Langit.

"Udah gitu ayahnya ihh banget, masak istrinya baru meninggal dia mau nikah lagi sama cewek, mana ceweknya si Mirna. Ayah dulu hampir aja kepincut sama Mirna di instagram untung banget saat itu suaminya mondar-mandir dibelakangnya." Awan menceritakan tentang dirinya yang hampir saja suka sama Mirna.

"Udah sekarang kamu blokir nomer teleponnya, blockir semua akses media sosialnya biar tau rasa dia, ninggalin Mentari yang secerah matahari ini." Awan membuka sabuk pengamanannya. "Udah sampe sana turun."

"Bang," panggil Awan kepada Angkasa yang menatap laptopnya dengan serius.

"Apa," jawab Angkasa tak lepas pandangannya dari laptop.

"Bang, masa adikmu itu mau ditinggal nikah," kata Awan mengadu.

Angkasa memberhentikan ketikannya, dan menoleh kepada Awan. "Langit mau nikah?"

"Iya! Enggak banget, awal aja gercep dekatin Tari, sekarang ditinggalin.  Untung Ayah gak kasih restu."

Angkasa akan menjawab perkataan Awan, namun bunyi bel rumah mengdahului.

Asisten rumah tangga Awan lebih dulu membuka pintu rumah. "Mari masuk."

"Ngapain kesini?!" tanya Angkasa langsung. Setelah mendengar perkataan ayahnya tadi, dia mulai tidak suka dengan orang itu.

Dia Langit dan Clara, Langit yang masih menggunakan seragam sekolah menyalami Awan tanpa menjawab perkataan Angkasa membuat sang empu bergumam kesal. "Sombong amat!"

"Ngapain? "

Clara menunduk, dia tidak berani menatap pria glowing dihadapannya ini, meski dia perempuan dia masih kalah akan kulit Awan dan Angkasa yang lebih glowing. 

"Saya kesini untuk meminta maaf,atas telah mempermainkan wanita kebanggaan kalian Mentari. Saya tidak niat menyakiti Mentari, saya akan menikahi Clara atas paksaan dari ayah sendiri. " Clara merasakan sesak didada, walau dia baru ketemu dengan Langit dia sudah menaruh harapan tinggi kepada Langit. Dan ternyata Langit menikahi dirinya dengan sebuah ancaman.

"Saya tidak mau panti asuhan milik bunda hancur dikarenakan saya membantah ayah." Bunda Langit merupakan pendiri salah satu  panti asuhan yang ada di Surabaya. Puluhan anak-anak terlantar yang kehilangan orang tuanya ada disana itu alasan dia takut menolak perintah ayahnya.

"Tenang aja, Ngit. Lo mau nikah sama siapa gua gak peduli!  Pikiran gue mah cuman satu, lo dan gue gak jodoh itu aja. Lagian Clara cantik dan gak ngambil lo dari gue, jadi gua baik-baik aja." Setelah mengucapkan kalimat itu, Mentari pergi keluar sambil mengajak Clara tentunya.

"Mentari undah nerima,tapi kita tidak," ujar sinis Angkasa. "Setidaknya ada satu hukuman karena sudah mempermainkan hati bidadari kita!"

"Baik saya akan menerimanya."

Angkasa dan Awan saling menatap dan menganggukkan kepala, membuat Langit was-was.

"Beli dua kardus produk kami, dan promosikan." Tidak mau rugi dan buang buang tenaga, Awan dan Angkasa memilih untuk mempermaju produknya dengan cara, mempromosikan secara gratis yang akan dilakukan oleh Langit.

🍉❤🍉

"Clar, orang mana?" tanya Mentari kepada Clara.

Clara menatap canggung kepada Mentari, dengan tidak sengaja dia sudah mengambil pujaan hati Mentari. "Jakarta."

"Wahh pasti ngomongnya lo-gue yah? Pasti fasih banget lo guenya gak kek gue yang agak gimana gitu."

Mentari menyadari bahwa bahasanya agak kurang dalam lo-gue, Mentari orang Surabaya asli yang dimana setiap harinya berbiacara bahasa jawa jika bersama kakek dan neneknya berbeda jika bersama Awan dan Angkasa.

"Gak kok, lo-guenya sudah bagus untuk orang Surabaya seperti lo."

"Haha bisa aja kalik, gue kan wafer." Dengan santai Mentari menepuk pundak Clara, dia tersanjung dengan pujian Clara tentang cara memanggilnya.

Suasana hati Clara sedikit tenang, dan tidak gugup seperti tadi. Dia pikir tadi Mentari bakal memarahinya karena sudah mengambil Langit.

"Astaga ni anak bikin hati gue dugem aja, gue pikir bakal marah sampai dicaci gara-gara ngambil pacarnya."

Mentari tertawa sendiri mendengar perkataan Clara, dia tidak serendah itu harus bilang kata pelakor kepada Clara, lagian dia sama Langit cuman berpacaran tidak lebih.

"Tari," panggil Langit, dia sudah terbebas dari genggaman Awan dan Angkasa.

"Iya?"

"Emmm... Gue minta maaf yah, udah gak netapin janji, maaf kalau bikin lo banyak berharap sama gue, maaf kalau gue bikin sakit hati lo."

Kecewa pasti sudah ada bukan? Tapi tidak separah orang-orang yang sampai menyayat lengannya menggunakan silet. Katakan Mentari tidak setia saat pacaran! Dan itu memang kenyataanya. Berulang kali berpacaran dia tidak pernah memberikan kesetiaanya untuk lelaki yang hanya singgah sementara.







Mentari  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang