6.7 The Investigation

105 14 3
                                    

Penyelidikan

.....

6.7

Setiap kali seseorang memasuki Istana untuk pertama kalinya, mereka selalu terkesima dengan kemewahan dan ukurannya. Evita tidak terkecuali.

Namun, Evita terus melangkah dan mencatat tata letak semuanya di dalam kepalanya. Itu dia lakukan untuk mencari rute pelarian yang tepat kalau dia perlu menggunakannya. Itu beriringan dengan pekerjaannya.

Sembari menunggu panggilan Ratu Perak, mata Evita mengamati semuanya. Bagian dalam istana, desain furnitur, warna seragam

para dayang. Semuanya berharga. Informasi ini bisa jadi bernilai uang.

Setelah dia kurang lebih mendapat semua informasi yang dia inginkan, dia bosan. Dia mulai mengingat pria berambut hitam yang telah membawanya ke dalam situasi ini dan hampir menyumpah keras-keras.

Dayang yang memasuki ruangan kembali keluar.

"Anda boleh masuk ke dalam. Yang Mulia sedang menunggu."

"Ya, Nyonya."

Dia berpikir bahwa seseorang akan menemaninya masuk. Namun, Evita dikirim ke dalam sendirian, dan pintu di belakangnya ditutup. Bingung, Evita menyadari bahwa dia tidak bisa masuk dan keluar melalui pintu sesuka hati.

"Mendekatlah."

Itu bukanlah suara lemah dan anggun yang dia harapkan. Suaranya tajam dan kuat, dan juga terdengar agak dingin.

Evita mengepalkan tangannya. Dia merasakan hawa dingin menjalar ke seluruh tubuhnya seolah-olah dia sedang menahan diri melawan angin dingin. Dia menundukkan kepalanya dan berjalan ke arah suara itu.

Firasatnya sering kali benar. Itu hampir menjadi keterampilannya. Terutama kesan pertamanya. Dia tidak pernah salah dengan kesan pertamanya terhadap orang lain. Dia merasa bahwa menilai orang itu sangat penting. 'Firasat' nya telah menyelamatkan hidupnya lebih dari satu kali.

Dia mendasarkan kesan pertamanya pada penampilan seseorang dan terkadang suara mereka. Kadang-kadang, dia sampai mengamati sifat mereka. Namun, ada kalanya dia merasa sangat kewalahan.

Seperti sekarang.

Dia memiliki pengalaman serupa belum lama ini. Hal yang sama dia rasakan saat pertama kali bertemu dengan pemimpin Kaligo.

'Apakah aku perlu melakukan pengusiran setan?'

Meskipun jarang bertemu orang-orang seperti ini dalam hidup seseorang, Evita sudah bertemu dua orang dalam setahun terakhir ini. Dia tidak tahu apakah dia beruntung atau tidak.

"Kudengar kamu adalah pedagang."

"Benar, Yang Mulia."

"Apa yang kamu jual?"

"Saya menjual sesuatu yang tidak terlihat."

"Kemari dan duduklah."

Tidak tahu etiket yang tepat untuk menolak permintaan seperti itu, Evita tidak ragu-ragu dan duduk di sofa. Begitu dia duduk, dia diam-diam mengangkat kepalanya.

'Wow...'

Ketika dia pertama kali mendengar tentang keluarga Kekaisaran yang mewarisi darah para dewa, dia mendengus tak percaya. Evita sangat percaya diri dengan kecantikannya sendiri. Saat dia melihat wanita bangsawan yang katanya cantik, Evita berpikir, 'Siapa yang tidak cantik jika berpakaian seperti itu?'

Namun, Putri Mahkota berada di level yang berbeda jika dibandingkan dengan wanita bangsawan itu. Seolah-olah mereka adalah spesies yang benar-benar berbeda. Sepertinya 'cantik' tidak cukup untuk menggambarkannya. Dia memiliki aura suci dari dirinya.

Harapan Terbesar || Book 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang