4.6 The Boundary Between Dream and Reality

129 19 2
                                    

Batas Antara Mimpi dan Kenyataan

.....

Emma mengangkat kepalanya terkejut lalu dengan cepat menunduk kembali. Beberapa saat kemudian, dia mengangguk kecil.

"Apa yang beliau katakan?"

"Beliau tidak mengatakan banyak hal. Beliau hanya bertanya apa yang saya bicarakan dengan putri mahkota saat bersama."

"Dan?"

Emma dengan cepat mengangat kepalanya. Dia memiliki ekspresi terperdaya di wajahnya.

"Putri Mahkota, saya benar-benar tidak mengatakan apa pun kepada Ratu Merah. Saya mengatakan yang sebenarnya."

"Tentu saja begitu."

Sienna mengangguk.

"Kita harus memiliki pembicaraan agar kamu bisa mengatakan sesuatu kepadanya."

Setiap dua kali sehari, Sienna menyuruh semua dayangnya keluar. Jika dia tidak punya banyak waktu istirahat, dia akan melakukannya sehari sekali. Sienna akan meminum teh yang dibuat Emma. Hanya mereka berdua yang ada di ruangan itu.

Mereka berdua tidak pernah berbicara. Sienna bukanlah tipe yang banyak bicara, dan begitupun Emma. Karena itu, Emma merasa ini tidak adil. Tetapi semua orang disekitarnya iri padanya.

'Ku dengar kamu selalu menemaninya.'

Dia mendengar perkataan ini berkali-kali. Orang-orang mencoba mencari tahu apa yang Putri Mahkota sukai dan tidak disukai melalui Emma. Ratu Merah juga sama. Emma mengatakan padanya dia hanya membuatkan teh untuk Putri Mahkota. Mata Ratu Merah menunjukkan kalau dia tidak mempercayai Emma sama sekali. Ratu Merah dengan dingin berbicara.

[Kuharap kamu memberikan jawaban yang lebih tulus lain kali. Kembalilah dan pikirkan lagi.]

Hati Emma bergetar hanya memikirkan suara dingin Ratu Merah.

"Putri Mahkota, saya... takut."

Semakin lama Emma tinggal di Istana, semakin dia menyadari saat ini dia berada di tengah-tengah perebutan kekuasaan. Dia merasa seakan dia sedang dihancurkan oleh sesuatu dari segala sisi. Dia biasanya tipe yang langsung tertidur ketika kepalanya menyentuh bantal, tetapi baru-baru ini, Emma sepertinya terkena insomnia.

'Dia memang berhati lemah.'

Sienna tertarik dengan Emma. Bagaimana dia bisa bertahan di dunia ini dengan hati selemah itu? Sienna tidak pernah melihat seseorang seperti ini sebelumnya.

'Jika dia masih berada di sisiku di masa depan, artinya dia cukup bisa dipercaya.'

Sienna mempercayai dirinya di masa depan sebanyak dia mempercayai dirinya sekarang. Dirinya di masa depan lebih bijaksana dan berhati-hati dari dirinya sekarang.

"Emma, teh yang kamu buat membuatku merasa damai dan senang, aku mengerti kamu terkejut dan kenapa kamu ingin meninggalkan Istana, tetapi aku tidak ingin kehilangan teh yang kamu buat setelah merasakannya. Sebagai gantinya, aku akan memberimu jangka waktu. Beri aku waktu tiga bulan. Setelah tiga bulan, jika kamu tidak tahan tinggal disini lagi, beritahu aku."

Sienna berbicara lebih baik dari biasanya dan bahkan memberi senyuman lembut di wajahnya. Setelah mengumpulkan seluruh keberaniannya untuk meminta pengunduran diri, Emma luluh melihat wajah Sienna dengan senyumannya yang menenangkan.

'Aah. Bagaimana bisa Putri Mahkota secantik ini? Seperti yang mereka katakan, dia benar-benar keturunan bangsa dewa.'

Merasa malu, Emma tidak pernah sepenuhnya mengangkat kepalanya dan melihat Putri Mahkota dengan baik sebelumnya. Hari ini, untuk pertama kalinya, Emma melihat dengan jelas wajah Putri Mahkota.

Harapan Terbesar || Book 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang