4.1 The Boundary Between Dream and Reality

149 19 2
                                    

Batas Antara Mimpi dan Kenyataan

.....

Sienna berdiri di depan sebuah lukisan.

Dia sudah mulai terbiasa dengan sensasi memusingkan ini. Dia juga merasa senang. Sienna sedang bermimpi saat ini. Apa yang akan dia lihat kali ini? Dia sangat menantinya.

Di lukisan itu, seorang pria paruh baya memegang pedang di satu tangannya dan tangan lainnya memegang tongkat kerajaan. Wajahnya terlihat muram.

Kaisar pertama.

Pria paruh baya itu terlihat tidak asing bagi Sienna. Dia terkenal. Siapapun yang pernah membuka buku Kekaisaran akan mengenalinya. Setiap buku yang diterbikan di Kekaisaran mencetak gambar ini di halaman pertama.

Kaisar berjalan perlahan sembari melihat lukisan tersebut. Ada lukisan lain tepat di sebelahnya. Sienna mengenali ruangan ini.

Itu adalah ruang lukisan.

Setiap lukisan kaisar dari kaisar terdahulu digantung di ruangan ini. Anggota keluarga Kekaisaran diperbolehkan memasukinya dengan bebas.

Namun, masalahnya adalah ruang lukisan itu dekat dengan kamar tidur kaisar. Karena itu, walaupun tidak diharuskan, semua orang meminta izin kaisar jika ingin memasuki ruang lukisan.

Sienna hanya pernah memasuki ruangan ini dua kali selama hidupnya. Kapan pun dia melihat dinding ruangan ini, dia selalu membayangkan lukisannya digantung dibagian ujung.

Kaisar berjalan kecepatan tetap. Langkahnya mulai melambat seiring dia sudah dekat sampai bagian akhir.

Ah...

Sienna tersentak. Kaisar Kekaisaran... Dia berdiri di depan lukisan ayahnya.

Lukisan ini dipasang saat kematian kaisar. Rasanya aneh melihat lukisan seorang pria yang masih hidup dan sehat saat ini.

Setiap beberapa tahun sekali, Kaisar menugaskan untuk membuat lukisan dirinya. Dia sedang mempersiapkan waktu dimana lukisannya akan digantungkan di dinding ini. Ayahnya di lukisan ini terlihat lebih muda daripada ayahnya yang sekarang.

Seharusnya lukisannya sudah berakhir disini. Tempat disebelah lukisan ayahnya seharusnya disimpan untuk lukisan Sienna. Namun, saat Kaisar sedikit menolehkan kepalanya ke kanan, Sienna sekilas melihat bagian ujung bingkai lukisan itu.

Kenapa ada lukisan lagi?

Ruangan ini luas. Lukisan dari Kaisar pendiri digantung di bagian depan awal ruangan. Saat seseorang masuk lebih dalam di ruangan, mereka akan melihat lukisan Kaisar berikutnya digantungkan tepat di sebelahnya.

Pandangan kaisar berpindah saat dia menolehkan kepalanya. Sienna bisa melihat pintu di sisi lain ruangan.

Tidak. Jangan pergi. Perlihatkan padaku siapa di lukisan itu.

Seolah kaisar mendengar teriakan Sienna, kaisar berhenti berjalan. Dia perlahan menolehkan kepalanya kembali.

Itu adalah lukisan seorang pria yang memegang pedang dan tongkat kerajaan seperti kaisar pendisi. Bibirnya yang kaku dan ditutup dan tatapan tegasnya menunjukkan kebulatan tekad pria itu.

Tidak mungkin.

Sienna mengenal pria itu. Itu adalah saudara tirinya, Dian Argent.

Putra Mahkota Dian... menjadi kaisar?

Lebih dulu dariku?

Ini hal yang tidak mungkin terjadi. Sienna adalah urutan pewaris selanjutnya. Urutannya itu mutlak. Tidak mungkin kaisar memberikan takhta pada anak yang paling disukainya.

"Yang Mulia."

Ada yang tidak beres.

"Seharusnya saya memanggil anda anda 'Yang Mulia' setidaknya sekali."

Itu semua bohong!

"Saat itu, saya membenci anda."

Ini bukan penglihatan! Ini hanya mimpi yang bodoh! Ini tidak nyata!

Tidak peduli seberapa banyak Sienna berteriak, itu tidak akan sampai kepada dirinya di mimpi. Kaisar tidak mengalihkan matanya dari lukisan Dian dan dengan tenang lanjut berbicara. Hampir seolah dia ingin Sienna tahu bahwa semua ini nyata.

"Saya selalu berpikir kalau saya akan kalah jika memanggil anda 'Yang Mulia'. Saya memang bodoh. Menang atau kalah. Takhta kaisar bukanlah sejenis hadiah yang diberikan kepada seorang pemenang."

Suara yang bijaksana itu sedikit menenangkan Sienna.

"Saya terus menutup mata. Saya terlambat menyadarinya."

Suara itu bergetar dengan emosi.

Anda... Anda menderita.

Penguasa kekaisaran itu saat ini berbicara dengan dirinya sendiri sembari menatap lukisan dingin itu. Sienna mengasihani kaisar. Walaupun kaisar ini adalah dirinya di masa depan, Sienna merasa sulit mengenalinya. Dia seperti orang asing, sehingga Sienna merasa seakan dia hanyalah seseorang penonton.

"Apaka anda ingat waktu kita bertemu tidak lama setelah anda menerima gelar sebagai putra mahkota? Itu adalah pertemuan yang singkat. Dan saat saya bertemu anda untuk kedua kalinya di perayaan kedewasaan saya, saya sudah sepenuhnya melupakan keberadaan anda."

Pertemuan kedua di perayaan kedewasaan?

Sienna bertanya-tanya sebelum menyangkalnya. Bukannya itu yang ketiga?

"Saya masih ingat cara anda melihat saya waktu itu. Saya yakin kalau kemarahan anda ditujukan ke saya. Saya tidak tahu. Saya tidak tahu apa yang terjadi kepada anda. Saya tidak menyadari kalau itu bukanlah kemarahan melainkan kesedihan dan penderitaan. Saya tahu tidak ada gunanya mengatakan ini sekarang, tetapi Yang Mulia... Saya benar-benar... Saya tidak tahu apa saja yang sudah ibu lakukan kepada anda."

Sienna terbangun dan menatap kosong ke arah langit-langit. Dia merasa seakan dunianya hancur. Seolah dia telah dilempar ke dunia yang tak dikenal. Rasa kehilangan? Kekosongan? Dia tidak tau bagaimana menggambarkan perasaannya ini. 



~TBC~

Hai semuanyaa

Maaf ya, kali ini mungkin bakal ga sesering biasanya untuk update(TдT)

Tugas kuliah mulai bejibun ('Д⊂ヽ

Tapi diusahain update kalau ada waktu kok

Tapi.... Jangan lupa vote dan komennya yaa

Karena saya sendiri masih belajar, kalau ada kalimat yang ga sesuai, aneh atau ga pantas

boleh cuss komen

Harapan Terbesar || Book 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang