7.4

112 14 3
                                    


.....

Kuhn menyilangkan tangannya dan bersandar ke dinding. Jarinya mengetuk-ngetuk lengannya, mengungkapkan emosi batinnya. Ketika dia mendengar pintu terbuka, dia menoleh.

'Sial.'

Kuhn menghela nafas. Bahkan jika dia mengenakan karung, sosoknya akan tetap bersinar. Tidak ada gunanya menyamarkannya sebagai pria begini.

Kuhn menatapnya diam. Sienna ragu-ragu dengan canggung.

"Apakah ada yang salah? Apa aku salah memakainya?"

"Anda memakainya dengan benar, tapi ..."

Kuhn melewatinya dan memasuki ruang penyimpanan. Dia mengacak-acak tumpukan pakaian dan akhirnya menemukan apa yang dia cari.

"Tolong gantung ini di atas."

Sienna melihatnya memegang jubah panjang yang sampai ke pahanya.

"Apa bedanya ini dengan apa yang aku pakai tadi?"

"Ada perbedaan antara wanita bangsawan yang mengenakan jubah dan pria yang mengenakan jubah. Untungnya, pasar sekarang terbuka untuk semua jenis pedagang. Karena ada banyak orang berjalan-jalan dengan wajah tertutup, Anda tidak akan menarik perhatian."

"Kenapa mereka menyembunyikan wajahnya?"

"Karena mereka adalah pedagang. Ada beberapa yang memiliki bekas luka di wajah mereka, dan mereka tidak ingin menarik perhatian siapa pun."

Siena mengangguk. Setiap kali dia bersamanya, dia belajar segala macam hal baru. Dia menyadari bahwa ada banyak hal yang tidak dia ketahui.

"Tolong jangan bicara juga. Suara anda akan membuatnya ketahuan."

"Bukankah kamu baru saja mengatakan bahwa aneh untuk tidak berbicara dengan temannya?"

"Saya akan berbicara dengan anda. Anda hanya perlu mengangguk atau menggelengkan kepala."

"Baiklah."

"Jika anda ingin menyempurnakan penyamaran, ada satu hal lagi."

"Apa itu?"

"Jika saya berbicara terlalu sopan dengan Anda, orang lain akan berpikir bahwa Anda adalah pria dengan status tinggi. Apakah saya boleh berbicara dengan lebih santai?"

"..."

"Jika anda tidak mau, maka kita bisa melanjutkan dengan yang kurang sempurna ..."

"Baiklah!"

Sienna menatap tajam saat menjawabnya.

"Tapi aku harus merasa puas dengan hasil yang aku dapatkan dari penyamaran ini."

Kuhn menyeringai padanya.

"Tentu saja. Dan akan lebih baik anda memakai nama samaran. Nama seorang pria..."

"Edward."

Edward Roxan. Sienna memutuskan untuk menggunakan nama palsunya.

Bagaimana rasanya? Apakah aku mendaratkan pukulan? Kuhn mencibir ketika dia melihat wajahnya yang penuh kemenangan. Dia mengangkat kedua tangannya dan menarik tudung jubah ke atas kepala Sienna.

"Kamu hanya perlu mengingat satu hal. Jangan pernah pergi dari sisiku."

/Mulai dari sini, Kuhn udah pakai bahasa informal/

Mata Sienna melebar. Kuhn dengan cepat meraih lengannya dan menariknya ke pintu sebelum membukanya.

Alasan kenapa Sienna tidak pernah pergi jauh dari toko linen adalah karena lebih mudah untuk melihat-lihat di tempat yang tidak terlalu ramai. Dia bahkan tidak berpikir untuk pergi lebih jauh ke pasar. Dia tidak ingin mempersulit pengawalnya untuk mengawasinya di tempat yang begitu ramai.

Harapan Terbesar || Book 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang