2.9 To Open One's Eyes

140 20 0
                                    

Untuk Membuka Mata Seseorang

.....

Kuhn sudah bertemu banyak keluarga kerajaan dan bangsawan sebelumnya. Mereka bersikap murah hati, berpura-pura mereka adalah penyelamat orang miskin. Konyol sekali. Mereka akan mendengarkan permasalahan para orang miskin, lalu merendahkan dan memutarbalikkan perkataan mereka dibelakangnya. Itu adalah keahlian khusus para kelas atas.

Kuhn tahu bagaimana menekan tombol orang-orang yang berbicara berkelompok dengan perkataan muslihat mereka. Mereka selalu tidak senang ketika dia mengambil lalu membalikkan perkataan mereka. Kuhn akan mengeluarkan sifat asli dari wajah lembut mereka.

Namun, reaksi Putri Mahkota berbeda. Ketika dia memanggilnya dengan 'kau', Kuhn dapat merasakan kemarahannya, tapi caranya mengekspresikan kemarahannya sungguh elegan.

'Bagaimana dia begitu berbeda?'

Dia sangat berbeda dari Dian. Dian memiliki kulit yang sangat tebal dan tidak masalah berbohong di depan seseorang. Terkadang, dia membuat Kuhn ingin menyumpah.

Sienna hanya menggumamkan 'Kurang ajar, sungguh kurang ajar' saat menenangkan diri.

"Kalau pertanyaan ini terlalu sulit untukmu, kamu tidak perlu menjawabnya."

Merasa tidak enak, Kuhn tiba-tiba ingin menjadi seseorang yang memberikan jawaban yang sedang dia cari. Sienna ingin mendengarnya berkata, 'Putri Mahkota, bukan seperti itu'. Namun, tidak ada orang disekitarnya yang akan mengatakan hal seperti itu.

'Aku tidak berpikir pria ini adalah tipe orang yang hanya mengatakan sesuatu untuk menyesuaikanku.'

Reaksi Sienna tanpa diduga menjadi lembut, sehingga Kuhn menjadi bertanya-tanya. Memangnya apa yang ingin dia tanyakan?

"Silahkan beri pertanyaan anda."

"Aku sudah belajar berpedang selama delapan tahun sekarang. Itu membutuhkan delapan tahun untuk mengetahui sampai dimana kemampuanku. Aku berterimakasih padamu.

"Anda terlalu murah hati."

"Aku sadar kemampuanku yang lain mungkin tidak sebagus yang kukira. Aku ingin sudut pandang baru. Namun, sulit untukku melepaskan semua yang ku ketahui sampai sekarang. Insiden dengan ilmu berpedangku bisa dimaafkan. Mungkin itu lebih baik untuk membiarkan anjing tertidur karena Kekaisaran dibawah kepemimpinan Yang Mulia Kaisar sudah sangat sempurna dan tegas.

Kuhn ingin memberitahunya kalau dasar pemikirannya sudah salah.

'Putri Mahkota, dunia tidak seindah yang anda bayangkan.'

Satu-satunya tempat yang berjalan dengan sempurna hanyalah Istana Kekaisaran. Istana adalah kolam buatan yang indah. Yang hanya menggunakan air paling murni dari luar dan membawanya untuk menjaga airnya tetap bersih.

"Pertanyaanku. Apakah kekhawatiranku ini hanyalah hal yang sia-sia?"

Kuhn merasa frustasi ketika melihat matanya yang dingin.

'Bunga di rumah kaca...'

Begitulah Dian menggambarkan Sienna. Dia setengah benar tapi juga setengah salah. Putri Mahkota menyadari kekurangannya dan cemas akan hal itu. Tidak semua orang bisa bereaksi sepertinya. Terutama seseorang yang sangat dihormati seperti dirinya.

Putri Mahkota bukanlah pohon kuno yang sudah mengeras seiring usia. Dia adalah anak pohon, yang masih kecil dan tidak yakin kemana dia akan menyebarkan daunnya. Jika dia memiliki pembimbing disekitarnya yang memberikan pendapat yang jujur, dia mungkin bisa menjadi penguasa yang bijak.

'Tapi masalahnya adalah Ratu Merah.'

Dan semua penguasa dan duke yang tidak ingin menyerahkan kekuasaan mereka.

'Putri Mahkota, anda harus mulai dengan melihat sifat asli ibu anda sendiri.

Kuhn berpikir pada dirinya. Itu hampir tidak mungkin. Bahkan jika penasihatnya tidak memiliki motif tersembunyi, akan sulit untuknya menghindari tuduhan bahwa dia mencoba membuat perpecahan antara pasangan ibu-anak. Pada akhirnya, penasihat itu akan dibenci oleh baik ibu maupun putrinya.

"Saya bukan orang yang berhak memberi saran kepada anda. Namun, jika saya di posisi anda, saya tidak akan mengabaikan rasa kecurigaan saya. Dalam kehidupan, tidak sering kita mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kesalahan. Dapat melihat sesuatu dari sudut pandang yang berbeda itu langka seperti keajaiban. Kecemasan anda bukanlah hal yang buruk."

Mata mereka bertemu. Sienna tertegun. Dia memujinya seolah-olah sedang menghibur anak kecil. Beraninya dia? Sebagai orang biasa kepada Putri Mahkota Kekaisaran ini...

"Sangat kurang ajar."

Pfft, Kuhn tertawa terbahak-bahak sebelum terbatuk dengan canggung dan meminta maaf.

"Maafkan saya. Saya sedang memikirkan sesuatu."

Tidak senang, Sienna merengut pada Kuhn saat berbicara.

"Aku akan mempertimbangkan pendapatmu."

"Kalau begitu apakah saya boleh pamit undur diri? Ada hal mendesak yang harus saya urus."

Sienna ingin melanjutkan pembicaraan mereka. Tidak ada seseorang disekitarnya yang bisa membuatnya bertukar seperti ini. Namun, dia tidak punya sesuatu yang bisa menahannya disini.

"... Kamu boleh pergi."

Kuhn menganggukan kepalanya. Walaupun tidak sesuai tata krama, itu masih lebih sopan dibanding sebelumnya.

"Apa tanganmu tidak apa-apa?"

"Apa?"

"Aku membicarakan tanganmu."

"Ah, iya... Tangan saya baik-baik saja."

Kuhn berjalan beberapa langkah sebelum berbalik.

"Putri Mahkota, kalau anda ingin melihat bagian luar kolam, anda harus keluar dari kolam itu."

Dia tidak berhenti untuk melihat reaksinya dan terus berjalan keluar mengikuti pagar tanaman. Langkah kakinya dipercepat. Telapak tangan kirinya yang terkepal ringan terasa memanas seperti baru tergores. Dia merasa kalau Putri Mahkota memanggilnya kembali sekarang, kakinya akan mengkhianatinya dan dia akan bergegas kembali padanya.

Dia tidak mau mengakuinya, tapi saat ini, Kuhn sedang melarikan diri... Dimulai dengan hatinya yang terus tertarik menuju Putri Mahkota.

Dia merasa frustasi. Semua hal yang sedang direncanakannya berlawanan dengan Putri Mahkota dan apa yang diperjuangkannya. Kuhn merasa itu akan lebih baik kalau Putri Mahkota Sienna berubah menjadi wanita yang keji. Dia berbeda dengan Dian dalam segala hal, tapi dia ingin berbincang dengannya dalam artian yang berbeda dari yang dilakukannya dengan Dian.

'Aku yakin dia pasti akan membenciku.'

Kapankah hari itu tiba?

Hari dimana Dian menjadi kaisar, dia akan menatap tajam dirinya dengan kebencian yang mendalam dari matanya yang dingin. Perasaan Kuhn seperti tertusuk di dadanya saat dia menggertakkan giginya.               



~CHAPTER 2 END~

/Hayoloo Kuhn, ujung-ujungnya ga enakan kan wkwk, so so an si/

Hai semuanyaa

Jangan lupa vote dan komennya yaa

Karena saya sendiri masih belajar, kalau ada kalimat yang ga sesuai, aneh atau ga pantas

boleh cuss komen

Harapan Terbesar || Book 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang