2.7 To Open One's Eyes

115 18 3
                                    

Untuk Membuka Mata Seseorang

.....

Sienna mulai berlatih pedang untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Dia merasa tidak ingin berlatih pedang semenjak dia tahu para ksatria selalu mengalah padanya. Namun, mimpinya tadi malam tidak mau pergi dari pikirannya, dan dia ingin melepaskan kefrustrasiannya dengan menggerakkan tubuhnya dan berkeringat.

Ksatria yang selalu menjadi partner berlatihnya dipanggil sekali lagi. Ketika pedang mereka beradu, Sienna mengerutkan alisnya. Sienna menurunkan pedangnya. Ksatria itu, yang sedang dalam posisi bertahan untuk bersiap dengan serangan Sienna selanjutnya, menurunkan pedangnya juga.

"Apa ada yang salah, Putri Mahkota?"

Ketika Sienna menatap tajam padanya, ksatria itu mulai gelisah.

"Apa itu usaha terbaikmu?"

"Apa?"

"Aku bertanya apa kamu sudah menunjukkan kemampuan terbaikmu. Atau kamu hanya mengalah padaku dan mengimbangi kemampuanku?"

"Putri Mahkota, anda hanya bisa meningkatkan kemampuan berpedang anda kalau anda terus berlatih."

"Jadi maksudmu kamu sedang menyesuaikan dengan kemampuanku yang masih kurang."

Ekspresi ksatria itu menjadi waspada saat dia mencoba menebak maksud Sienna.

"Aku tidak menentang cara mengajarmu karena aku yang menjadi murid. Namun, bukankah tanggung jawab guru untuk membimbing dengan baik murid mereka agar mengerti secara objektif tingkat kemampuannya?"

"Anda benar."

"Kamu telah menipuku."

"Putri Mahkota, saya tidak pernah..."

"Benar atau tidak? Kamu membuatku menyangka kalau kemampuanku lebih baik daripada yang sebenarnya dan tidak pernah memperbaikinya."

Ksatria itu tertelan. Pandangannya menghitam. Dia telah melatih Putri Mahkota dalam waktu yang lama, jadi dia tahu seperti apa putri mahkota. Dia tidak akan pernah menerima alasan bodoh.

"...Benar."

"Apa kamu melakukan ini sesuka hati?"

"Saya..."

"Sebelum kamu menjawab pertanyaanku, pikirkan baik-baik. Aku tidak berniat menghukummu. Namun, jika kamu mencoba menjilatku, aku akan sangat kecewa, dan aku tidak akan pernah berurusan denganmu lagi."

Ksatria itu khawatir. Hanya ada keheningan dengan Sienna yang menanti jawabannya.

"Saya diperintahkan untuk melakukan ini."

"Dari siapa?"

Ksatria itu menutup mata dengan erat sebelum membuka mulutnya. Tidak mungkin dia bisa lari dari situasi ini.

"Ratu Merah memerintahkan saya."

Mata Sienna bergetar.

"Kapan?"

"Sejak saya mulai mengajarkan anda cara berpedang, Yang Mulia."

Sienna menutup matanya perlahan.

"Apa yang dikatakan Ratu Merah? Katakan padaku dengan persis perkataannya."

[Putri Mahkota adalah seseorang yang akan menjadi pemilih Kekaisaran ini. Semuanya harus sempurna. Dia memilih berlatih pedang untuk berolahraga, dan itu tidak boleh menjadi hambatan untuknya. Dia itu keras kepala dan sangat keras pada dirinya sendiri. Kalau dia mengetahui dirinya memiliki kelemahan, dia akan terus mengasahnya sampai sempurna. Dia kan tidak akan menjadi ksatria, jadi untuk apa pandai berpedang? Putri Mahkota itu sangat sibuk. Dia tidak punya waktu untuk mengerahkan seluruh usahanya demi menyempurnakan ilmu berpedangnya. Jadi aku memintamu untuk membantu dengan membuat Putri Mahkota percaya bahwa kemampuan berpedangnya cukup baik.]

Harapan Terbesar || Book 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang