Satu

218 18 0
                                    

Selamat Membaca:)

***

Semalam Danish pulang pukul 2 malam dari kosan Bintang, dengan mengiming-imingi Theo "Nanti gue buatin mie rebus." agar Theo bisa menjemputnya. Awalnya Theo menolak karena dirinya juga lelah baru pulang dari rumah sakit.

Diantara enam penghuni kosan Bu Asih, hanya dua yang sudah lulus S1, Theo dan Sannan. Theo sedang melanjutkan program Pendidikan Profesi Dokter alias Koas, sedangkan Sannan memilih melanjutkan studinya untuk mengejar Magister Hukum.

Empat penghuni lainnya masih berusaha mendapatkan gelar sarjana. Ada Danish, Jefri, dan Teza yang masih semester 6, serta Joni yang sudah semester 8.

"Nggak kuliah Jef?" tanya Danish saat mendapati Jefri sedang duduk santai di ruang tengah sambil memainkan handphonenya.

"Nggak Nish, eh ada sih tapi jam sore."

"Yang laen kemana?"

"Theo pagi-pagi udah ke rumah sakit, Joni kayanya lagi ada matkul ngulang, yang lain belom bangun."

"Nish goreng telur dong, laper banget gue." pinta Teza dengan muka bantalnya.

Danish tidak menolak, dirinya langsung berjalan ke arah dapur untuk menggoreng telur. Perutnya juga sudah berteriak minta diisi.

"Nish hape lo bunyi, ada yang nelpon!" teriak Teza dari ruang tengah.

"Siapa?"

"Bintang, nih." Teza menghampirinya ke dapur untuk menyerahkan handphone Danish.

"Hallo, kenapa?" tanya Danish.

"Buku Hukum Komunikasi gue di lo ya?"

"Iya, semalem nggak sengaja kebawa."

"Nanti bawa ya, Yunis mau minjem." pinta Bintang.

"Jemput dong."

"Jauh." jawab Bintang singkat.

"Yaudah bukunya nggak gue bawa." ancam Danish.

"Astaga, lo anak siapa sih? Yaudah iya nanti gue jemput."

Teza yang masih di dapur, menggelengkan kepalanya. "Lo laki tapi minta jemput cewek."

"Nggak papa sekali-kali." jawab Danish santai.

"Tapi gue liat-liat, lo tuh cocok juga sama Bintang." ucap Teza.

"Bosen gue dengernya." Jawab Danish apa adanya, karena dari dulu teman-temannya selalu menjodohkan Danish dengan Bintang.

"Ngapa nggak pacaran aja sih?"

"Za, kayanya lo dipanggil Mas Sannan." ucap Danish berusaha mengalihkan pembicaraan. Dan berhasil karena Teza langsung meninggalkan dapur.

Setelah telur dadarnya matang, Danish segera membawanya ke ruang tengah. Untung sarapan mereka. Biasanya yang membuat sarapan Joni atau Sannan, tapi berhubung Joni sudah pergi ke kampus dan Sannan yang masih merem melek di sofa ruang tengah, Danish lebih baik mengalah.

"Besok futsalan nggak?" tanya Teza sambil mengambil nasi dan telur sarapannya.

Buat anak kosan, nasi anget dengan telur dadar sudah lebih dari cukup. Apalagi ditambah kerupuk, Teza bisa nambah dua kali kalau ada kerupuk. Menurutnya kerupuk adalah makanan murah yang paling enak.

"Lo nanya apa ngajak Za?"

"Dua-duanya."

"Yaudah ayo."

Kemudian mereka berempat makan dengan tenang ditemani tayangan salah satu kartun jepang yang selalu mereka tonton setiap pagi.

"Doraemon tuh kucing apa musang?" tanya Sannan tiba-tiba.

Cerita Danish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang