Dua Puluh Lima

82 9 0
                                    

Selamat Membaca:)

***

Gemercik air yang turun dari langit, membuat ruangan ber-AC yang penuh dengan jejeran buku menjadi tambah dingin.

Danish dan Bintang, keduanya sibuk dengan laptop masing-masing. Mereka sudah melakukan penelitan dan survei selama dua minggu lebih untuk lomba yang mereka ikuti.

Laptop sudah bertengger di depan mereka sejak dua jam yang lalu. Keduanya sedang mengerjakan paper dengan porsi yang sudah Danish bagi secara merata. Agar ketika selesai nanti, akan mereka gabungkan menjadi satu dan dirapihkan dari segi struktur penulisan.

"Ini kita beneran pake teori uses and gratification?" tanya Bintang sambil membolak-balikkan buku yang sempat ia ambil tadi.

"Iya, uses and gratification kan pengembangan dari model jarum hipodermik, biar nantinya jadi lebih spesifik aja. Lo bahas uses and gratification, biar gue yang awalnya. Ini model jarum hipodermik udah kelar." jelas Danish dan langsung diangguki Bintang.

Keduanya kembali sibuk dengan tugasnya masing-masing. Walaupun dapat dikatakan dadakan, tapi Danish maupun Bintang tetap melakukan yang terbaik.

"Lanjut besok lagi aja." Danish mematikan laptopnya. Sekarang sudah pukul 3 sore dan mereka belum makan siang.

"Ayok makan, nanti magh lo kambuh."

Bintang hanya menuruti ajakan Danish. Sedari tadi perutnya juga sudah menjerit ingin diisi.

"Minggu depan udah dikumpul nih karya." Danish berusaha memecahkan keheningan yang tercipta di tengah-tengah perjalanan menuju parkiran.

"Iya." jawab Bintang singkat.

"Sore pak." tegur Danish dan Bintang bersamaan saat berpapasan dengan Pak Jaya.

"Sore. Besok jangan lupa kita akan diskusi perihal paper yang kalian buat."

"Baik pak."

"Sudah sampai mana?"

Danish melihat ke arah Bintang, bermaksud untuk mempersilahkan Bintang menjawab pertanyaan Pak Jaya.

"Menggabungkan teori dengan kasusnya pak." Jawab Bintang.

Pak Jaya menganggukkan kepalanua, "Ya sudah besok saja kita bahas lebih detail. Ini kalian mau pulang?"

"Iya pak, sekalian makan siang." jawab Danish disertai kekehan kecilnya.

"Oke hati-hati di jalan. Hujannya kali ini lumayan lebat."

Setelah kepergian Pak Jaya, Danish dan Bintang kembali melanjutkan jalannya yang tertunda.

"Tas lo waterproof kan?" Bintang mengangguk.

Danish membuka hoodie yang ia kenakan, menyisakan kaos hitam polos.

"Ayok." Danish menarik lengan Bintang agar mendekat. Bintang hanya pasrah ketika dirinya harus berdempetan dengan Danish agsr kepalanya tertutup hoodie yang Danish bentangkan di atas kepala mereka.

Beberapa pasang mata yang sedang berteduh di depan gedung fakultas, dapst melihat jelas adegang seperti di novel-novel remaja yang Danish dan Bintang lakukan saat ini.

"Mau makan apa?" Tanya Danish saat sudah duduk di balik kemudi.

"Terserah." Bintang tetaplah sama seperti perempuan pada umumnya, yang selalu jawab 'terserah' ketika menjawab pertanyaan ringan seperti yang baru saja Danish ajukan.

Danish melajukan mobilnya, menuju rumah makan padang yang sering ia datangi bersama anak-anak kosannya.

"Udah lama nggak kesini." gumam Bintang pelan, tapi masih bisa di dengar Danish.

Cerita Danish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang