Dua Puluh

82 10 0
                                    

Selamat Membaca:)

***

Masuk tahun ke-empat di bangku perkuliahan, Danish dan beberapa teman seangkatannya sudah mulai sibuk dengan skripsi.

Danish sendiri menargetkan bulan ini untuk segera seminar proposal. Ditambah permintaan Pak Bambang selaku dosen pembimbing satu yang menuntut mahasiswa bimbingannya untuk segera lulus.

Beruntung Pak Bambang bukan tipe dosen yang susah dicari. Meskipun terkenal galak, Danish akui Pak Bambang patut diacungi jempol soal membimbing mahasiswanya. Beliau benar-benar me-push mahasiswa bimbingannya untuk bisa berpikir kritis dan berakhir dengan hasil yang memuaskan.

"Ku ingin marahhh melampiaskan tapi ku hanyalah sendiri disini~"

Yunis bernyanyi dengan suara seadanya. Seadanya dalam artian benar-benar seadanya tidak dibagus-bagusi.

"Lo balik aja sana, nyanyi di kamar mandi rumah lo."

Yunis mencibir sambil menatap Bintang dengan sinis. Pagi menjelang siang, Danish, Bintang, dan juga Yunis sedang berada di kantin. Hari ini tidak ada jadwal kuliah. Mata kuliah di semester 7 hanya ada satu selain skripsi. Jadi waktu yang mereka miliki di semester ini lumayan longgar. Tapi perlu digaris bawahi, longgar disini konteksnya adalah longgar mata kuliah.

Meskipun tidak ada mata kuliah, tapi mereka lumayan rajin ke kampus untuk bimbingan. Danish dan Bintang Bimbingan karena SK (Surat Keputusan) judul mereka sudah keluar. Sedangkan Yunis, dirinya masih harus bolak-balik ke ruang dosen untuk konsultasi perihal judul yang ingin ia ajukan.

Seperti saat ini, ketiganya sedang menunggu balasan pesan dari dosen pembimbing masing-masing. Karena dari kemarin sudah membuat janji untuk bimbingan dan konsultasi.

"Susah banget sih, gue ngajuin judul aja salah berkali-kali." keluh Yunis.

"Komunikasi tuh cangkupannya luas loh Nis. Lo bisa eksplore banyak kalo soal judul."

"Iya cangkupannya emang banyak, sanking banyaknya gue sampe bingung mau judul apa."

"Lo bingungnya dimana?" tanya Bintang berusaha membantu temannya ini.

"Semua, masalah yang mau gue teliti tuh yang bikin bingung. Susah banget nyari masalah doang." jawab Yunis.

"Masalah itu karena emang ada masalah, bukan lo buat masalah untuk ada masalah." Danish berkata demikian karena dulu Pak Bambang pernah bilang hal sama dengan ap yang Danish ucapkan barusan.

"Lo penelitan karena emang masalah itu ada dari awal dan dengan adanya skripsi lo itu, bisa muncul solusi buat masalah itu."

Entah kenapa, kalimat sederhana yang kedua temannya ini ucapkan. Sedikit membuka celah pikiran seorang Yunis. Katakanlah otak Yunis kecil, jadi ketika dosennya memberikan penjelasan, Yunis tidak paham dan berakhir pura-pura mengerti.

Tapi penjelasan yang Danish dan Bintang sampaikan dengan kalimat sederhana. Mampu menbuat otak kecil Yunis kembali berada di koridor yang seharusnya.

"Gue duluan, Pak Bambang udah bales chat gue." ujar Danish.

"Hape standby, nanti gue chat." lanjutnya kepada Bintang yang hanya dibalas dengan anggukan ringan.

Danish berjalan cepat menuju ruangan Pak Bambang. Jangan sampai Pak Bambang merasakan menunggu mahasiswa. Cukup mahasiswa saja yang menunggu.

Tok tok tok

"Masuk"

Danish masuk dan mengucapkan salam dengan sopan. Dulu Danish berpikir kalau Pak Bambang adalah salah satu dosen menyebalkan, tapi ia ralat. Karena pria berumur 54 tahun di depannya saat ini, cukup mengayomi mahasiswa dengan baik.

Cerita Danish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang