Dua Puluh Delapan

108 9 0
                                    

Selamat Mencoba:)

***

Danish memasukkan baju-bajunya ke dalam koper. Dirinya berniat pulang besok siang, agar sampai rumah malam hari dan bisa langsung istirahat.

"Jadi balik?" Joni muncul dari balik dinding kamar Danish yang pintunya sedari tadi terbuka.

"Jadi Jon, besok siang."

Joni mengangguk, "Udah pamit sama Bintang?" Joni memang selalu perhatian kepada seluruh penghuni kosan.

"Niatnya sih kelar beres-beres mau gue samperin."

"Oh gitu, oke have fun ya. Gue keluar bentar sama Theo."

"Yo, hati-hati Jon."

Danish kembali memasukkaan pakaiannya. Saat semua pakaian sudah masuk, Danish langsung menutup kopernya yang besar itu.

Kini Danish berniat membereskan barang-barang yang ada di atas meja belajarnya. Pandangannya teralihkan ke amplop hitam yang diberikan Bintang saat dirinya sidang.

Sudah sebulan lebih amplop tersebut ada di meja, Danish benar-benar menepati janjinya untuk tidak membuka amplop itu sampai Danish selesai wisuda.

"Gue masih penasaran sama isinya, oh atau gue penasaran kenapa lo nyuruh gue buat buka amplopnya pas kelar wisuda."

Tangan Danish membuka amplop tersebut. Sesuai dugaannya, bahwa isinya adalah satu lembar kertas.

"Surat." gumam Danish.

Untuk: Danish Reksa
Dari: Renjani Bintang Putri

Hai..
Jadul ya pake surat-suratan hehehe..
Tapi gue pikir  sejauh ini, surat adalah opsi terbaik.
Udah wisudakan? Selamat ya, akhirnya lo bisa lulus dengan target waktu yang udah lo tentuin diawal.

Danish...
Makasih selama ini lo selalu ada buat gue. Jadi orang pertama yang selalu gue cari waktu gue ada masalah. Makasih banget lo selalu bisa nenangin gue. Jujur gue bingung harus bales perbuatan lo pake apa selain ucapan makasih hehe.

Nish..
Gue jujur disini aja ya..
Kemarin-kemarin gue selalu nunggu lo buat nyatain apa yang lo rasa. Tapi kayaknya nggak ada perasaan yang harus lo nyatain ke gue ya.

Gue marah Nish, gue marah sama diri gue sendiri yang jatohnya kegeeran kalo lo suka sama gue. Tapi kayaknya semuanya nggak lebih dari sahabat ya?

Oke nggak papa, gue juga nggak mau terlalu berharap. Gue udah pernah bilang ke lo, kalo bisa nggak sih perasaan lo tuh dipertegas? tapi lo nggak pernah mempertegas perasaan lo sendiri. It's ok gue mencoba untuk paham. Mungkin emang nggak ada yang mau lo sampein ke gue soal perasaan.

Tapi disini gue mau bilang, kalo gue juga bakal berhenti untuk mengharapkan sesuatu yang ingin lo sampaikan. Gue bakalan beranggapan kalo semua itu cuma ekspektasi gue sendiri. Gue udah pernah bilangkan, kalo gue juga bisa capek buat nunggu yang nggak pasti.

Dan... Ada seseorang juga yang udah nunggu gue Nish. Gue nggak mau dia ngerasain hal yang sama kayak apa yang gue rasain sekarang.

Danish..
Maaf dan terima kasih:)

Danish menatap lurus ke arah surat yang barusan ia baca. Dua paragraf terakhir di surat tersebut jelas mengganggu pikirannya.

Dengan cepat Danish keluar kamar, mengambil kunci mobilnya. Tidak peduli barang-barangnya masih berantakan.

"Pelan-pelan ngapa sih, lari-lari kaya ketinggalan kelas aja." ocehan Teza yang baru keluar kamar, masih mampu Danish dengar. Tapi dirinya tidak peduli, yang jelas Danish harus menemui Bintang sekarang juga.

Cerita Danish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang