Selamat membaca:)
***
Danish sibuk dengan laptop di depannya. Padahal jam pulang kerjanya sudah lewat 3 jam. Tapi Danish masih sibuk, bahkan melupakan makan malamnya.
"Nggak laper lo?"
Danish menengok, mendapati Theo yang masih mengenakan jas putih serta stetoskop yang tergantung di lehernya.
"Ntar dikit lagi."
"Makan dululah yok, gue juga laper nih." ajak Theo.
Danish dan Theo bekerja di tempat yang sama. Theo berhasil mengejar cita-citanya menjadi dokter bedah, dan Danish bekerja di rumah sakit yang sama tempat Theo bekerja sebagai Public Relation rumah sakit.
Danish sudah bekerja kurang lebih dua setengah tahun di rumah sakit ini, setelah pernah menjadi PA salah satu influencer Indonesia. Waktu itu tiba-tiba Theo datang menghampirinya, mengatakan bahwa dirinya bekerja di rumah sakit yang sama.
"Ntar lah, dikit lagi. Duluan aja lo sana kalo udah laper banget."
Bukannya pergi, Theo malah duduk santai di depan Danish.
"Gue nunggu lo aja lah." ucap Theo sambil membuka handphonenya. Jadwal operasinya sudah selesai. Biasanya Theo langsung pulang, tapi ternyata teman satu rumahnya ini belum pulang.
Theo dan Danish memutuskan untuk membeli rumah minimalis di Jakarta. Keduanya masih betah menjadi anak rantauan. Awalnya Danish dan Theo tinggal di apartemen yang berbeda, tapi setelah tau kalau mereka bekerja di tempat yang sama, mereka memutuskan membeli rumah.
"Nggak usah nunggu. Terakhir kali gue ditunggu, gue malah ditinggal." celetuk Danish.
"Yahhh, baper lagi doi. Udahlah, udah mau tiga tahun masa belom move on juga."
"Namanya juga cinta Yo." ujar Danish, tangannya masih sibuk mengetik laporan yang harus ia selesaikan malam ini juga.
"Ah elah, itu dokter muda pada cakep-cakep loh Nish."
"Nggak srek lah sama dokter."
"Dih sok cakep lo gue liat-liat." Theo melempar tisue yang sudah ia remas menjadi bola ke arah Danish.
Danish terkekeh, kemudian tangannya bergerak menutup laptop yang sudah ia matikan.
"Ayo makan."
Keduanya berjalan menyusuri koridor rumah sakit. Jika ingin ke kantin rumah sakit, maka mereka harus melewati bagian administrasi yang ramai orang.
"Malam Dok, malam Mas."
"Malam." balas keduanya bersamaan.
Beberapa perawat menyapa Danish dan Theo. Sejak keduanya bekerja di rumah sakit yang sama, Danish maupun Theo mampu membuat gempar para puluhan perempuan yang bekerja di rumah sakit ini karena ketampanan yang mereka miliki.
"Anjing." Theo menarik Danish untuk berputar arah.
"Apaan sih, katanya laper." omel Danish
"Balik aja ayok, kita makan diluar." Theo masih setia menarik lengan Danish.
"Boros banget lah, udah makan di kantin aja murah."
"Gue traktir."
Danish yang penasaran pun akhirnya menengok kebelakang. Saat itu juga Danish tertawa lumayan kencang.
"Itu bini lo nyamperin anjir." ujar Danish sambil tertawa.
"Nggak, gue masih jomblo." bantah Theo. Perempuan manis di depan meja administrasi mampu membuat Theo berputar arah kembali ke ruangannya untuk mengambil tas dan pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Danish [END]
Художественная прозаMelangkah jauh demi sebuah harapan. Awalnya aku mengira kalau keputusan itu adalah jalan terbaik yang pernah ada. Hingga tak sadar, bahwa banyak hambatan untuk mencapai garis selesai. -Danish- _______ Danish itu emosian dan galak. Tapi kalau sama Bi...