Selamat Membaca:)
***
Danish duduk di ruang tengah, setelah dua hari yang lalu seminarnya berjalan dengan lancar. Danish kembali melanjutkan skripsinya. Kemarin Danish sudah meminta surat izin penelitian, jadi Danish harus gerak cepat.
Laptop di pangguannya tidak menampilkan huruf baru. Skripsinya masih sama sejak 15 menit yang lalu Danish membuka laptop. Tak ada yang berubah barang satu katapun.
"Bengong lo kayak orang tua." ledek Jefri baru keluar dari kamar.
Danish berdecak, "Lo tiap hari juga kerjaannya bengong."
"Ada masalah?" tanya Joni. Joni, Theo, dan Sannan. Adalah top 3 orang paling peduli di kosan. Mungkin mereka merasa bahwa mereka yang paling tua jadi harus mengayomi adik-adiknya.
"Bingung aja." jawab Danish.
"Skripsi?"
Danish menggeleng, "Bintang."
"Kenapa lagi?" tanya Jefri penasaran.
"Kayaknya dia ada rasa deh sama gue." jawab Danish. Baru saja Teza ingin menanggapi, Danish dengan cepat melanjutkan ucapannya.
"Dia belakangan kaya sering ngasih kode gitu buat gue ngomong."
"Tolol." Teza sudah kesal dengan tingkah Danish yang tidak ada kemajuan menurutnya.
"Nish dengerin gue."
Jika Joni sudah berkata seperti itu. Maka Danish harus benar-benar mendengarkan segala ucapan Joni yang mungkin akan membuat pikirannya terbuka.
"Kemungkinannya itu ada dua, antara dia curiga ke lo yang ada rasa ke dia. Atau emang dia udah ada rasa ke lo karena semua perbuatan lo."
"Jujur sama kita, lo ada rasa nggak ke dia?"
Danish diam sejenak, "Ada."
Jefri menepuk tangannya dengan keras. "Nyatainlah."
Ucapan Jefri membuatnya kembali diam.
"Takut lo?"
Danish mengangguk ragu, "Udahlah Bintang sama gue aja." celetuk Jefri. Yang langsung ditatap sinis oleh Danish.
Ceklek
Theo baru saja pulang, wajahnya datar. Membuat ke lima temannya menatap Theo aneh.
"Kenapa lagi nih anak?"
Theo duduk di samping Danish. Merebahkan dirinya di sofa, meluruskan badannya dan mungkin juga pikirannya.
"Udahlah ini kosan ganti nama aja, jadi kosan galau. Isinya galauuuu semua." omel Teza yang tampak jengah.
"Gue keluar bentar."
Danish pergi mengambil kunci mobil yang tadi Theo letakkan di atas meja.
Entah kemana Danish pergi, tapi mobilnya masuk ke gang tempat kosan Bintang berada. Mobilnya berada 10 meter dari kosan Bintang. Tidak berniat untuk keluar dan memanggil seorang yang tinggal di lantai dua paling pojok kosan tersebut.
Ingatannya melayang pada ucapan Bintang saat mereka makan siang seminggu yang lalu. Sejak saat itu, Bintang selalu melakukan kode-kode aneh yang sebenarnya Danish paham.
Tok tok tok...
Danish terkejut saat melihat Bintang mengetuk kaca mobilnya.
"Lo ngapain disini?" tanya Danish.
"Lah ini kan kosan gue, tadi abis dari warung beli sabun. Lo ngapain diem disini?"
"Lo kok tau mobil gue sih?" bukannya menjawab, Danish malah balik bertanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Danish [END]
Ficción GeneralMelangkah jauh demi sebuah harapan. Awalnya aku mengira kalau keputusan itu adalah jalan terbaik yang pernah ada. Hingga tak sadar, bahwa banyak hambatan untuk mencapai garis selesai. -Danish- _______ Danish itu emosian dan galak. Tapi kalau sama Bi...