Enam

139 14 0
                                        

Selamat Membaca:)

***

"Gue kesel banget, judulnya doang Managemen Media Massa. Waktu jamnya mulai, tuh dosen malah curcol mulu." keluh Bintang.

"Udah tua Bin, dia mau pamer biar orang tau dulu mudanya sukses abizz." Yunis ikut menimpali. Bintang dan Yunis satu frekuensi kalau sudah ngomongin orang.

Danish, Bintang dan Yunis saat ini sedang makan siang di kantin fakultas FEB yang sampingan dengan fakultas fisip. Kata Yunis makanannya enak-enak dari pada di fisip yang menunya tidak ada variasi.

"Anak FEB cakep-cakep juga." mata Bintang sedari tadi jelalatan kesana-kemari saat ada mahasiswa cakep lewat.

"Ada Danish aja lo masih ngelirik sana-sini ya Bin." ujar Yunis sambil menyuapkan satu sendok ketoprak ke mulutnya.

"Apa hubungannya!" teriak Bintang tertahan.

Danish geleng-geleng kepala kalau Yunis sudah mulai membahas hal sama terus menerus.

"Ya kalian kan deket."

"Ya kan cuma deket."

"Ya ngapa nggak jadian."

"Ya suka-suka gue lah."

Danish memijat pelipisnya pelan, lama-lama sakit kepala jika terus-terusan mendengarkan Bintang dan Yunis memperdebatkan hal tak penting.

"Diem, kalo makan jangan bersuara." ujar Danish penuh penekanan.

"Tuh dengerin."

"Bin.." tegur Danish membuat Bintang langsung melanjutkan makan siangnya.

"Eh Nish, ntar kelar jam terakhir gue mampir kosan lo sabi kali ya." Yunis menaik turunkan alisnya sambil menatap Danish.

"Mampir aja." dulu Yunis termasuk sering main ke kosan Danish, membuatnya akrab dengan anak kosan lain. Apalagi Joni dan Teza yang memang mempunyai sifat kelewat humble.

"Ikut..." rengek Bintang membuat kedua laki-laki yang satu meja dengannya menatapnya dengan pandangan jijik.

"Nggak usah sok imut." ujar Danish.

Bintang mencibirkan bibirnya. "Nggak boleh nih?"

"Sejak kapan lo nanya dulu?"

"Gilaaa, seberapa sering Bintang main ke kosan lo Nish?"

"Sering."

"Gokil banget, kaya orang pacaran."

.
.

Suara Yunis sudah memenuhi ruangan. Kalau sudah ada Yunis ditambah Teza, maka jangan harap akan ada kesunyian.

"Ada Yunis otak gue kotor banget." ujar Bintang sambil membolak-balikkan sambal telur yang sedang dimasaknya.

Danish terkekeh, "Kalo Yunis sama Teza jadi satu emang gitu. Otak mereka sebelas dua belas." di dapur hanya ada Danish dan Bintang, sebenarnya tadi ada Joni. Tapi Joni sepertinya tidak tahan kalau hanya menjadi pendengar jarak jauh obrolan Teza dan Yunis. Jadilah Joni ikut bergabung dengan mereka di ruang TV, meninggalkan Danish dan Bintang berdua saja.

"Belom kelar?" tanya Danish. Bintang kaget. Bagaimana tidak, saat ini Danish berada tepat dibelakangnya. Bahkan punggung Bintang sudah menempel di dada Danish.

"Hah?"

"Belom kelar?"

"Dikit lagi. Munduran dong." pinta Bintang sambil menyikut perut Danish. Kalau boleh jujur, perbuatan Danish membuatnya gugup.

Cerita Danish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang