Sembilan

118 13 1
                                    

Selamat Membaca:)

***

Kamis siang semua penghuni kosan lengkap tak seperti biasanya. Danish belum berangkat kuliah karena kebagian kuliah sore sekitar jam 3. Theo yang harusnya ke rumah sakit tapi terpaksa harus izin, justru meringkuk di sofa ruang tengah karena sakit. Sannan sibuk dengan tesisnya, Jefri sedang berkutat dengan peralatan dapur untuk membuatkan Theo bubur, sedangkan Joni dan Teza ada di depan TV sedang bermain PS tanpa suara agar tidak mengganggu Theo.

"Masuk kamar sana." suruh Danish.

Theo hanya menggelengkan kepalanya, berkali-kali mereka menyuruh Theo untuk masuk ke kamar tapi ditolak mentah-mentah, dengan alasan tidak mau sendirian di kamar.

"Ni bocah kalo sakit ngalem banget astaga." celetuk Joni.

"Berobat mau nggak? Puskes depan aja gue anterin." tawa Teza.

"Kalo lo yang nganterin mah ujung-ujungnya Theo di tinggal, lo nya carper ke dokter yang jaga." sambung Jefri yang datang dengan semangkuk bubur buatannya.

"Cakep emang?" tanya Joni dijawab anggukan Jefri.

"Bening banget asli. Nggak sengaja ngeliat dia keluar puskes, waktu gue sama Teza mau ke warteg depan." jawab Jefri sambil menunjuk Teza.

"Mau berobat nggak?" tanya Danish yang merasa kasihan melihat kondisi Theo.

Theo menggeleng kuat. "Nggak suka obat."

"Ini gimana sih, udah Yo berenti aja lo koas-koas an" ucap Teza.

Sannan menggelengkan kepalanya mendengar obrolan adik-adiknya yang absurd itu.

Drttt..drtt..

"Hp lo bunyi tuh Yo." ujar Joni melihat handphone Theo bergetar.

"Siapa?" Theo bertanya dengan suara lemas.

"Bunda."

"Nah kan mampus lo." ujar Teza mengompori, biasaya kalau salah satu dari mereka ada yang sakit, jangankan memberi tahu orang tua, mengangkat telepon dari orang tua saja mereka enggan. Mereka tidak ingin orang rumah khawatir dengan keadaan mereka.

"Biarin aja."

Nah kan...

"Lagian tumben banget sakit begini, abis ngapain sih?"

"Kemaren balik dari rumah sakit malem pake motor ujan-ujanan dia." jawab Sannan yang sedari tadi hanya menyimak.

"Udah gue bilang kalo balik malem tuh pake mobil gue aja." ceramah Danish.

"Kemaren kan niatnya balik sebelum jam 6, ternyata gue salah liat jadwal, konsulen gue ada operasi jam 7." Theo berusaha mencari pembelaan walau suaranya terdengar sangat lemas.

"Gaya lo ujan-ujanan Yo. Sakit kan ujung-ujungnya, minum obat nggak mau." omel Teza yang sudah seperti ibu-ibu komplek.

"Bacot anjing." lirih Theo yang masih mampu mengumpat.

"Buburnya buang aja Jep, ngelunjak nih anak." balas Teza.

***

"Nish udah kepikiran judul belom?" tanya Yunis.

"Ngajuin judul tuh dua kan? Gue baru satu sih, satu lagi belom kepikiran."

"Iye dua, gue belom sama sekali. Mumet gue, tugas-tugas aja gue kerjain h-1 mulu, gimana mau mikirin judul coba." cerocos Yunis.

Bintang yang mendengar itu menggelengkan kepalanya. "Coba diubah Nis, gue juga dulu gitu deadliner, tapi sekarang mikir, masa skripsi mau gue kerjain mepet-mepet, kapan lulusnya gue." timpal Bintang.

Cerita Danish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang