Delapan Belas

85 9 0
                                    

Selamat Membaca:)

***

Pukul 7 pagi, Danish sudah duduk santai di kosan Bintang tempat biasanya dia dan Bintang mengerjakan tugas. Tak jarang para penghuni kosan melirik ke arah Danish.

"Mata anak kosan rada jelalatan." bisik Bintang yang baru selesai mandi.

Danish terkekeh. "Lagian lo ngapain juga pagi-pagi ke kosan gue." lanjut Bintang.

"Mau jemput."

"Jemput kemana? Kita masih ada kelas nanti jam 9."

Danish berdecak sebal. "Ya udah sih, gue balik nih." ancam Danish.

Dengan cepat Bintang menahan tangan Danish yang sudah berdiri. "Idih ngambek. Santai dulu dong, masih pagi udah marah-marah aja."

"Ya lo, gue udah niat baik juga."

"Iya deh iya, jadi kenapa jemputnya pagi banget sayang?"

"Lo kalo ngomong hati-hati Bin." lagi-lagi Danish salah tingkah.

Bintang tertawa, raut wajah Danish ketika salah tingkah sangatlah lucu. "Becanda, jadi?"

"Apa?"

Bintang berdecak, curiga kalau sebenarnya Danish sudah berkepala 5. Cepat sekali lupanya. "Jadi kenapa bapak dateng pagi-pagi ke kosan saya? Kuliah masih jam 9 loh pak, apa bapak mau tebar pesona sama mba-mba kosan depan samping kamar gue?"

"Mba-mba yang semok itu? Dih ogah banget, anak kuliahan kaya tante-tante gitu tampilannya." jawab Danish jutek.

Bintang lagi-lagu tertawa. "Gue cuma mau ngajak sarapan."

Bintang mengangguk paham. "Tunggu setengah 8 deh baru kita sarapan. Makan nggak ngabisin waktu sejam lebih kan."

Danish mendengus sebal, ini Bintang tidak peka atau bagaimana. "Ganti baju sekarang, biar nanti langsung ke kampus."

"Lo mau ngajak gue sarapan di ujung bagian mana sih?"

Tidak berniat menjawab, Danish justru mendorong tubuh Bintang untuk kembali ke kamar agar segera berganti pakaian. Bintang sempat bingung tapi tetap menuruti kemauan Danish.

Sekitar 10 menit Bintang sudah siap dengan style ngampusnya, ditemani totebag hitam yang isinya hanya satu binder, 2 pena, handphone, dan dompet.

"Skuy kita sarapan yang jauhhhhh." ajak Bintang yang menggandeng lengan Danish. Danish hanya mengikuti langkah Bintang menuju mobilnya, saat ini dirinya tidak bisa berbicara karena jantungnya sudah berdebar lebih cepat dari pada biasanya.

Apa dirinya perlu menanyakan perihal jantung ke Theo? Mungkin teman kosannya itu tau apa penyebabnya.

***

Sejak mobil Danish terparkir di pinggiran jalan, Bintang terus menggelengkan kepalanya. "Gilaaa, ini sarapan terniat sih."

Danish benar-benar membawa Bintang sarapan di tempat yang tidak biasa. Bukan hotel bintang lima, bukan juga tempat romantis. Tapi hanya sarapan bubur ayam pinggir jalan. Bintang bisa bilang ini adalah sarapan terniat karena jaraknya yang lumayan jauh hanya untuk sekedar sarapan.

Danish terkekeh, mengingat hal konyol yang ia lakukan semalam. Searching di google tempat sarapan paling terkenal di kota mereka. Jarak 30 menit dari kosan Bintang, bukan hal yang buruk karena tujuannya bukan hanya sekedar sarapan tapi juga menghabiskan waktu bersama sebelum besok mereka sudah libur semester.

"Balik kerumah hari apa?" tanya Danish sambil menuangkan sedikit sambal.

Bintang yang sedang mengaduk buburnya sempat berhenti sejenak, memikirkan jawaban. "Besok siang kayanya."

Cerita Danish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang