Selamat membaca:)
***
Dua bulan sudah setelah Danish dan Bintang menjadi runner up lomba karya tulis tingkat provinsi. Kini hubungan keduanya sudah kembali normal. Juga kembali dengan kesibukan masing-masing.
"Widih... Jadi nih besok sidang." ujar Teza yang baru keluar kamar dan mendapati Danish sedang membolak-balikkan skripsinya di ruang tamu. Ruangan yang jarang mereka gunakan. Yang kadang sudah dihina Jefri dan Teza karena katanya ruangan tak berguna. Nyatanya ruang tamu mereka berguna disaat-saat seperti ini. Karena ruang tamu selalu sunyi, cocok untuk belajar, berbeda dengan ruang tengah.
"Pergi lo, ganggu aja." Usir Danish. Danish harus benar-benar fokus kali ini. Bukannya pergi, Teza malah duduk di sofa depan Danish sambil memerhatikan Danish yang berusaha mengacukan keberadaan Teza.
"Doain gue lah." Ucap Teza.
"Hah? Mau nikah lo? Segala minta doa."
"Bukan anjing." Teza melempar pena tepat ke kepala Danish.
Danish menggosok dahinya, "Terus?" tanya Danish masih tak paham.
"Tiga hari lagi jadwal gue sidang."
Danish bertepuk tangan lumayan keras. Bangga dengan temannya yang satu ini. Teza yang kelihatannya selalu berada di depan TV untuk main PS, nyatanya seorang mahasiswa yang ambis. Tak jauh berbeda dengan Danush. Hampir setiap malam setelah bermain PS, Teza langsung masuk kamar demi menyelesaikan skripsinya.
"Underground ya pak?" tanya Danish sambil terkekeh pelan.
"Sengaja diem-diem. Biar nggak dibuat terbang sama ekspektasi sendiri. Apalagi kalo udah ada yang naik-naikin gue. Nggak bisa gue, takutnya malah nggak sesuai sama yang diomongin. Jatohnya malah kecewa."
Waktu seminar juga begitu. Teza baru memberi kabar ke anak kosan tepat dihari Teza melakukan seminar proposal. Itupun harus ditanya dulu dengan Jefri yang heran Teza memakai pakaian hitam putih dan almamater.
Kosan mereka lahi hectic banget akhir-akhir ini. Bahkan hari ini Danish belum melihat batang hidung Joni. Joni si anak teknik sipil, yang belakangan sering pergi pagi pulang malam, bahkan kadang tak pulang. Joni benar-benar sedang mengejar target agar bisa wisuda tahun ini.
Sedangkan Jefri, baru seminggu yang lalu melakukan seminar proposal. Sekarang lagi sibuk-sibuknya penelitian. Berbeda dengan Theo yang sebulan lalu sudah selesai masa co-ass. Sempat seminggu pulang ke Bali dan memutuskan untuk internship di Jogja. Sepertinya Theo sudah terlalu mencintai kota dengan sebutan kota pelajar ini.
Lain halnya dengan Sannan. Sannan masih betah bekerja di salah satu perusahaan start up yang cukup terkenal di Jogja. Padahal ibu dan ayahnya sudah bolak-balik menyuruh Sannan sambil menunggu wisuda.
"Jefri mana?" tanya Danish yang tidak melihat Jefri dari tadi. Biasanya sudah duduk manis depan TV.
"Penelitian kali." jawab Teza seadanya.
Danish menutup skripsinya sambil tersenyum simpul. "Nggak kerasa ya bentar lagi pisah."
"Ah Nish jangan mellow dong, males banget gue."
Danish tertawa mendengar respon Teza. "Seriusan Za, sayang banget gue sama kalian."
"Merinding sih gue dengernya. Lo nggak jadian sama Bintang jadi belok Nish?"
Decakan keras keluar dari mulut Danish. Teza memang susah untuk diajak ngomong serius.
"Capek banget gue ngomong sama lo." keluh Danish.
Tawa Teza mendominasi kosan yang isinya hanya mereka berdua.
"Becanda gue, jangan serius-serius amat lah Nish."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Danish [END]
General FictionMelangkah jauh demi sebuah harapan. Awalnya aku mengira kalau keputusan itu adalah jalan terbaik yang pernah ada. Hingga tak sadar, bahwa banyak hambatan untuk mencapai garis selesai. -Danish- _______ Danish itu emosian dan galak. Tapi kalau sama Bi...