Selamat Membaca:)
***
Selesai kuliah sore, Danish memutuskan untuk ke danau kampus sendirian. Pemandangan danau di sore hari lebih indah dari pada di jam-jam lain. Tapi untuk Danish yang datang sendirian akan terlihat sedikit aneh, karena ketika sore danau akan penuh dengan mahasiswa yang numpang pacaran.
"Nggak elit banget pacaran di kampus." gumam Danish sambil berjalan mencari tempat yang enak untuk duduk.
Niat untuk menikmati waktu sore sendirian gagal, karena mata Danish mendeteksi seseorang yang ia kenal.
"Jomblo ya? Makanya sendirian."
"Perlu banget gue bawaain kaca dari kosan nggak?" sindir Bintang.
Danish terkekeh pelan mendengar sindiran Bintang.
"Ngapain?" tanya Danish.
"Duduk."
Danish menyentil dahi Bintang karena jawaban Bintang yang tidak sesuai harapannya.
"Ya kan emang gue beneran lagi duduk."
"Terserah."
Ekspresi Danish berubah. Danish tipe yang mudah tersulut emosi bahkan dengan hal-hal kecil.
"Jangan ngambek dong, nanti yang bisa gue ajak gabut siapa kalo lo marah."
"Pohon." ketus Danish.
"Dih, lo tuh kenapa sih sensian mulu, pms lo tiap hari?"
"Ya emang gue gini, lu ngapa sih?"
"Ya makanya jangan marah-marah." teriak Bintang dengan nada tertahan agar orang lain tidak mendengarnya.
"Siapa yang marah?" tanya Danish.
Bintang menunjuk Danish menggunakan dagunya. "Nggak marah, lagi mikir aja." ucap Danish.
Bintang berdecih. "Mikirin apa emang?"
"Lo."
Bintang mengerutkan keningnya mendengar jawaban Danish. "Gue kenapa?"
"Nggak tau, lagi pengen mikirin lo aja."
"Nggak jelas banget sumpah."
"Bin, setahun lagi kelar ya?" entah apa maksud Danish yang tiba-tiba bertanya seperti itu.
"Ya kalo nggak ada hambatan, why?"
"Nggak papa."
"Kenapa sih Nish? Galau lo nggak ketemu gue lagi? Hah?"
"Dih, bersyukur gue nggak liat lo lagi." Danish baru saja mengungkapkan kebohongan diminggu ini.
"Awas aja lo, nanti gue tiba-tiba ngirim undangan ke rumah lo."
"Yaudah kirim aja."
***
Malam ini Danish tidak langsung pulang, tapi justru duduk di ruang tamu kosan Bintang dengan santai sambil memakan cemilan yang dia beli di minimarket depan kampus.
Bintang yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Kata Danish, penghuni kosannya pada pergi. Jadilah Danish mengikuti Bintang sampai kosan.
"Lo dari tadi makan sama main hp doang Nish."
"Ya lo liatnya gimana?" tanya Danish dengan nada tengil, sepertinya bentar lagi ketengilan Teza akan tersaingi.
Bintang berdecak sebal mendengarnya. Pikirnya Danish ini punya kepribadian ganda atau masih jadi remaja labil sih. Bentar-bentar sensi bentar-bentar nyebelin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Danish [END]
General FictionMelangkah jauh demi sebuah harapan. Awalnya aku mengira kalau keputusan itu adalah jalan terbaik yang pernah ada. Hingga tak sadar, bahwa banyak hambatan untuk mencapai garis selesai. -Danish- _______ Danish itu emosian dan galak. Tapi kalau sama Bi...