Selamat Membaca:)
***
Sudah lebih dari 3 menit Danish belum juga beranjak dari kosan Bintang.
"Lo kalo masih belom ada niatan pulang, mending masuk aja sekalian. Nggak usah depan gerbang juga." tawar Bintang untuk yang kedua kalinya. padahal waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.
lagi-lagi Danish menggelengkan kepalanya. "Ada yang mau diomongin?" tanya Bintang. Bintang tidak bodoh, mood Danish berubah saat Danish melihat pesan terakhir yang diterimanya.
"Nish please deh, lo tuh kenapa sih? dari tadi gue liatin kusut banget."
Danish menarik napasnya dengan kuat. "Boleh peluk nggak?" tanya Danish ragu.
Bintangg kembali mengerutkan dahinya. Sangat bingung dengan segala tingkah Danish. "Kenapa?"
"Ya nggak papa, boleh nggak? kalo nggak juga nggak papa." jawab Danish.
"Peluk doang kan?"
"Ya emang lo mau apa lagi?" tanya Danish balik, membuat Bintang salah tingkah. Dan baru sadar pertanyaannya tadi sedikit ambigu.
"Ah lama lo." Danish menarik tangan Bintang hingga bertubrukan dengan dada bidang Danish.
Bintang kaget, tidak biasanya Danish bertingkah aneh seperti ini.
"Danish kenapa?" tanya Bintang masih dalam elukan Danish yang... hangat,
Danish bergumam pelan, "Biasanya kalo oeang minta peluk itu lagi sedih. Danish lagi sedih?"
mungkin kalau suasana hatinya lagi baik, Danish akan senyam-senyum sendiri karena nada bicara Bintang yang berbeda dari biasanya. Apalagi memanggil Danish dengan namanya langsung.
"Nggak sedih." jawab Danish ragu. Nyatanya, pesan yang ia terima di dapur tadi mampu membuat Danish kehilangan moodnya.
"Danish." panggil Bintang.
"Hmm?"
"Lo kenapa?"
"Nggak papa, gue lagi nikmatin detak jantung lo yang kaya abis lari."
Spontan Bintang melepaskan pelukannya. Namun baru ingin dilepas, Danish kembali menarik Bintang kepelukannya.
"Biarin gini dulu bisa nggak?" tanya Danish.
Bintang diam lalu mengangguk dalam pelan, malu karena ketahuan jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Tapi Nish." satu Bintang dengan nada lirih.
"Jantung lo juga deg-degannya cepet banget."
Danish tersenyum dibalik peluknya. Ternyata benar kata orang, kalau pelukan bisa memperbaiki mood seseorang.
Danish melepas pelukannya, menatap Bintang dengan senyum tipis. "Makasih ya."
"Buat?" tanya Bintang heran.
"Pelukannya."
"Lagi ada masalah ya?" Danish hanya mengangguk singkat, tidak berniat untuk menceritakan pesan dari mamanya tadi.
Bintang menghela napas pelan, "Kalo nggak mau cerita nggak papa, tapi jangan keseringan dipendem. Sakit."
Danish mengacak rambut Bintang, "Gue balik."
***
Danish sedari tadi sibuk kesana kemari karena sudah pukul 10 lewat 10 pagi. Danish ada kuliah jam 10.15. tapi dirinya baru bangun ketika jam menunjukkan tepat pukul 10. padahal kelasnya pagi ini adalah kelas Pak Bambang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cerita Danish [END]
Ficción GeneralMelangkah jauh demi sebuah harapan. Awalnya aku mengira kalau keputusan itu adalah jalan terbaik yang pernah ada. Hingga tak sadar, bahwa banyak hambatan untuk mencapai garis selesai. -Danish- _______ Danish itu emosian dan galak. Tapi kalau sama Bi...