Realization

1.6K 177 4
                                    

Bab ini cukup singkat.

I wanna keep it simple and straight forward.

Selamat membaca fellas!

-> sambil dengerin lagu rec gue- UGH XD <-

___________________________________________

Panic Attack

Gangguan mental ini pernah dialaminya dulu, sering sekali muncul dia sampai membatasi lingkungannya dari serumah menjadi sekamar. Beberapa kali ia sempat diserang terlalu parah dan merusak mentalnya pecah-pecahan. Setelah dicek dan diberi tahu penyebabnya, sejak itu juga dia menjauh dari segalanya.

Lanney melap keringat yang meluncur di wajah Althea, sedangkan Faris dan Raymond menatapnya khawatir. Mereka berempat duduk di dalam gerbong terakhir, tempat tersepi agar tidak dilihat siswa-siswi lainnya.

"Sejak kapan ini muncul lagi, Al?" tanya Faris.

Althea merenung. "Beberapa minggu lalu."

"Kenapa bisa?"

Ia hanya mengendikkan bahu. Kalo saja ia tahu jawabannya pasti penyakit ini tidak muncul lagi.

"What happen, Al? Kenapa Dhea bisa tahu duluan lo ada di sini dan- begini!?"

Althea menoleh ke Raymond yang baru saja bertanya. "Dhea?" tanyanya yang dijawab anggukan oleh Raymond. "Iya, tadi dia datang ke gerbong kita, katanya lo kaya sesak napas gitu makanya gue langsung contact mereka semua, except for Ruby bcz she needs to bab first." 

"Gimana bisa muncul lagi?" Raymond menanyakan setelah ia melihat Althea mulai tenang. 

"Iya, udah hampir 10 tahun kan..." sambung Faris.

Althea tidak menjawab langsung. Kejadian saat ia dan Adhea yang sedang bercengkrama dengan santai terputar di memorinya, tidak ada yang salah. Semua sejalan dengan suasana. Tapi entah mengapa kedekatan mereka menimbulkan kesan asing dan perasaan aneh yang dulu selalu mencelakainya. 

Seharusnya ia bisa mengatasinya. It's been 10 years for heaven sake!! Kenapa penyakit ini masih menguasainya? 

Tadi, dia menyalahkan dirinya. Suara tadi selalu muncul sebelum serangan panik, seharusnya dia membentengi dirinya. Percuma handal dalam karate, taekwondo, boxing, jika melawan diri saja tidak bisa. Kenapa susah sekali?

"gue... teringat bunda tiba-tiba. Lalu ozzy." Althea mengadah melihat teman-temannya sambil tersenyum perih. "Masih sakit ternyata."

Lanney, Faris, dan Raymond menatapnya iba mata mereka sedikit berkaca.

"Masih... sakit... banget." 

Kalian pernah merasakan sakit yang luar biasa, air mata saja tidak bisa lolos dari rasa sakitnya? 

"huaaaa jangan begini dong, Allll!!! Sedih gue lihatnya!" Faris menghambur memeluk Althea erat. "Kalo lo mau nangis hikss, nangis aja hiks. Jangan ditahan dong..."

"Heh," Lanney menepuk punggung Faris, "Kok lo yang jadi nangis, sih?"

"Iyakan gue sedih- Memangnya kalian gak sedih? hah?" pria berotot itu mengusap air matanya, merengek. Ulahnya cukup menghibur Althea, kini senyumnya lebih leluasa.

Seketika pintu keluar terbuka. Menampilkan Ruby yang menatap mereka tak percaya.

"LO SEMUA JAHAT NINGGALIN GUE SENDIRIAN!!" 

"Kagaa Ruby, lo lagi di toilet. Masa kita berempat nemenin lo bab. Ewhhh?" sindir Raymond.

Lalu Ruby berlari dan duduk di tengah-tengah keempat lainnya.

HIDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang