Renjun Adira Gabriel

1.1K 151 1
                                    

"Mau coklat panas?"

Renjun tersentak saat suara lembut menyapa indera pendengarannya. Ia menoleh dan mendapati Rose tengah tersenyum menatapnya sembari memegang dua gelas coklat panas di tangannya.

Renjun mengangguk, ia menerima coklat panas pemberian Rose. Tak boleh menyia-nyiakan rejeki, kata Renjun.

Rose duduk di sebelah keponakan tampannya itu. Ia meneguk coklat panas itu diikuti Renjun yang juga meneguk coklat panas pemberian Rose. Kalau kalian tanya yang lain kemana, mereka ada di bawah main game.

"Ada yang mau kamu ceritakan?" tanya Rose.

"Hm? Cerita?" tanya Renjun tak paham.

Rose tersenyum manis, "Kisah musim semi seperti apa yang kamu alami?"

Renjun tersentak, ia tidak menyangka bahwa Rose mengetahui kalau musim semi datang kepadanya. Entah Renjun harus bersyukur atau tidak tentang tingkat kepekaan bibinya ini.

"Kisah musim semi Jeno itu dimulai dari pertemuan yang tidak disengaja, klise. Lalu kisah musim semi Beomgyu yang dimulai dari sebuah chat, klise. Lalu kamu? Kisah musim semi seperti apa yang tengah kamu alami, Sayang?" tanya Rose.

Rose menatap lembut anak laki laki di sampingnya. Rose tau kalau anak laki laki di depannya ini tengah mengalami masalah di perjalanan musim seminya.

Renjun menghela nafas lalu tersenyum nanar, "Bunda, tasbih yang Renjun gunakan sesudah sholat, tak akan pernah bisa bersatu dengan rosario yang ada di lehernya kan?"

Rose terbelalak, entah kenapa tiba tiba nafasnya tercekat. Rose tak pernah menyangka kalau keponakannya ini akan mengalami hal seperti ini.

"Sejak . . . Kapan?"

". . . 3 bulan yang lalu"

"Lalu? Bagaimana?"

"Bingung, Bunda"

"Bagaimana dengannya?"

"Sama"

"Kalian pacaran?"

Renjun menggelengkan kepalanya, "Ga, cuma confess doang"

"Hentikan, Sayang. Hentikan semuanya sebelum kamu jatuh terlalu dalam," ucap Rose serius.

Renjun ingin membantah perkataan Rose tapi Rose sudah berhasil mendahuluinya.

"Mudah kan? Bunda tau bahwa Bunda bukan satu satunya orang yang mengatakan ini"

"Orang yang tak pernah mengalaminya pasti tak akan pernah tau derita orang yang mengalami. Bunda tau itu"

"Bingung antara maju dan juga mundur kan?"

"Kamu laki laki, kalau kamu mau maju, silahkan. Kamu yang akan jadi imam jadi ada kesempatan buat kamu merubah keadaan"

"Bunda tau diantara kalian bertujuh, kamu yang paling tenang, bijak, cerdas dan dapat diandalkan. Jadi, kamu pasti tau apa yang terbaik bagi dirimu sendiri"

"Coba pikirkan. Seandainya gadis itu benar benar mengikutimu, ia pindah agama hanya karenamu. Apa kamu pikir dia tidak bisa meninggalkanmu hanya karena laki laki lain?"

"Renjun, terkadang yang hadir belum tentu takdir. Jadi jangan terlalu mencintai ciptaannya, nanti sang penciptanya cemburu"

Renjun terdiam. Ia merenungkan semua ucapan Rose. Ia bingung, benar benar bingung. Kenapa harus dia? Kenapa harus dia yang mengalami hal seperti ini?

"Ambil wudhu lalu sholat, Sayang. Minta petunjuk dari sang pencipta. Bunda yakin kamu bakalan dapat jawabannya," ucap Rose lalu melangkahkan kakinya pergi setelah berpamitan dengan Renjun.

Renjun berdiri, mungkin apa yang dikatakan Bundanya benar. Mungkin ia harus meminta petunjuk dari yang memberi kehidupan.








**









"Dek, kamu kenapa?"

Tanya seorang gadis bersurai pendek yang dari tadi melihat adiknya yang tiba tiba menangis.

"Adik kamu kenapa, Kak?" tanya seorang wanita.

"Gatau, Mah. Tiba tiba dia nangis setelah telfonan sama orang," jawab sang kakak.

"Kamu kenapa sih, Dek. Cerita dong," pinta sang kakak kepada adiknya.

Sang adik langsung memeluk sang ibu. Ia menangis, menangis sesenggukan di pelukan sang ibu. Entah kenapa hatinya benar benar sakit sekarang.

"Dek, ayo dong cerita. Kakak sama Mama ga bakal bisa bantu kalau kamu ga cerita akar masalahnya," ucap sang kakak cemas.

Dengan sesenggukan, sang adik mendongakkan kepalanya. Wajah cantiknya tertutupi oleh air mata yang terus terurai dari kedua matanya itu.

"Kak, ini rahasia adek hiks hiks. Adek . . . Adek suka sama laki laki yang beda keyakinan sama adek," jelas sang adek dengan sesenggukan.

Sang kakak dan sang ibu langsung membelalakkan matanya. Bahkan sang ayah yang baru datang langsung duduk di samping sang kakak dengan mata melotot meminta penjelasan.

"Jelaskan," ucap sang ayah dingin.

Dengan sesenggukan, sang adik menjelaskan bagaimana kronologi pertemuannya dengan sang laki laki yang ia cintai.

Sang ayah, ibu, bahkan sang kakak langsung terdiam. Mereka tak tau harus bagaimana dalam berucap bahkan berkomentar.

"Nak, cinta beda agama itu sulit," ucap sang ayah.

Sang ibu mengangguk, "Tuhan saja berani ia tinggalkan, apalagi kamu yang tidak ada apa apanya," timpal sang ibu.

"Dia tidak pernah meninggalkan Tuhannya, Mah," ucap sang adik.

"Lalu bagaimana?" tanya sang ibu.

"Dia memang tak pernah meninggalkan Tuhannya, dia meninggalkanku," ucap sang adik sebelum air matanya menerobos keluar.

Sang ayah, ibu, dan kakak pun terdiam. Mereka benar benar sudah tak bisa berkata kata lagi sekarang. Entah kenapa tiba tiba sang ibu dan sang kakak menangis. Mungkin inilah yang dinamakan insting wanita. Mereka sensitif terhadap lingkungannya. Sesak dan hampa.









**









Di sisi lain, Rose tengah memeluk laki laki yang masih memakai sarung di depannya. Dengan lembut, Rose mengelus punggung laki laki yang sudah ia anggap anak kandungnya itu.

"Tak ada salahnya laki laki menangis. Menangislah kalau kamu memang sudah tak kuat. Walau menangis tak mampu menyelesaikan masalahmu, tapi setidaknya kamu akan merasa sedikit lega," ucap Rose.

Hanya sebuah perkataan yang singkat menurut Renjun, tapi air mata laki laki itu menerobos keluar dari bendungannya. Sakit, rasanya sakit saat ia dipatahkan oleh kenyataan dan dipaksa mundur oleh keadaan.

Gadis yang kamu sukai ga bakal pernah tau, Renjun. Ia tidak pernah tau sesakit apa rasanya saat kamu menghapus paksa namanya dari amiinn-mu

















Tuesday, 25 May 2021

[✓] Royal FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang