Pahlawan Kemalaman

848 99 3
                                    

Felix baru saja pulang dari bermain bersama dengan anggota klub debatnya. Ia sendiri sudah ijin kepada sang Bunda.

Ia, Hyunjin, dan Jeno memang tidak satu klub. Walau mereka bersaudara, mereka juga punya kesukaan masing masing. Jeno klub basket begitu juga dengan Hyunjin yang ikut klub sepak bola.

Sebenarnya mereka bertiga juga sama sama ikut klub basket, tapi Felix dan Hyunjin jarang masuk berbeda dengan Jeno yang memang sering ikut latihan. Felix dan Hyunjin hanya akan latihan kalau mereka akan lomba. Karena Felix dan Hyunjin memang termasuk tim inti dari tim basket SMA mereka.

Felix menghentikan motornya saat ia mendengar sebuah suara yang meminta tolong walau samar. Ia menepikan motornya dan turun di depan gang yang terlihat sepi itu.

Dengan berbekal rasa penasarannya, Felix masuk ke gang itu. Matanya terbelalak saat mendapati seorang gadis yang sudah menangis karena dikelilingi pria pria bajingan itu.

“Apaan nih,” ucap Felix yang membuat semua atensi teralihkan padanya.

“Pergi! Jangan ikut campur kalo lo masih mau hidup,” peringat salah seorang pria disana.

Netra Felix tak sengaja bertemu dengan seorang gadis yang tengah meringkuk tersebut. Mata yang sendu itu entah kenapa membuat Felix tak tega meninggalkannya sendirian.

“Kalau gua ga mau?” tanya Felix santai.

“Maka lo bakalan mati di tangan gua hari ini,” ancam pria itu.

Felix tersenyum miring, “Coba aja kalo bisa”

Perkelahian 5 vs 1 itu tak terhindarkan. Felix bersyukur karena ia sudah diajari bela diri oleh sang Papa. Akhirnya ada gunanya juga ilmu bela diri yang ia punya.

Bughhhhh

Felix melayangkan pukulannya pada pria terakhir yang masih berdiri. Ia menendang pipi pria yang sudah tersungkur itu hingga membuat pria itu kehilangan kesadarannya.

“Cih.” Felix meludahkan darah yang sudah bercampur ludah itu. Sudut bibirnya yang sobek itu baru terasa perih sekarang. Entah apa yang harus dijelaskannya pada sang Bunda nanti.

Felix melepas jaketnya lalu menyodorkannya pada gadis yang masih meringkuk itu. Gadis berambut setengah coklat dan abu abu gelap itu mendongak.

“Pake! Abis ini gua anter pulang”

Gadis itu masih mengerjapkan matanya yang membuat Felix gemas sendiri. Karena tak sabar, Felix langsung menyampirkan jaketnya ke punggung gadis itu.

“Baju lo sobek semua. Pake gih!”

Gadis itu segera sadar dan langsung memakai jaket yang diberikan Felix. Felix menghela nafas lalu mengulurkan tangannya untuk menarik resleting jaketnya yang dipakai gadis di depannya.

“Ayo pulang,” ajak Felix.

Felix menoleh saat menyadari gadis itu tak kunjung mengikutinya.

“Kenapa?” tanya Felix.

Gadis itu diam, matanya melirik sekitar. Awalnya Felix heran, tapi tak lama kemudian ia paham dengan ketakutan gadis itu.

“Tenang aja. Gua ga bakal ngapa ngapain lo,” ucap Felix.

Gadis itu menatap netra laki laki berambut pirang yang baru saja menyelamatkannya itu. Ia bermaksud mencari kebohongan di balik mata cokelat itu tapi ia tak menemukan sedikit pun kebohongan pada tatapan mata teduh itu.

Gadis itu mengangguk lalu mengikuti Felix yang sudah berjalan di depannya.

“Lo kenapa bisa disana?” tanya Felix saat mereka sudah berada di atas motor Felix. Gadis itu terdiam mendengar pertanyaan Felix.

[✓] Royal FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang