22

897 164 19
                                    

"You do not just wake up and become the butterfly,
growth is a process"

****

Jangan lupa buat vote dan coment ♡

Hari itu, Aruna tengah bersantai sambil membaca daily prophet dengan tenang bersama ketiga sahabatnya sebelum Neville datang dengan wajah merah padam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari itu, Aruna tengah bersantai sambil membaca daily prophet dengan tenang bersama ketiga sahabatnya sebelum Neville datang dengan wajah merah padam.

"Aruna! Aruna!" Aruna mengadah dengan malas, ia mau hari ini hanya santai sebelum melakukan detensinya nanti malam. "Kenapa Nev?" tanya Aruna kembali melihat daily prophet yang penuh dengan berita tournament triwizard.

"I-itu Pevensie" jawabnya terbata dengan tangan mengigil, ciri khas seorang Neville kala kebingungan atau ketakutan. Aruna langsung berdiri dari duduknya saat mendengar nama Pevensie. Ia maju kedepan Neville dengan wajah cemas

"Edmund? Edmund kenapa?" Hermione, Ron, dan Harry yang tampak ingin tahu berdiri dibelakang Aruna sambil menatap Neville dengan harap cemas.

"P-pevensie dan M-malfoy, mereka berkelahi"

"Yang benar saja?" pekik Aruna kaget. Dia melihat Hermione yang tengah melihatnya juga "Dimana?" tanyanya melihat Neville lagi.

"Courtyard" Aruna langsung lari dengan tergesa - gesa disusul Hermione, Harry, dan Ron. Dan benar saja, Courtyard ramai dengan orang - orang yang menyoraki nama Draco dan juga Edmund. Aruna menerobos lautan murid dan berdiri dibarisan paling depan. Betapa terkejutnya gadis itu saat melihat Edmund dan Draco berkelahi dengan tangan bukan menggunakan mantra seperti yang Aruna pikir. Tentu Draco babak belur sampai bibirnya sedikit koyak. Ia bahkan tak tahu bagimana caranya melayangkan satu tinjuan agar mengalahkan Edmund.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Ron. Sebenarnya Ron lumayan senang melihat lebam - lebam biru diwajah Draco. Ya, anggap saja dendam Ron selama ini terbayarkan.

"Ya memisahkan mereka tentu saja" sahut Aruna. Gadis itu langsung meraih tangan Edmund sebelum kepalan tangannya kembali meninju pipi Draco. Edmund terlihat sangat kalap, dia menyerang Draco seperti kesetanan. Bajunya bahkan sudah tidak mengambarkan seorang Edmund yang rapi, sangat acak - acakan.

"Edmund! Stop! Apa - apan kalian ini?" tanya Aruna tak habis pikir. Ia menatap Draco yang sudah dipengang Zabini. Pria itu memengang luka dibibirnya dan meringis setelah itu.

Aruna menelisik Edmund dari ujung rambut sampai kekaki pria itu. Wajahnya hanya sedikit lebam. Lalu Ia melihat Draco yang masih melihat Edmund tidak suka, pria itu terluka cukup parah, bahkan aruna rasa hidungnya sedikit patah.

Aruna kembali melihat Edmund "Ed, temui madam pomfrey sekarang, okay? " lalu mengalihkan perhatiannya ke arah Draco. Ia maju selangkah. Aruna sedikit menjijit untuk menyentuh lebam dibawah mata pria dengan rambut platina kusut itu.

𝐎𝐑𝐏𝐇𝐈𝐂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang