Sebuah mobil SUV berhenti di pelataran rumah. Ale melangkah keluar mobil mengikuti Papanya yang lebih dulu keluar dan berjalan memasuki rumah. Satu tangan Ale menyeret koper miliknya sementara tangan satunya menjinjing tas Papanya. Setelah beberapa jam menembus perjalanan dari Magelang, badannya terasa lelah.
Ale langsung menaiki tangga menuju kamarnya. Dia hanya meletakkan kopernya di sudut kamar, lalu memilih merebahkan badannya di tempat tidur. Rasa kantuk mulai merambatinya. Namun, pikirannya masih sulit ditidurkan dan malah mengajaknya menjelajah pada peristiwa tadi pagi di rumah Abimana.Jam 3 pagi. Dia terbangun karena haus dan memutuskan menuruni tangga untuk mengambil air mineral. Saat sedang melewati mushola kecil di dekat ruang keluarga, dia melihat Abimana sedang bersimpuh diatas sajadah. Tangannya menengadah dan matanya terpejam. Dia tampak sedang khusyuk berdoa. Sepintas, Ale bisa mendengarkan ucapan doanya. Ada sesuatu yang kemudian bergejolak di dalam hatinya setelah mendengarnya. Hingga dia akhirnya memilih membatalkan niatnya mengambil minum dan kembali menaiki tangga. Kakinya diseret menuju kamar karena dia seperti kehilangan tenaga.
Haruskah kamu berdoa seperti itu, bi? Apakah aku seberharga itu bagimu hingga kamu mendoakanku di sepertiga malammu?
Ale terus menggumamkannya di dalam hati. Bahkan, saat tadi berpamitan dengan Abimana, dia memilih menatap lekat ke dalam mata laki-laki itu, mencari tahu apa yang sebenarnya di dalam hatinya.
Tangan Ale mengusap wajah dengan kasar. Haruskah dia memikirkan hal itu terus menerus? Kenapa sulit sekali hilang dari pikirannya? Dia kemudian beranjak dari tempat tidur dan memilih mandi. Semoga guyuran air shower bisa membawa pergi kegalauannya bersama aliran airnya.
***
Layar televisi menampilkan acara kartun princess Sophia, favorit Priscilla. Anak perempuan itu bersandar pada badan Abimana yang duduk di sampingnya, menemaninya. Bibirnya sesekali mengembangkan senyum.
"Princess Sophia cantik seperti Tante Ale ya, Pa." Gumam Priscilla tiba-tiba, membuat Abimana mengernyitkan alis.
"Kenapa tiba-tiba Tante Ale?"
Priscilla mendongak, menatap wajah Abimana. "Papa sayang tante Ale?"
Mata Abimana membulat mendengar pertanyaan keponakan perempuannya. Bagaimana bisa anak sekecil ini menanyakan hal seperti itu?
"Kenapa kamu bertanya begitu, nak?" Abimana balas bertanya sembari mengusap lembut rambut pendek Priscilla.
"Kasian Tante Ale. Dia tidur di lantai."
"Hah?! Kok tidur di lantai? Bukannya tidur sama Cilla?" Abimana keheranan.
Priscilla menggeleng. "Tadi pagi Cilla bangun, Tante tidur lantai, pakai mukena. Tante nangis."
Ada yang mengganggu pikiran Abimana setelah mendengarnya. Benarkah Ale masih seterluka itu hingga masih menangis ketika tidur?
"Tante tadi mungkin ketiduran setelah shalat subuh." Abimana menjelaskan pada Priscilla dengan bahasa yang sederhana dan keponakannya itu hanya mengangguk saja, lalu melanjutkan menonton Princess Sophia. Sementara Abimana hanya diam, memandang kosong pada layar televisi. Otaknya sedang mengajaknya berkelana jauh pada seorang Alessandra.
***
Semilir angin berhembus, menerbangkan rambut-rambut yang tidak terikat ikat rambut. Meski matahari sedang bersinar terik pagi ini, namun berada di lantai atap kantor ini terasa teduh.
Pandangan Ale tertuju pada ujung-ujung pohon yang bergoyang karena tiupan angin. Ranting-rantingnya saling bergesekan, dan yang rapuh akan jatuh dengan sendirinya, lalu tertiup angin hingga jauh dari pohon.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Long Way To You
RomanceKehilangan Andra adalah kehilangan besar bagi Alessandra. Meski dia terus berusaha menyisihkan lukanya, namun dia justru berakhir merindukannya. Hingga, Abimana datang ke dalam hidupnya. Memberi warna baru ke dalam hidupnya dengan cara yang tidak te...