Suara bel pintu terdengar dan membuat Ale bergegas menuruni tangga. Rambutnya masih basah dan belum sempat dikeringkan. Ia harus membersihkan rumah karena Abimana dan Priscilla yang akan datang siang ini. Namun, langkah Ale terhenti karena Papanya sudah lebih dulu membukakan pintu.
"Siang, eyang." Suara cempreng Priscilla langsung terdengar. Refleks, Ale tersenyum lebar. Ia berjalan menuju pintu.
"Hai, tante Ale." Sapanya kemudian.
"Hai, Cilla. Capek, ya?"
Priscilla langsung menggeleng. "Tadi tidur di jalan, tante."
"Yuk, masuk dulu. Ayo, bi." Ajak Papa Ale. Pintu dibuka lebar agar Priscilla dan Abimana bisa masuk. Laki - laki itu tampak segar dengan kaos polo warna putih dan celana jeans. Rambutnya rapi dengan pomade. Satu tangannya menarik koper.
"Kamu bawa koper?" Bisik Ale pada Abimana.
"Iya. Kata Om Osman disuruh nginap sini." Balas Abimana dengan berbisik pula. Alis Ale naik. Konspirasi apa lagi ini? Kenapa dia tidak bilang semalam?
"Aku juga baru tahu tadi pagi, Le. Om Osman telepon dan memintaku menginap. Maaf ya, belum sempat bilang kamu." Lanjut Abimana.
Sementara Ale hanya menanggapi dengan anggukan lemah. Kalau sudah begini, apa yang bisa dia lakukan?
"Le, kamu antar Abimana ke kamar Bara, ya." Pinta Papa yang hanya dijawab anggukan oleh Ale. Ia mengajak Abimana ke kamar belakang, tempat biasa Bara menginap.
Semoga Bara tidak membuat kekacauan sebelum berangkat tadi, batin Ale.
Biasanya, laki-laki itu akan meninggalkan baju kotor di sudut ruangan atau meninggalkan baju bersih yang tidak jadi dipakai di tempat tidur. Itu adalah kebiasaannya jika sudah terburu-buru. Tangan Ale menggenggam pegangan pintu dan mendorongnya. Seluruh kamar bersih untuk pertama kalinya. Tidak ada baju yang berserakan, ataupun buku - buku yang tidak dikembalikan pada tempat semula.
Sepertinya memang sebuah konspirasi, batin Ale lagi."Kamarnya kecil. Dan aku belum sempat menyiapkan apapun, termasuk bunga."
Abimana langsung tertawa mendengarnya. Ia merasa Ale menyindirnya. Namun, senyum di bibir Ale setelah mengatakannya, membuatnya rela jika disindir berkali-kali.
"Cilla nanti biar tidur sama aku." Lanjut Ale.
"Iya." Abimana mengulurkan koper berwarna pink yang tadi dibawanya. "Semua barangnya di sini."
Ale mengangguk. Dia akan belajar mengurus anak kecil hari ini, karena Abimana tidak mengajak Mbak Atik, pengasuh Priscilla.
"Aku bawa koper Cilla ke atas dulu." Satu tangan Ale menyeret koper yang diberikan Abimana tadi, membawanya menaiki tangga, lalu masuk ke dalam kamarnya. Ia mulai berpikir untuk membereskan kamarnya. Ada banyak tumpukan berkas debitur di sudut meja, dan juga rakitan lego yang baru jadi separuh.
Ia lalu merapikan berkas debitur dan memasukkannya ke dalam laci meja, menutup layar notebook yang terbuka, lalu menyisihkan rakitan lego di sudut meja."Le.."
Ale langsung menoleh ke arah suara. Ia menemukan Abimana berdiri di daun pintu. Tangannya menggenggam boneka teddy bear.
"Aku lupa memberikan boneka ini. Cilla harus tidur dengan boneka ini." Suara Abimana terdengar ragu-ragu. Dia merasa tidak nyaman tiba-tiba berdiri di depan kamar Ale.
Namun, Ale justru tersenyum. Ia berjalan mendekat ke arah Abimana, menerima uluran boneka dan membawanya ke tempat tidur.
"Kamu sudah merakitnya?" tanya Abimana kemudian. Ale langsung paham dengan maksud ucapan Abimana. Ia menoleh pada rumah pohon di di sudut meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Long Way To You
RomanceKehilangan Andra adalah kehilangan besar bagi Alessandra. Meski dia terus berusaha menyisihkan lukanya, namun dia justru berakhir merindukannya. Hingga, Abimana datang ke dalam hidupnya. Memberi warna baru ke dalam hidupnya dengan cara yang tidak te...