Suara ketukan heels pada lantai keramik mengisi keheningan di dalam ruang tunggu yang sepi. Untuk membunuh kebosanan karena menunggu, Ale mengetuk-ngetukkan heelsnya pada lantai sembari membaca ulang materi presentasinya. Semalaman, ia nyaris tidak tidur mempersiapkan file presentasi pagi ini di kantor wilayah. Dia harus mempresentasikan usulan kredit yang diajukan Abimana pada Pemimpin Wilayah. Bagaimanapun, dia sangat berharap kalau usulan ini akan disetujui. Selain akan mempertahankan Abimana sebagai debiturnya, usulan ini juga akan membantu pencapaiannya tahun ini.
Pintu ruang tunggu kemudian terbuka. Pak Ilham, kepala cabangnya, masuk ke dalam ruang tunggu dengan setelan jas yang rapi.
"Gimana, Le? Kamu sudah siapkan semua alat tempurmu?" tanyanya sembari duduk di seberang Ale.
"InsyaAllah siap, Pak."
"Kalau ini goal, Bapak akan kasih kamu cuti panjang di akhir tahun."
Senyum Ale mengembang lebar. Ucapan Pak Ilham menambah semangatnya untuk bisa meloloskan ini.
Pak Ilham melirik ke jam tangannya. "Jam berapa nanti?"
"Setelah ini, Pak." Jawab Ale yang dibalas anggukan oleh Pak Ilham.
Sekretaris pemimpin wilayah tiba-tiba masuk ke dalam ruangan, mengatakan kalau presentasi sebelumnya sudah selesai dan meminta Ale masuk ke dalam.
"Kamu pasti bisa." Pak Ilham menyemangati sembari menepuk pundak Ale.
"Terima kasih, Pak. Nanti bapak dukung saya, ya. Bapak bisa bisik-bisik dikit ke Pak Pinwil." Balas Ale yang membuat Pak Ilham langsung tertawa. Mereka berdua lalu berjalan masuk ke dalam ruang rapat.
Suasana di dalam ruang rapat lengang dan terasa mencekam. Pemimpin Wilayah di kursi paling ujung dan tengah sibuk dengan ponselnya. Sementara di kanan kirinya ada Wakil Pemimpin Wilayah dan tim pemutus kredit. Ale menarik napas panjang dan mulai mempersiapkan presentasinya. Tangannya mencengkeram kuat, menahan kegugupannya saat semua mata tertuju padanya.
Setelah menarik napas panjang beberapa kali, ia memulai presentasinya. Rasa gugupnya perlahan menghilang setelah ia mulai berbicara tentang banyak hal. Ia juga sampai heran bagaimana dia bisa bicara selancar ini tentang usaha yang dilakukan Abimana, sehingga akan menjadi pertimbangan tim pemutus kredit untuk menyetujui usulannya. Bahkan, ia bisa menjawab dengan yakin semua pertanyaan mereka.
Ale terduduk lemas di kursinya setelah selesai menjalani komite kredit, sebuah rapat yang diadakan oleh tim pemutus kredit kantor wilayah bank sebelum menyetujui atau menolak sebuah prakarsa kredit dengan total exposure kredit yang melebihi kewenangan pemimpin cabang. Orang-orang yang tergabung dalam tim pemutus kredit, satu persatu mulai keluar ruangan, menyisakan Ale dan Pak Ilham.
"Amazing, Le! Pak Pinwil tadi sampai kagum sama kamu. Belum pernah ada yang se-yakin dan se-menguasai debitur seperti kamu." Puji Pak Ilham, sembari menghampiri Ale.
Sementara Ale hanya tersenyum menanggapi, lalu mulai membereskan barang-barangnya.
"Saya sih yakin 90% OK. Tinggal nunggu kunjangannya ke sana minggu depan."
"Iya, Pak. Nanti saya sampaikan ke debiturnya untuk siap-siap."
"Kalau begitu, saya duluan ya."
"Iya, Pak. Terima kasih."
Setelah itu Pak Ilham keluar ruangan, diikuti Ale yang juga telah selesai merapikan barang-barangnya. Ia berjalan menuju ke pintu lift yang akan membawanya ke lobby. Ponselnya tiba-tiba berbunyi. Nama Abimana tertera di layar ponsel.
"Sudah selesai, Le?"
"Hmm. Ini mau turun."
"Aku tunggu depan Lobby."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Long Way To You
Любовные романыKehilangan Andra adalah kehilangan besar bagi Alessandra. Meski dia terus berusaha menyisihkan lukanya, namun dia justru berakhir merindukannya. Hingga, Abimana datang ke dalam hidupnya. Memberi warna baru ke dalam hidupnya dengan cara yang tidak te...