10. Kubangan Masa Lalu

319 39 2
                                    

"Apa yang bisa aku bantu, Le?" Abimana berdiri di belakang Ale, melongok dari jauh, apa yang sedang dimasaknya.

Senyum merekah di bibir Ale saat menoleh pada Abimana. "Aku cuma bikin pancake, bi. Cilla bilang dia sangat suka pancake dengan saus caramel."

"Aku jadi merepotkanmu."

"Apa sih? Oh ya, bisa bangunin Cilla, nggak?

"Boleh aku masuk kamarmu?"

"Masuk aja. Tidak ada apa-apa di kamar."

Abimana mengangguk, lalu berjalan meninggalkan Ale di dapur. Langkah kakinya panjang-panjang menaiki tangga. Ia berdiri sesaat di depan kamar Ale, lalu membuka pintunya. Cilla masih terlelap di tempat tidur. Tidak biasanya anak ini bisa betah tidur sampai siang. Ia berjalan mendekati Cilla, lalu duduk disisi tempat tidur. Tangannya mengelus lembut rambut Cilla yang berantakan.

"Cil, bangun, yuk! Tante Ale sudah bikinin kamu pancake."

Priscilla hanya mengulat sesaat, tanpa membuka mata sedikitpun. Abimana tersenyum melihatnya, sepertinya anak ini betah sekali di sini. Ia nyaris beranjak, hingga sesuatu menarik perhatiannya. Tangannya meraih ipod yang tergeletak di nakas. Sesuatu di dalam hatinya menggerakkannya untuk mendengarkan apa yang tersimpan di dalam ipod. Alunan piano yang beradu dengan derai hujan langsung terdengar. Alunannya sangat menyayat, seolah ingin menyampaikan kesedihan yang dalam. 

Saat tangan Abimana melihat tulisan di bagian belakang ipod, ia tahu kalau barang ini adalah pemberian Andra yang masih disimpan Ale. Meski tidak ada satupun foto mereka yang terpajang di kamar ini, tapi barang ini menjadi tanda kalau Ale masih tidak melepaskan Andra. Lalu, bagaimana dia akan memulai sesuatu yang baru jika terus membiarkan dirinya berkubang dengan masa lalu?

Abimana melepaskan earphone yang melekat di telinganya, lalu mengembalikan ipod di tempat semula. Dia lalu membangunkan Priscilla hingga bangun, kemudian mengajaknya mandi. Ada yang terasa sangat sakit di hatinya, hingga dia tidak ingin berlama-lama di sini.

***

Ale terpaku di teras, setelah mobil sedan milik Abimana meninggalkan pelataran rumahnya. Ia tidak tahu kenapa tiba-tiba laki-laki itu pamit pulang, meskipun ia beralasan sedang ada pekerjaan mendadak. Dia bahkan membiarkan Priscilla yang merengek karena minta tinggal. Tidak biasanya, Abimana menjadi sekeras itu pada keponakannya. Tapi, dia benar-benar berubah sejak membangunkan Priscilla. Sesuatu kemudian  mengusik Ale. Ia lalu bergegas masuk ke dalam rumah, menaiki tangga menuju kamarnya. Pandangannya langsung terhenti di meja nakas. Ipod milik Andra tergeletak asal di sana. 

Apakah Abimana tadi mendengarkannya?

Tangan Ale meraih ipod itu dan membalikkannya. Nama Andra jelas tertulis di bagian belakangnya. Abimana pasti tahu kalau dirinya tidak sepenuhnya berniat melupakan Andra. Ia pasti berpikir kalau dirinya masih terus berkubang pada masa lalu, yang berarti akan sangat sulit membuka hati untuk orang baru. Tangan Ale mengepal erat. Dia sudah menyakiti Abimana lagi. 

***

Satu porsi toast berisi telur dan bacon, juga segelas susu terhidang di meja.  Ada secarik kertas di sampingnya.

Sarapan untukmu. Maaf aku pulang tanpa pamit.

Karen.

Bara meletakkan kertas itu di meja, lalu mulai duduk di kursi bar. Ia meraih gelas susu dan meminumnya sedikit. Ia kemudian meraih toast dan memakannya. Ingatannya mengulang lagi apa yang terjadi semalam. Dia mungkin sudah menyakiti Karen dengan sikapnya. Tapi, untuk saat ini, itu adalah hal terbaik yang bisa dia lakukan untuk perempuan sebaik Karen.

A Long Way To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang