28. Pillow Talk

377 51 4
                                    

Suara tawa Priscilla memenuhi ruang tengah yang biasa dipakai untuk berkumpul keluarga. Anak perempuan itu sedang sibuk bermain lego milik Abimana yang belum dirakit. Ale mengambilnya dari ruang kerja suaminya setelah meminta ijin terlebih dulu. Mereka berdua duduk melantai dengan alas karpet bulu. 

Tadi pagi, Abimana sudah berangkat ke Malaysia dan mungkin akan berada di sana sampai besok. Jadi, malam ini, hanya ada Ale dan Priscilla di rumah. Pagi tadi, Ale memasakkan pancake untuk keponakan kecilnya, lalu mereka menonton film anak di disney channel dan sekarang bermain lego. 

Suara bel di pagar rumah membuat Ale beranjak dari lantai. Dia melihat ke monitor kecil di dinding untuk melihat siapa yang datang. Bibirnya mengembangkan senyum saat melihat Karen berdiri di depan pagar dengan membawa sesuatu di tangannya. Dengan cepat, dia berjalan menuju ke pagar depan.

“Makasih ya, udah datang.” Ale menerima uluran bungkusan plastik di tangan Karen setelah membuka pintu.

“Aku yang makasih sudah diundang ke rumahmu.”

Ale mengajak masuk sahabatnya setelah menutup kembali pagar depan.

“Cilla, kenalkan ini teman Tante. Namanya Karen.” Ale mengenalkan Karen pada Priscilla yang masih sibuk merakit kepingan lego. Anak perempuan itu menoleh dan meletakkan kepingan lego di tangannya. Dia beranjak dari lantai dan menghampiri Karen.

“Salam kenal, Tante.”

“Manis sekali.” balas Karen sembari membungkukkan badannya. “Sedang main apa?”

“Lego.”

“Waah, ini pasti karena Abimana.” Ucap Karen sembari menatap Ale yang tertawa mendengarnya.

“Tante, boleh ikut?” 

“Ayo, tante!” Priscilla mengajak Karen duduk melantai dan mengajarinya bermain lego. Mereka tampak akrab meski baru saja bertemu. Ale kemudian menyusul dengan membawa sepiring churros yang dibawa Karen.

“Kenapa kalian senang sekali memainkan barang sekecil ini?” Karen mulai lelah karena dia tidak bisa menemukan kepingan lego yang sesuai. Dia lalu merebahkan badannya di karpet. Wajahnya tampak lelah karena dia juga baru saja pulang kerja.

“Kamu mau mandi, ren?” tawar Ale.

“Hmm, boleh. Aku pinjam baju, ya.”

Ale mengangguk. Dia lalu beranjak dari lantai kemudian berjalan menuju kamarnya, mengambil kaos dan celana boho sebatas lutut.

“Kamu mau aku buatkan kopi, mungkin?” tanya Ale setelah mengulurkan baju ganti dan handuk.

“Aku bisa bikin sendiri nanti. Kamu main saja dengan Priscilla.”

“OK.” Ale pun kembali duduk melantai. Dia meraih ponselnya, untuk melihat apakah ada pesan dari Abimana. Tapi, tidak ada. Suaminya itu pasti masih sangat sibuk hingga tidak sempat memberikan kabar malam ini.

“Cill, ini churros-nya dimakan.” Ale menyodorkan piring churros pada Priscilla.

“Suapin, tante.”

Ale tersenyum mendengar permintaan Priscilla. Dia teringat peristiwa dua tahun lalu ketika di tempat ini, bermain lego bertiga bersama Abimana, lalu laki-laki itu menyuapinya strawberry cake. Suapan yang menjadi awal dari jantung yang berdebar tidak biasa dan juga perasaan yang tidak ingin pisah.

“Tante, kok malah senyum-senyum sendiri?” Suara Priscilla menggugah Ale dari lamunannya. Dia pun seketika mengambil churros, mencelupkannya ke dalam saus coklat lalu menyuapkannya pada Priscilla.

_***_

Lampu menyala remang-remang, menghasilkan pantulan bayangan di langit-langit kamar. Sejak satu jam yang lalu, Karen hanya diam menatap pantulan bayangan itu sembari memutar kembali ingatannya. Dia sedang mengulang lagi semua hal yang sudah terjadi selama satu tahun belakangan. Sama sekali, dia tidak pernah berpikir kalau akan mengalami begitu banyak hal dalam rentang waktu satu tahun saja. Dua tahun lalu, dia bahkan tidak pernah membayangkan kalau dia akan mengalami begitu banyak kehilangan. Perceraiannya dengan Bhaskara, lalu pindah ke Jogjakarta bersama ibunya, pertemuannya dengan Bara yang tidak terduga dan menghadirkan perasaan cinta, hingga saat dia harus kehilangan ibunya untuk selamanya. Semuanya berjalan berurutan tanpa bisa dicegah. Seakan jalan hidupnya sudah ada dalam skenario yang tidak bisa dibantah.

A Long Way To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang