32. An Ending For Everyone

785 58 7
                                    

Jalan kehidupan setiap orang tidak pernah sama, meskipun kita memulainya di tempat yang sama persis. Kadang, orang harus melewati begitu banyak jalan terjal hingga akhirnya sampai di ujung jalan yang indah dan membuat kita akhirnya memilih berhenti karena merasa sudah sampai di tujuannya. Kadang, ada yang mendapatkan jalan yang mulus di awal, namun harus terseok-seok di jalan yang terjal kemudian, saat menyadari apa yang terlihat mulus ternyata hanya ilusi.

Tapi, seberapa terjal pun, pada akhirnya setiap orang akan sampai pada tujuannya. Lalu, menoleh lagi ke belakang, ke seluruh jalan yang sudah dilewati sebelumnya dan menerimanya sebagai sebuah cerita kehidupan. Pada akhirnya, setiap orang akan memahami, jalan terjal itu adalah sebuah proses yang membuat kita mensyukuri apa yang kita dapatkan sekarang.

Karen menatap wajah bayi laki-laki di pelukannya. Matanya terpejam setelah lelah menangis. Hidungnya kecil namun mancung. Dia lalu meraih tangan kecilnya dan menyelipkan jarinya ke dalam genggaman tangan kecil itu. Rasanya, tidak ada yang lebih membahagiakan selain melihat malaikat kecil ini berada di pelukannya.

“Sudah tidur, ya?” Suara Bara berbisik saat dia berdiri di daun pintu.

Karen memberikan isyarat pada Bara untuk mendekatinya dengan pelan-pelan. Dia tidak ingin malaikat kecilnya ini terbangun dan menangis lagi. Bara lalu berjalan berjingkat, hingga sampai di dekat tempat tidur, lalu duduk di samping istrinya. Matanya berbinar melihat Arsakha yang sedang tertidur di pelukan Karen. Bayi mungil ini menambah kebahagiaan di antara mereka.

“Ada Ale dan Abimana di depan.” Bisik Bara.

“Oh, ya? Ajak mereka masuk saja.”

“Kamu yakin? Nanti Arsakha bangun?”

“Tidak apa-apa. Aku mau ketemu Ale.”

Mata Bara memicing. “Kamu tidak adil. Tadi saja kamu memintaku mengendap-endap, sekarang kamu malah mengundang Ale masuk.” Dia lalu berjalan keluar kamar dengan wajah cemberut.

Karen menahan tawa melihat reaksi Bara, yang terkadang memang seperti kekanak-kanakan. Tapi, baginya itu menyenangkan. Melihat Bara menjadi dirinya sendiri di depannya.

Tidak lama kemudian, Ale masuk dengan perutnya yang sudah besar karena usia kandungannya yang sudah lebih dari 7 bulan. Bibirnya tersenyum lebar melihat Arsakha.

“Ganteng banget, sih. Nanti kita jodohin anak kita, ya.” Ucap Ale sembari menggendong Arsakha. Dia menatap Karen dan Bara bergantian, sembari berharap akan mendapatkan jawaban iya.

“Kasihan Arsakha punya mertua kaya kamu.” Timpal Bara, yang membuat bibir Ale langsung mencebik. Dia lalu menatap wajah suaminya dengan harapan akan dibela.

“Anak kita juga belum tentu mau punya mertua seperti Bara.” Balas Abimana.

Kompak, mereka langsung tertawa. Arsakha yang tertidur nyenyak langsung bangun dan menangis karena terkejut. Ale langsung mengembalikan Arsakha pada ibunya.

“Kita bicara di luar saja.” Ajak Bara.

“Jam berapa keretamu?” tanya Bara pada Abimana saat mereka menyusuri koridor menuju halaman belakang.

“Ini tadi baru sampai langsung kesini.”

“Pasti Ale yang memaksamu?”

Abimana hanya tertawa, menanggapinya. Baginya, apapun permintaan Ale, akan diikuti tanpa harus dipaksa.

“Aku bertemu Andra tadi.” cerita Abimana. Dia mengatakannya pada Bara karena Ale sedang tidak ada di dekatnya.

“Oh, ya? Dia pasti sudah pindah ke Jogja.” Balas Bara. Dia sudah tahu kalau Andra akan pindah ke Jogjakarta.

“Istrinya juga sedang hamil.” Tambah Abimana.
Bara tersenyum mendengarnya. 

“Semua orang akhirnya bahagia dengan jalannya sendiri-sendiri.” ucapnya, masih dengan senyum mengembang di bibirnya. Dia tahu persis bagaimana cerita hidup masing-masing sebelum akhirnya sampai di titik ini. Dan dia sangat bersyukur ketika akhirnya menjadi seindah ini.

Abimana mengamininya, sembari menatap perempuan yang sedang berjalan ke arahnya dengan senyum mengembang. Tangannya merenggang, siap merangkul istrinya.

“Tau aja, kalau aku pengen dipeluk.” Bisik Ale saat sudah dipelukan Abimana. Dia melingkarkan tangannya di pinggang suaminya sembari menggelayut manja dengan perutnya yang sudah cukup besar. Bibirnya mengulum senyum, begitu juga hatinya yang sedang bahagia. Dia tidak sengaja mendengar pembicaraan Abimana dan Bara tadi. Ternyata, memang benar, Andra-lah yang dilihatnya. Dan laki-laki itu akhirnya menemukan kebahagiaannya sendiri. 

Sebuah cerita yang berawal dengan sedih, akhirnya berubah menjadi cerita bahagia untuk semua orang. Even if it’s not an ending, at least, we are in the happiest part of the story.

_***_

Akhirnya sampai juga di akhir series "Same Sky Different World."
Enggak nyangka karena bisa jadi 4 series. Awal bikin novel itu juga enggak kepikiran kalau akan dibikin series. Tapi, kemudian mikir, sepertinya tiap orang berhak bahagia. Lalu, jadilah 4 series ini.

Terimakasih untuk semua pembaca yang sudah dengan setia membaca atau bahkan menunggu tiap chapter-nya tiap minggu. Kesetiaan kalian yang bikin semangat buat terus menulis.

Series aku tutup sampai di sini, ya. Semoga kalian bahagia dengan cara kalian masing-masing. Karena, kebahagiaan kalian itu bukan datang dari orang lain. Tapi, kalian sendiri yang ciptakan.

Ditunggu cerita-cerita lain selanjutnya.

Love You All.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

A Long Way To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang