Kembalinya Sang Kapten

138 22 10
                                    

Aku up agak cepet kan? 😍
Ini bukan part yg terakhir, jadi ttp ditunggu ya... 😘
Jangan lupa vote ⭐
Klo ada kata2 yg salah, langsung ingatkan ya 🙏
Happy reading...
==============================

Puluhan makhluk berbulu menengadah di depan Manto. Seringai dan gigi-gigi tajamnya seolah menusuk mata takutnya yang kini melotot hampir lari dari kedua pelupuknya.

"A ... am—pun mbah! Tolong jangan halangi saya." pinta laki-laki gemetar itu berusaha untuk bertahan di atas kedua kakinya.

"Grrrh ... tidak semudah itu, Ngger! Dia adalah bagian dari kami. Sebaiknya serahkan perjanjian itu ke tanganku, kalau tidak—kau akan berhadapan dengan kami."

Cammon tertawan di antara para genderuwo di sekelilingnya. Mata birunya menegang, mulutnya bergumam mengatakan sesuatu yang hanya para genderuwo itu tahu.

"Tolong izinkan saya menyelesaikan tugas ini. Maafkan saya dan mbah Subowo kakek moyang saya. Dia telah menerima hukumannya, begitu pun saya, keturunan beliau ke sembilan." mohon Manto dengan suara gemetar menahan ngilu di giginya. Salah satu genderuwo mendekatinya, mulai mengendus badannya, "Kau bisa menjadi ndoro kami, hidupmu akan bahagia selamanya. Kaya seperti kakek buyutmu. Punya harta dan benda—"

"Tidak! Saya tidak memerlukan itu semua. Hidup saya sudah bahagia. Hanya satu permintaan saya, lepaskan dia." sahut Manto dan dengan tegas meminta Cammon dibebaskan.

"Kami hanya ingin dia tetap ada, seperti kami yang abadi. Tubuh manusia telah kami tinggalkan ... tidak ada lagi rasa atau kenangan, kami adalah makhluk penurut dan penagih janji! Bukan hanya kompeni ini yang dulunya adalah manusia, kami—juga sepertinya, maka dia harus tetap di sini." cetus salah satu genderuwo yang mengelilingi Manto.

Entah mengapa Manto merasa semakin tegar dan berani, wajah-wajah mengerikan makhluk astral itu menjadi semakin biasa dalam pandangannya, rasa gemetar dalam dadanya itu tak sedikitpun ia rasakan lagi. Ia bertekad melawan, walau hanya dia lah satu-satunya mnusia di antara mereka.

"Kalian bilang janji harus ditunaikan! Itu sebabnya aku ada di sini, janjiku adalah melepaskan kutukan—tolong, jangan halangi!" Manto berteriak dan  melangkah cepat menuju perapian. Tubuhnya melayang, tangan-tangan berbulu mulai menarik kaki dan tangannya, ia tidak lagi berpijak di tanah!

Suara tawa aneh tiba-tiba menggema di setiap sudut. Semakin lama melengking menyayat hati. Aroma melati dan kembang kanthil menyengat, membuat  Manto kehilangan kesadarannya.

"Siapapun yang menahan Cammon akan berhadapan denganku! Lepaskan dia atau kalian akan bermusuhan dengan para penunggu pantai utara!" pekik seorang wanita pucat berambut panjang yang terbang mengelebat dari satu genderuwo ke genderuwo yang lain.

Seringai penuh ketakutan membayang pada wajah para genderuwo, perlahan mereka mundur dan berkumpul di satu tempat.

"Jangan menghalangi sebuah perjanjian, masa lalu kalian dengan Subowo sudah selesai. Lepaskan anak cucunya! Ini sama sekali bukan urusan para genderuwo seperti kalian, maka pergilah ... dan aku akan diam saja." sergah hantu wanita itu.

Geraman dan pembicaraan dengan bahasa jawa kuno terdengar riuh di tengah kumpulan genderuwo itu, kemudian satu demi satu mereka menghilang.

➰➰➰

"Benarkah kau akan meninggalkanku, Tuan Cammon? Tegakah kau biarkan aku sendirian di sini?"

Wanita berbalut selendang putih itu berada di pelukan Cammon. Membelai pelipisnya hingga ke rahang. Tangisnya mendayu bersamaan dengan geraman sang genderuwo.

Cammon bangkit, menatap wajah pucat Nawang Sun lalu menggenggam tangan dingin wanita itu.

"Terima kasih atas pertolonganmu, waktu kita sudah terlalu panjang, aku lelah dan ingin kembali kepada Tuhanku. Aku harus pulang kepadaNya, tempatku bukan di sini."

Kutukan Cammon VanderbergTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang