Cammon menunggu kedua pengawal Subowo dan mbok Sawitri keluar dari rumah yang mereka gunakan untuk menyekap gadis itu. Rasa penasarannya memuncak, Setelah ketiga orang itu pergi menjauh dan tidak terlihat lagi, dia mulai mencoba mengetuk pintu, supaya gadis yang ada di dalam rumah itu tidak histeris.
Tok …, tok …, tok …!
"Hai ..., bolehkah aku masuk ke dalam?" panggil Cammon selirih-lirihnya di balik pintu.
"Siapa?" tanya gadis itu di dalam.
"Aku tamu Tuan Bowo, namaku Cammon!" jawab Cammon hati-hati.
"Siapa kau? Kalau kau berniat jahat aku akan teriak!" sahut gadis itu terdengar bergetar.
"Aku orang Belanda yang ditemukan di pantai beberapa hari yang lalu, kau tahu? Aku mendengar suaramu berteriak, apa kau membutuhkan pertolongan? Bolehkah aku melihatmu? Kenapa kau disiksa?" cecar Cammon sambil menoleh kiri-kanan memastikan tidak ada yang tahu keberadaannya.
Gadis itu terdiam sesaat, lalu perlahan dia berkata sambil terisak, "kau bisa menolongku, Tuan? Aku bisa mati disini ...."
"Ssttt …, tolong jangan banyak bersuara, aku akan mencari cara masuk ke sana. Bersabarlah!" jawab Cammon dengan mencari-cari jalan masuk.
Ternyata pintu rumah itu hanya dikunci dengan kayu biasa dari luar, namun diikat dengan beberapa rantai besi.
Dengan tangan cekatan, Cammon membuka pintu itu. Setelah terbuka buru-buru dia menutupnya kembali dengan perlahan tanpa melihat dulu siapa yang berada di dalam rumah itu.
"Siapa kau!" sapa gemetar gadis yang diikat di ranjang itu.
Cammon berbalik dari pintu dan matanya menelisik ke arah sumber suara yang baru saja menyapanya. Langkahnya terhenti setelah menatap mata ketakutan seorang gadis yang terikat tali kain di tangannya.
Gadis itu seperti sangat terkejut melihat postur tubuh tinggi dan wajah yang aneh Cammon tersapu cahaya lilin.
"Tenanglah …, kamu pasti mendengar ada orang Belanda yang ditemukan beberapa hari lalu di pantai 'kan? itu aku," terang Cammon.
"Kompeni?" tanya gadis itu agak panik.
"Tenang ..., aku tidak akan menyakitimu! Aku mendengar kau disiksa dan menjerit, lalu aku datang untuk memastikan—"
"Apa kau akan menolongku?" sela Gadis itu memotong perkataan Cammon.
"Siapa namamu? Kenapa kau disekap?"
Cammon mencoba mendekati gadis yang duduk di ranjang itu, dia terlihat pucat dan lemah. Cammon mendekat, dan membuka ikatan kain di tangannya."Terimakasih, Tuan. Namaku Nawang Sin! Bagaimana anda bisa sampai kesini?" jawab gadis itu memperkenalkan dirinya.
"Aku terdampar di sini setelah kapalku karam, aku juga ingin segera pergi dari tempat ini dan kembali ke Batavia," beber Cammon berusaha menceritakan kisahnya.
Merasa bernasib sama, Nawang Sin mendekati pria tinggi besar itu dan memohon perlindungan.
"Tolong …, aku ingin keluar dari rumah ini! Kalau tidak, aku akan diberikan kepada genderuwo," tangis gadis itu mulai terisak.
"Apa itu genderuwo? pelayan itu mengaakan, kau akan menjadi istri tuan Bowo?" tanya Cammon.
"Ndoro Bowo punya pasukan genderuwo yang membantunya bekerja dan mendapatkan hartanya. Dan aku …."
Isak tangis Sin semakin kencang.
"Kumohon tenanglah, kau bisa bicara dengan bisikan!" sentak Cammon sambil membungkukkan badan lalu meletakkan jari telunjuknya di bibir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cammon Vanderberg
TerrorKapten VOC Cammon Vanderberg terdampar di sebuah tempat misterius di pesisir pulau jawa tahun 1770an. Kapal yang dinaikinya tenggelam dan tidak ada yang selamat selain dirinya. Tempatnya terdampar itu dihuni oleh para pemuja pesugihan genderuwo untu...