Hantu Nawang Sun

299 29 4
                                    

Penjaga itu menghadang di depan pintu kamar Cammon dengan sorot mata curiga. Cammon cepat menguasai dirinya untuk tidak terkejut atau mencurigakan. Sapa ramahnya mulai ia lancarkan.

"Selamat malam, Pak penjaga …, maafkan saya masih berada di luar karena saya sedang berjalan-jalan di taman untuk mencari udara segar," ucap Cammon hati-hati.

"Malam sudah sangat larut Tuan Meneer! Anda tidak diperbolehkan berkeliaran karena keadaan sering tidak aman," sergah penjaga satu itu lalu menurunkan tongkat kayunya dari depan pintu kamar Cammon.

"Benar! Lain kali jika anda keluar kamar pada larut malam, anda akan mendapat masalah!" tambah penjaga dua.

"Baik, maafkan saya kali ini …, karena saya tidak tahu peraturannya. Lain kali akan saya patuhi," sambung Cammon.

"Masuklah, Tuan!" perintah penjaga satu.

Cammon mengangguk, "baik!" lalu dia masuk ke kamarnya.

Dengan cepat Cammon masuk ke kamarnya lalu menutup pintu dan bernapas lega, dia duduk di kursi sebelah ranjangnya dan meneguk air di kendi yang dingin bagaikan es.

Cammon berdiri dan berjalan memutari kamarnya, kemudian dia duduk di sisi ranjang lalu mengusap rambutnya dan menarik dengan ujung jari tangan kanannya.  

Pertemuannya dengan Nawang Sin malam ini benar-benar sebuah kebetulan yang aneh. Bagaikan sebuah mimpi ternyata perempuan yang hampir sama telah ia temui di dek kapal Rosewijk sebelum tenggelam.

Perempuan itu adalah saudara kembar Nawang Sin yang telah meninggal setahun yang lalu. Keanehan itu semakin membuat Cammon tidak percaya, bagaimana mungkin dia bisa bertemu dan berbicara dengan hantu hingga membuatnya merinding dan gemetar.

Cammon menggumam berkali-kali di dalam kamarnya yang sangat sepi.

'Jika Nawang Sun telah meninggal dan datang menemuiku di kapal, mungkin saja itu sebuah peringatan, atau …, mungkin tenggelamnya kapal dan pasukanku ada hubungannya dengan itu semua? Ya …, kematian Jacobsz yang aneh! Dia dibunuh! Aku yakin ada sesuatu yang terjadi sebelum kapal Rosewijk tenggelam.'

Suara jangkrik di sekitar kamar mendadak berhenti, kesunyian yang hakiki tanpa sedikitpun suara membuat rumah itu bagaikan tak berpenghuni.

Tib-tiba, suara aneh seperti tangisan dan tawa seorang wanita sayup-sayup terdengar di telinga Cammon, suara itu seperti datang dari jauh kemudian semakin mendekat dan jelas.

'Tuan …, Cammon …, Tuan …'

Cammon semakin merinding mendengar bisikan halus itu, badannya semakin mundur hingga berhenti di ujung ranjang kayu.

Nyanyian tembang-tembang jawa terdengar lirih dan halus, berpadu tawa dan tangisan seorang wanita kembali Cammon dengar dan semakin jelas.

'Cammon …, ojo mlayu … iki aku …'

Lampu minyak jarak itu mendadak mati! Suara riuh tangisan dan tawa itu berhenti. Cahaya bulan purnama masuk ke kamar Cammon melalui celah dinding kayu.

Tembang jawa lirih kembali datang …, sesosok wanita memakai baju putih dengan rambut panjang terurai semakin jelas muncul di pojok kamar itu, badannya bersinar dan melayang dengan mata menyeringai menatap Cammon.

'Pepujanku …, garwaning atiku, Cammon ….'

Cammon terdiam, dia ingat sosok bercahaya dan menari melayang-layang di depan matanya itu. Perempuan yang berada di dek kapal Rosewijk, Nawang Sun!

Jantung Cammon semakin berdetak kencang, meskipun ketakutan sedang menyelimutinya, namun dia memberanikan diri menyapa bayangan gadis itu.

"Nawang Sun! aku tidak takut dengan makhluk sepertimu, jika kau mau menyampaikan sesuatu, katakanlah!" desah Cammon.

Kutukan Cammon VanderbergTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang