Penghuni Terakhir Rumah Subowo

188 24 8
                                    

Redum bumantara bergegas mengganti cerah sang baskara pagi, mencampuri suasana pilu haru upacara penghormatan pasukan kompeni di makam massal para penumpang kapal tenggelam Rosewijk yang terbaring di bawah tanah merah berkerikil di pinggiran pantai.

Sebagian besar mereka adalah pasukan VOC yang sedang bertugas. Beberapa diantaranya saudagar dan keluarganya. Gundukan setra yang telah ditumbuhi beberapa rumput itu mengiris hati Freddy Vos. Ia membayangkan betapa kejadian yang menenggelamkan kapal dan awaknya itu demikian mengerikan. Ingin rasanya mengajak satu-satunya penyintasnya itu bercerita berdua dengannya sambil meneguk minuman  dan begadang sampai pagi.

Senapan diletuskan ke udara. Freddy memimpin pasukannya memberi penghormatan terakhir dengan membangun sedikit monumen dan menuliskan beberapa kata bahwa telah terbaring dengan tenang penumpang kapal Rosewijk di pangkuan Tuhan.

Freddy berjalan gontai menuju pantai, angin meniup sulir-sulir rambutnya yang bersemu coklat, ombak laut jawa yang tenang, menumbuhkan seribu tanya di angannya. Bukankah seharusnya ombak tenang seperti ini tidak membuat kapal itu tenggelam, apa yang menyebabkan kapal terkokoh yang dimiliki kompeni itu porak poranda hingga ke tepian. Dan kenapa hanya Cammon yang ditemukan masih hidup.

Kejanggalan yang Freddy pikirkan semakin membuncahkan penasarannya, bukankah seharusnya banyak yang harus diketahuinya dari Cammon. Bagaimana ia sampai berada di tempat ini dengan selamat.

"Mari kita kembali, Tuan Freddy. Kita harus bersiap." seorang anak buahnya mengajaknya meninggalkan tempat itu. Bergegas Freddy berbalik dan singgah sebentar di gundukan makam yang kini telah ditandai dengan beberapa batu dan tulisan, Freddy menempatkan sekuntum bunga yang ia petik di sekitar makam dan meletakkannya di tengah-tengah pusara. Mulutnya komat-kamit berdoa sebelum ia berjalan kembali bersama teman-temannya ke kediaman Subowo.

***

Nawang Sin mempersiapkan makan malam di dapur bersama mbok Sawitri, terasa ada yang hilang di dapur yang biasanya penuh untaian padi dan bahan-bahan makanan. Para pelayan yang biasanya bekerja di sana telah pergi membawa beberapa isi dapur. Mereka pulang ke desanya masing-masing dengan membawa sisa-sisa harta benda peninggalan Subowo. Tersisa beberapa palawija, sayuran kering dan umbi-umbian.

Pengawal Subowo sebagian telah dibawa oleh pasukan kompeni yang telah kembali lebih dahulu, sebagian lagi melarikan diri dan pulang ke kampung halamannya masing-masing termasuk Sumantri yang pernah membantu Cammon mengantarkan surat.

Rumah Subowo hampir kosong, hanya menunggu waktu saat para pasukan itu pergi. Hanya tinggal mbok Sawitri dan Nawang Sin jika mereka tidak kembali ke kampung halamannya. Namun, tidak ada niat sedikit pun bagi Sin untuk pergi, dia hanya di tempat itu dan menunggu Cammon kembali.

Mbok Sawitri telah membujuk dan merayu gadis malang itu untuk mengikutinya ke kampung halamannya setelah kepergian para pasukan itu, tapi dengan tegas ia menolaknya. Ia bertekad berada di rumah itu dan tidak akan kamana-mana.

Makanan telah ditata di meja panjang ruang makan. Dua puluh pasukan yang tersisa telah duduk dan menunggu Freddy datang. Tiga dukun duduk di meja yang berbeda dengan mbok Sawitri dan membicarakan hal-hal yang harus mereka lakukan ketika melewati hutan itu lagi. Bisa saja mereka akan tersesat saat mencari jalan pulang mengingat begitu lebat hutan yang dipenuhi jalan-jalan terjal dan membingungkan.

Sejurus kemudian laki-laki tampan itu pun datang bersama Nawang Sin. Gadis itu memakai baju kebaya sederhana dengan jarik dengan rambut ore-ore. Sangat cantik membuat semua pasukan di ruangan itu menatap takjub.

Tatapan mereka seperti tidak mau lepas dari pesona kecantikan Nawang Sin yang tidak pernah mereka lihat pada gadis pribumi sebelumnya. Gadis itu benar-benar cantik dengan kulit kuning bersihnya. Dia duduk bersebelahan dengan Freddy yang tampan, sesekali matanya mencuri-curi pandang ke gadis cantik itu, sangat terlihat gelagat cinta terpancar di sana semakin jelas. Ada rasa yang semakin penuh di dada Freddy, seperti sihir yang perlahan membuatnya takhluk menjadi hamba yang segera ingin menyanjung dan mencintai tanpa syarat pada sang pujaan.

"Tuan Freddy kapan kita akan berangkat? Sepertinya besok akan cerah seperti hari ini, sebaiknya kita berangkat besok saja," kata salah satu anggota pasukannya sambil menyantap makanannya.

Freddy terdiam dan menatap lekat gadis di sampingnya, "kita tunda rencana kita kembali besok, masih ada sesuatu yang harus aku lakukan. Aku harus bertemu Cammon sebelum kembali."

"Tapi—tuan Cammon belum tentu akan datang kembali, Tuan. Kita tidak mungkin di sini terus-terusan tanpa tahu sampai kapan."

"Beri aku waktu tiga hari, aku akan menemukannya. Aku pernah bersamannya melalui pelatihan militer di amsterdam. Dia sangat baik kepadaku. Aku menghormatinya dengan sepenuh hatiku. Hanya ingin berbicara dengannya dan mengucap selamat tinggal." jelas Freddy dengan pandangan kosongnya seolah angannya terisi sebuah kenangan yang masih membekas di ingatannya.

Sin menoleh, menatap dalam kedua mata Freddy, tiba-tiba pandangannya kabur, setitik bening keluar dari ujung matanya.

Cekatan tangan Freddy mengelus pipi Sin dan menghapus air mata itu dengan ibu jarinya. Semua yang ada di ruangan itu sedikit terkejut dan melebarkan matanya, senyuman tersungging di ujung bibir mbok Sawitri.

Makan malam itu pun berakhir dan semua pasukan berkumpul di pendopo rumah besar Subowo. Keramaian itu seperti sebuah pesta karena beberapa diantara mereka menemukan tuak yang tersembunyi di salah satu kamar-kamar Subowo.

Sin memasuki kamar tamu yang dulunya ditempati Cammon. Freddy duduk di kursi panjang di bawah jendela, "aku tidak bisa membayangkan tuan Cammon disekap di kamar ini, dia pasti sangat tertekan dan ingin sekali melarikan diri."

"Dia orang yang penuh perhitungan, jika dia mengikuti hatinya tentu sudah berakhir hidupnya di tangan Subowo sejak awal. Dia sangat penyabar dan tidak gegabah."

Freddy tersenyum dan mendekati Sin yang berdiri di samping kayu tiang penyangga kamar itu dan berbisik pelan, "bagaimana dengan tawaranku tadi? Ikutlah bersamaku!"

"Tuan mengulur perjalanan kembali ke tempat tugasmu karena menungguku atau ingin bertemu tuan Cammon? Bukankah tadi di ruang makan tuan menyampaikan ingin bertemu tuan Cammon untuk yang terakhir kalinya."

"Aku ingin izinnya membawamu pergi dari sini. Aku yakin dia akan mengerti dan tidak menahanmu di sini. Aku yakin dia akan rela menyerahkanmu denganku. Aku akan berjanji menjagamu dan membahagiakanmu." ucap Freddy penuh keyakinan.

"Tuan ... kau belum mengenalku dan tidak tahu seberapa dalam cintaku untuk tuan Cammon. Aku mencintainya dan tidak akan meninggalkannya sendirian menjalani kehidupan barunya. Semua itu kesalahanku, wujudnya yang sekarang adalah karena menyelamatkanku." tutur Sin.

Freddy menatap dan berbicara dengan tegas, "Kalau memang benar dia menjadi genderuwo, itu berarti alam kalian sudah beda, Sin. Kamu tidak akan bisa bersamanya dengan dunia yang berbeda."

"Tuan, masih banyak gadis yang jauh lebih cantik dariku, tuan berkulit putih, sepatutnya menikahi wanita berkulit putih pula. Bukankah kami, para wanita pribumi tidak akan bisa menjadi istri kalian, kami hanya akan menjadi gundik simpanan yang tidak ada artinya."

"Tidak semua dari kami melakukan itu, cinta tetaplah cinta. Kami juga manusia yang berbeda prinsip dan kebiasaan. Cinta itu tentang hati, percayalah aku tidak akan mempermainkan wanita secantik dirimu."

"Maafkan aku, Tuan. Pulanglah tanpa membawaku, wanita sepertiku—sangat tidak pantas menerima kebaikan hati Tuan, aku akan bertahan dan menjadi penghuni terakhir rumah ini.  Semoga tuan Freddy menemukan wanita yang tepat suatu saat nanti."

"Kenapa kamu bersikeras? Aku tidak akan membiarkan seorang wanita sendiri di tengah hutan yang berbahaya tanpa siapapun!"

"Tuan pasti akan berubah pikiran saat tahu alasanku yang sebenarnya ...," Sin duduk di ranjang dan menunduk lesu, "aku mengandung anaknya tuan Cammon."

Freddy mengangkat kepalanya menatap langit-langit kamar dan menghembuskan napasnya dengan keras.

⚜⚜⚜

Aku usahakan up cepat tapi apa daya banyak sekali pekerjaan 😊
Maaf jika ada bagian2 yg mungkin belum sempurna krna nanti setelah cerita ini tamat akan kurevisi lagi.

Trimakasih yang sudah vote ⭐


Kutukan Cammon VanderbergTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang