Grrrrh … gerrrh …!!!
"Saya Cammon, datang memenuhi panggilan Ndoro …!"
Suara makhluk tinggi besar dan berbulu mendiamkan jangkrik dan semua hewan malam di ladang, hanya kesunyian yang menyelimuti suasana malam itu. Kedua mata Manto terbuka, dengan sisa-sisa keberaniannya dia bangkit dan menghadapi genderuwo yang berdiri di hadapannya.
Kaki Manto sempat goyah saat melihat makhluk itu bermandikan cahaya bulan, rambut di kepalanya berkibar diterpa angin. Pakaian kapten yang dia pakai seperti menyatu dengan badannya, dan tubuhnya yang tegap dan tinggi membuat Manto harus mendongak saat melihat wajahnya.
"Aku mau tahu! apa maumu! Keman? Jika kau ingin mengabdi kepadaku, kenapa kau lukai anakku?" cecar Manto dengan suara bergetar menahan takut dan mempertahankan keberaniannya untuk tetap berdiri tegap di hadapan makhluk gaib itu.
"Anakmu …, akan baik-baik saja, racun itu tidak akan membunuhnya. Grrrhh... grrhh ...!"
"Apa?" sela Manto, kaget. "Bagaimana kamu bisa tahu anakku akan baik-baik saja?" lanjutnya.
"Ndoro akan tahu setelah bersedia datang ke rumahku ..., akan aku tunjukkan perjanjianku dengan leluhurmu! Dan perjanjian apa yang leluhurmu itu buat dengan para genderuwo untuk memperkaya dirinya. Setelah itu anakmu akan sembuh …." jawab genderuwo itu sambil meraih tangan Manto yang gemetaran.
Sejenak suara jangkrik kembali berbunyi, tonggeret menguing, dan binatang malam lainnya kembali mengadakan pesta malamnya.
***
Manto membuka mata, tiba-tiba dirinya sudah berada di depan pintu sebuah rumah besar yang bukan sekedar bangunan biasa, tapi rumah bergaya arsitektur Belanda yang megah.
Krietttt ....
Pintu terbuka lebar seperti tersihir, Manto berjalan masuk ke sebuah ruangan temaram. Saat kakinya memijak di lantai ruangan itu, cahaya lilin tiba-tiba datang dan memberikan cukup penerangan, membuat mulut Manto menganga kagum. Ia melihat meja panjang dan kursi mewah berjejer di sana. Dinding ruangan itu berhias lukisan-lukisan kuno yang tidak dimengerti olehnya. Seumur hidupnya tidak pernah ia lihat rumah semegah itu.
Tanpa Manto sadari, sihir membawanya semakin melenggang masuk, tatapan Manto dimanjakan oleh keindahan isi rumah itu, gorden mewah menghiasi setiap jendelanya, pernak pernik emas berkilau memantulkan cahaya. Semakin ia berjalan, langkahnya seperti dituntun untuk memasuki sebuah ruangan yang tak kalah besar dengan ruangan yang pertama kali dilihatnya tadi.
Sekali lagi, Manto melihat lukisan dan gambar-gambar aneh.
Matanya menjelajah dan menemukan lukisan besar seorang wanita cantik memakai kemben berwarna biru. Rambutnya tersanggul rapi berhias bunga melati. Bibirnya mengembangkan sedikit senyum selaras dengan kelopak matanya yang sedikit menyipit.
Langkah Manto terhenti di depan sebuah meja besar.
Geraman seekor binatang buas dengan bau aneh terdengar di telinga Manto, entah bagaimana genderuwo itu tiba-tiba telah berada di sana.
"Selamat datang kembali, Ndoro …, ini rumahku. Sesuai perkataanku tadi, aku akan menunjukkan perjanjianku." Suara besar genderuwo itu menggema membangkitkan bulu yang ada di pori-pori kulit Manto.
Kembali laki-laki kurus itu seolah lunglai, hatinya masih bergelut dengan kenyataan dan mimpi. Kadang dia merasa, apakah dirinya sudah gila dan berhalusinasi. Bagaimana jika ia benar-benar telah hilang kewarasan karena mempercayai hal-hal yang tidak masuk akal ini. Untuk membuktikan bahwa ia sedang tidak bermimpi, ia bahkan mencubit kulitnya sendiri, dan apa yang terjadi? Dia meringis kesakitan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cammon Vanderberg
TerrorKapten VOC Cammon Vanderberg terdampar di sebuah tempat misterius di pesisir pulau jawa tahun 1770an. Kapal yang dinaikinya tenggelam dan tidak ada yang selamat selain dirinya. Tempatnya terdampar itu dihuni oleh para pemuja pesugihan genderuwo untu...