Cammon tenggelam dalam pikirannya sendiri, dia berusaha membuat angannya tidak terlalu terlena dengan sesuatu yang dia lihat. Hatinya terus bergumam dan menanyakan hal - hal aneh pada dirinya sendiri.
'Tadi Subowo menawarkan perempuan untuk menemaniku jika aku menginginkannya, tapi aku sudah menolaknya dengan halus. Namun, apa yang terjadi dengan gadis ini? Kenapa dia diperintahkan untuk tidur di kamar tamu? Apakah Subowo sudah tidak menginginkan lagi Nawang Sin dan menyuruhnya untuk datang ke kamarku?'
Disaat pikiran Cammon dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan konyol, sebuah sapaan dari gadis itu membangunkan lamunannya.
"Tuan…! apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Sin.
Cammon mendekati gadis itu lalu bertanya, "Sin, kenapa Tuan Bowo menyuruhmu datang ke sini? Apa permasalahan kalian sudah selesai?"
"Aku hanya meminta waktu untuk mempersiapkan diri, seharusnya malam ini adalah upacara penyerahan tumbal, tapi aku bilang tidak bisa, aku belum siap!" ungkap Sin sedih.
"Yang tidak aku mengerti adalah …, ehm …, kenapa Tuan Bowo menyuruhmu tidur di kamarku?" bisik Cammon ragu.
"Em–ma–af, Tuan. Ndoro tidak menyuruhku seperti itu," jawab Sin tertunduk malu dan tersenyum.
"Lalu?" tanya Cammon melotot.
"Aku …, akan menempati kamar yang sebelah sana, Tuan!" terang Sin sambil menunjuk kamar tamu di seberang kamar Cammon.
"Hah!" Cammon melotot dan menghempaskan tubuhnya di kursi bambu sebelah Sin.
"Apa Tuan mengharapkan sesuatu?" ejek Sin tersenyum simpul.
"Egh …, tidak! Bukan itu maksudku. Aku hanya …, lupakan!" kilah Cammon dengan wajah merah padam.
"Tuan, apa yang dikatakan ndoro Bowo? Apakah kau akan kembali secepatnya?" tanya Sin mengalihkan pembicaraan.
"Tidak Sin, aku ditahan di sini. Entah sampai kapan dan yang aku herankan adalah, sepertinya orang-orang di sekitar tempat ini sudah terbiasa dengan makhluk gaib yang dipelihara Tuan Bowo."
"Itu benar, Tuan Cammon. Kami semua tahu. Termasuk orang tuaku. Ayahku adalah pengikut ndoro Bowo, semua perkataannya dia turuti. Bahkan jika semua anaknya diminta akan dia berikan," ucap Sin sedih.
"Sewaktu aku masih di kapal, kakakmu mengatakan, dia dijual ke mucikari. apakah itu benar?"
"Saya tidak tahu tentang itu, setahuku …, sebelum Sun dibawa ke sini, dia sudah memiliki kekasih. Namun, aku tidak tahu karena dia sangat tertutup." kenang Sin.
"Tadi aku dengar ada upacara tumbal, upacara seperti apa yang—"
"Sstt…, Tuan. Maafkan aku, nanti akan saya ceritakan lagi, sepertinya ada yang mau datang kesini, aku akan masuk ke kamar," bisik Sin lalu mengendap-endap masuk ke kamarnya.
Dua orang pengawal berjalan di depan rumah tamu tempat Cammon berdiri. Mereka memakai pakaian rapi dengan warna yang sama, demikian juga pelayan yang berada di belakangnya. Mereka mengikuti pengawal itu menuju ke suatu tempat.
Suasana rumah Subowo hari ini sangat aneh, terdapat beberapa sesajen yang dipasang di setiap pojok rumahnya.
•••
Malam menjelang, rumah Subowo telah lengang karena hampir semua penghuninya berada di hutan kamboja tidak jauh dari rumah besar itu.
Mereka melakukan ritual pemujaan tiap bulan purnama untuk menyerahkan tumbal dan makanan para genderuwo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cammon Vanderberg
TerrorKapten VOC Cammon Vanderberg terdampar di sebuah tempat misterius di pesisir pulau jawa tahun 1770an. Kapal yang dinaikinya tenggelam dan tidak ada yang selamat selain dirinya. Tempatnya terdampar itu dihuni oleh para pemuja pesugihan genderuwo untu...