Happy reading ...
Dua bulan sejak kepergian pasukan kompeni terakhir yang membawa Freddy dari rumah Subowo menjadikan rumah besar megah itu kembali sunyi bagai tak berpenghuni. Mbok Sawitri masih tidak sampai hati meninggalkan Nawang Sin, istri ke lima Subowo itu sendirian. Perempuan itu masih di sana sampai entah kapan, meskipun sangat ingin ia pergi, tapi selain Nawang Sin alasan lain yang membuatnya bertahan di sana adalah ikatan dirinya dengan tempat itu.
Sin mulai menata diri, menerima kenyataan bahwa ayah dari janin yang kini berada di perutnya tidak akan kembali padanya.
Apakah laki-laki yang pernah ia kagumi itu masih ada, masih manusia atau bahkan telah tiada?
Ratapannya semakin hari ia rasa sia-sia. Ia harus bertahan meski bukan lagi untuk tujuan kesenangannya, melainkan demi masa depan calon bayinya yang akan ia nantikan kehadirannya. Kadang ia sangat rindu, tapi ia hanya mendapatkan harapan palsu belaka.
Cammon tetap tidak datang lagi, meski ia melakukan pencarian di setiap sudut hutan, hingga ... suara kuda meringkik di halaman rumah Subowo yang mulai rimbun ditumbuhi rumput.
"Dia datang, Sin. Dia datang!" teriak mbok Sawitri antusias.
Nawang Sin bergegas bangkit dari amben yang baru saja ia duduki dan melempar sebakul bayam yang baru saja ia siangi. Bayangan wajah Cammon kembali hadir, pasti laki-laki itu telah menjemputnya.
Sin tidak sabar.
Langkah lebar Sin menakhlukkan apapun yang ada di depannya, segera ia ingin sampai di halaman yang mendadak adalah surga yang sedang menantikannya bersama sang pangeran berkuda. Senyum di bibirnya seperti kuntum mawar yang merekah, hatinya bersiap untuk bahagia. Kembang api di dadanya akan segera menggelagar sebentar lagi. Sedikit bayangan kuda putih itu telah nampak di ujung matanya, kebahagiaan itu semakin nyata dan hampir meledak.
Namun, hanya butuh waktu sedetik saja saat ia tahu siapa yang duduk gagah di atas sana.
Pria berkulit putih memakai pakaian bagus dan bersepatu boot. Rambut hitamnya menjuntai di dahi, mata coklatnya menatap dalam seperti menyimpan kerinduan dan keinginan menggebu.
Sin menghentikan langkahnya, menatap mata indah pria itu dan menunduk penuh kekecewaan. Bukan pria yang ia nantikan, bukan ayah dari calon bayinya, tapi seseorang yang tidak pernah ia pikirkan akan datang menemuinya. Freddy Vos!
Pria itu turun dari kudanya, melangkah pelan menghapiri Sin yang semakin menunduk dan meremas jemari kedua tangannya.
Freddy mendekat dan meraih jemari Sin, lalu mendekap tubuh kurus itu dalam pelukannya. "Ikutlah bersamaku ..., tolong jangan menolakku lagi, aku akan menjadi ayah anakmu dan kita akan menjadi orang tua yang bahagia."
Cinta membawa pria putih itu menderapkan kudanya melalui hutan dan bukit terjal. Kekhawatiran akan wanita pujaannya menghabiskan sisa ketakutan dan memilih untuk menjadi pangeran yang menjemput sang putri di rumah menyeramkan di tengah hutan genderuwo. Bisa saja ia menemui bahaya dalam perjalanan, tapi tekadnya mengindahkan segala bayangan itu jauh-jauh.
***
"Terimalah pinangannya, Nduk. Mbok yakin dia laki-laki yang baik. Pikirkanlah anakmu ... kau juga butuh perlindungan, suami yang akan menjadi ayah anakmu.""Apakah menurut Mbok ini keputusan terbaik?"
"Iya."
Sin melepas ikatan rambutnya lalu menyugar dan membiarkannya terurai. Sejak dua hari kedatangan Freddy, seperti ada sedikit rasa lega dalam hatinya, meski bukanlah mimpi yang ia nanti-nantikan ternyata Freddy membuat hatinya sedikit hangat. Kata-kata pria itu tekadang membuat pipinya bersemu merah, apalagi lamarannya yang terucap begitu saja dari mulutnya, "kita akan tinggal di rumah yang nyaman di kota. Membesarkan anak-anak sampai mereka dewasa, dan kita menua bersama. Maukah kau menikah denganku?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kutukan Cammon Vanderberg
HorrorKapten VOC Cammon Vanderberg terdampar di sebuah tempat misterius di pesisir pulau jawa tahun 1770an. Kapal yang dinaikinya tenggelam dan tidak ada yang selamat selain dirinya. Tempatnya terdampar itu dihuni oleh para pemuja pesugihan genderuwo untu...