Cammon Kembali

203 18 18
                                    

Ingsun ( Sujiwo Tejo )

Nunggang roso ngener ing panggayuh
Lunging gadung mrambat krambil gading
Gegondel witing roso pangroso
Nyancang jadi wasanane

Mbrebes mili banyu saking langit
Tibeng kedung lumembak ing pangkon
Anut nyemplung lelakon ngaurip
Cumemplong roso atiku

Candrane wong nglangi
Ing tlogo nirmolo
Candrane kumambang
Ing sendang sumolo

Solan salin slagane manungso
Empan papan sasolah bawane
Esuk sore rino sawengine
Ajur-ajer 'njing kahanan

Candrane wong nglangi
Ing tlogo nirmolo
Candrane kumambang
Ing sendang sumolo

Tan lyan gegondelan
Tarlen mung wit krambil gading

⚜⚜⚜

Pantulan cahaya bulan di telaga, bulat sempurna menyerupai cerminan kehidupan lain terbentuk di bawah gilar-gilar riak air

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pantulan cahaya bulan di telaga, bulat sempurna menyerupai cerminan kehidupan lain terbentuk di bawah gilar-gilar riak air. Lolongan srigala mengeret seperti panggilan ghaib bersahutan. Langgam jawa sayup-sayup mengiringi deritan batang pohon oleh hembusan angin dingin. Gendhing jawa lirih, lembut menyatu iringan gamelan yang semakin mendayu.

Lama—seperti nyanyian doa menjurus rapalan mantra. Kini semakin keras menguasai seluruh hutan dan mendiamkan suara makhluk hidup yang tahu siapa pemilik nyanyian itu.

"Tuan Cammon ...."
Lirih suara lembut, berulang dan memanggil syahdu segenit gundik dan wanita penghibur di pinggir dermaga.

Lalu sesenggukan, menangis sejadi-jadinya dalam jeritan bercampur tawa mengerikan.

"Tuan ... aku tidak ingin engkau begini! Menyusulku dalam hampa duniaku, Tuan Cammon ..., jiwaku tidak akan tenang! Aku bersumpah akan mengikutimu kemanapun kau pergi! Aku temani kau di alam mengerikan ini, Tuan."

Grgrgrggrhhhh ....
Aghrgrrhhh ....

Tubuh berbalut bulu dengan wajah basah dan mata biru. Berdiri mematung di pinggir telaga. Bersiap menerjunkan dirinya masuk di kedalaman telaga yang hitam.

Byurrrr!!!

Ia menjatuhkan dirinya, masuk semakin jauh ke dalam cermin raksasa yang hilang pantulannya ketika gelombang yang berinti sebuah lingkaran besar berusar-usar.

Bayangan itu menghilang, air kembali tenang.

"Kau tidak akan mati! Dengarkan aku, Tuan Cammon!"

Kutukan Cammon VanderbergTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang