20 : Second Exam

2.2K 356 12
                                    

Ponsel Jake berdering, ia pun segera meraih ponselnya.

Ia langsung menjawab setelah melihat nama Ibu terpampang di layar ponselnya. "Halo Ibu"

"Jake, bagaimana dengan persiapan ujian mu nak?" Tanya nya menyahut.

"Ya, semuanya sudah siap, ibu" Jake meraih jaket dan memakainya sambil menjepit ponselnya dengan pipi dan telinga.

"Berjuanglah di ujian keduamu, Jake, ibu selalu mendukungmu. Ingat, kau tidak boleh mengikuti ujian kedua ini dengan perut kosong. Makanlah sebelum ujian dimulai, kau tau sendiri kalau ini adalah ujian fisik, bukan tertulis"

Jake tersenyum seketika. "Ibu tidak perlu khawatir. Aku sudah makan tadi pagi"

Ibu menghela nafas pelan. "Dibanding masalah perut kosong, ibu lebih khawatir apabila kau terluka. Karena, ujian fisikmu menggunakan pedang dan panah"

"Kau tidak perlu khawatir ibu, aku akan berhati-hati. Lagipula mentor ku mengajariku dengan baik"

"Ibu akan membuatkan mu pudding begitu aku dengar kau lolos di ujian fisikmu. Berhati-hatilah nak"

Jake mengangguk tersenyum, namun matanya sudah berkaca-kaca. Ia tidak mengerti, setiap Jake mendengar suara ibunya ia merasa selalu ingin berada di sisinya. "Terima kasih, ibu"

Telepon terputus dan mata Jake memanas namun ia menahan air matanya menetes sementara Eunbi sudah mengelus bahunya.

"Ujian akan dimulai, kita harus bergegas" ujar Eunbi lembut.

Jake memakai jubahnya untuk menutup seluruh badannya agar tidak terkena sinar matahari secara berlebih.

Jake berjalan pelan mengimbangi langkah Eunbi yang masih kesulitan menuju area ujian.

Selang beberapa menit, akhirnya mereka sampai di lapangan akademi yang besar dan luas.

"Aku akan mengantarmu sampai ke barisan para mentor" ujar Jake masih memegangi tangan Eunbi.

"Itu tidak perlu, pergilah ke barisan Jake."

"Tapi noona..."

"Aku baik-baik saja Jake, kau tidak perlu khawatir. Percayalah, aku bisa berjalan sampai sana" sergahnya sambil menatap barisan para mentor.

"Sungguh tidak apa-apa?" Tanya Jake cemas.

Eunbi hanya menggeleng sembari tersenyum kepada Jake. Ia hanya menatap kepergian Eunbi dengan langkah tertatih, apa dia sungguh tidak apa-apa?

Jake menatap pergelangan secarik kertas yang ia ambil sebelumnya. Ia melihat angka 3 digit di sana. Angka 302, ya itulah urutan barisan dalam ujiannya kali ini.

Ia tidak melihat Jay dan Jungwon di barisannya, mungkin mereka di barisan lain.

Jake kembali menatap Eunbi yang masih berjalan dengan hati-hati. Sepertinya ia akan baik-baik saja. Jake mulai melangkah menuju barisannya namun tatapannya masih tak lepas dari Eunbi.

Brugh!

Apa yang ia cemaskan benar-benar terjadi, Eunbi tersungkur di hadapan banyak orang. Jake yang tadinya hampir sampai di barisan akhirnya berbelok ke barisan para mentor untuk menolongnya.

Jake berlari tanpa memperdulikan orang-orang yang sudah menatapnya nanar.

Jake langsung menarik tangan Eunbi untuk berdiri dan menopang tubuhnya.

"Apa kubilang?!" Gumam Jake kesal. "Biarkan aku mengantarmu sampai sana"

"Tapi Jake—"

"Sudahlah!" Sergah Jake setengah berisik.

A Flor de Flor | Sungjake Ver.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang