05. Sunken Smile

3.6K 423 158
                                    

Lamborghini Aventador milik Michael baru saja berhenti, tepat di parkiran rumahnya yang bergaya Eropa. Ia menoleh, menatap Laras yang masih duduk di sampingnya.

Melihat dengan ekor mata, Laras merasa tengokan Michael merupakan isyarat untuk menyuruhnya keluar dari dalam mobil.

"Saya keluar dulu, Tuan. Permisi."

"Pipi sama bibir lo nanti kompres pakai air dingin, biar perihnya bisa hilang. Atau kalau udah gak perih, seenggaknya bisa cepet ngilangin bekasnya."

Laras mengerjap-ngerjap, menatap sandalnya sendiri di bawah. "Baik, Tuan. Terima kasih." Ia mengangguk.

"Hm. Iya."

"Permisi, Tuan. Saya keluar dulu." Pamitnya lagi. Michael hanya mengangguki, sebelum gadis itu membuka sabuk pengaman, membuka pintu mobil, lantas keluar lebih dulu meninggalkan Michael yang masih di mobil.

Sebelum itu, Laras sudah menceritakan semuanya pada Michael di kantin kampus, tentang perseteruannya dengan Jayson pagi tadi. Namun, Michael tidak masalah dikatai brengsek atau sejenisnya. Ia sudah biasa.

Tapi jujur, meski tidak disuarakan, Michael tidak terima ketika tahu Laras harus mendapat tamparan karena membela harga dirinya sebagai wanita dan manusia. Michael itu memang agak tidak jelas. Sedikit-sedikit dia jahat, lalu tiba-tiba dia baik.

🌠⚡🌠⚡🌠

Waktu berlalu, jam 7 malam pun sudah tiba. Malam ini adalah malam dimana Michael mengabulkan permintaan Abigail yang ingin datang ke cafe mahal yang baru dibuka tersebut.

Tidak ada yang mengagetkan. Misalnya segelas Americano yang berharga 50.000. Biasa saja. Sangat murah menurut Michael dan Abigail. Tidak ada harganya, seperti 500 perak.

Padahal satu sachet kopi Kapal Api hitam berukuran sedang hanya 11.000 dan bisa untuk tiga gelas. Ya namanya juga orang kaya.

"Babe." Abigail memanggil, lalu menyuapi dirinya sendiri dengan suapan terakhir dari spicy aglio olio chicken pasta nya.

"Hm." Si pacar menyahut, lalu mengembuskan asap rokok elektrik rasa cokelatnya.

"Mama kamu udah pulang dari Jepang?"

"Belum."

"Udah hampir sebulan, ya?" Tanya Gadis itu lagi.

Michael hanya mengangguk.

Abigail menyeringai getir, "Sama. Papaku juga gak pulang-pulang. Mana Mama kerjaannya keluar rumah terus. Kayaknya Mama punya selingkuhan, deh." Tambahnya tanpa beban.

Michael tersenyum di ujung bibir, lalu menjawab santai, "Bisa jadi, sih."

Ayah Abigail itu tinggal di rumah berbeda sejak 3 tahun lalu. Tepatnya di sebuah rumah dinas yang berlokasi di Koja, Jakarta Utara. Sementara Abigail, tinggal dengan Mama, Kakak dan para pembantunya di Jagakarsa, Jakarta Selatan.

Tidak ikut tinggal di rumah dinas juga sebab lokasi rumah tersebut sangat berjauhan dengan tempat kerja sang Mama.

Michael mendengarkan cerita pacarnya tanpa menatap. Mengembuskan sisa oksidasi vape sambil menatap kosong kaca jendela kafe mewah tersebut.

"Gak jelas ya, By?" Michael tersenyum hambar.

"Apanya?"

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang