Pukul 4 sore, Michael baru saja sampai di apartemennya. Kali ini dirinya ditemani Bang Didi, si ART berusia 37 tahun.
Bang Didi sedang berada di balkon ketika Michael masuk. Ia membiarkan, kemudian berjalan menuju saklar lampu, hendak menyalakan lampu hias mahalnya sebab cuaca sedikit mendung. Awan kelabu bergulung-gulung, sesekali terdengar suara guntur. Tampaknya sang hujan akan turun.
Tidak menyala. Michael menengadah menatap lampunya, "Kok gak nyala, sih?" gumamnya sendiri.
Ia pun berjalan menuju balkon untuk menghampiri Bang Didi yang sedang sibuk menyapu lantai balkon.
"Bang Didi," panggil Michael dari ambang pintu.
Bang Didi menengok. "Eh, Tuan. Udah pulang?" sahutnya ramah.
"Bang Didi, liatin lampu itu, dong." Michael menunjuk lampu gantung ruang tamunya. "Udah aku cetek-cetekkin tapi gak nyala-nyala," keluhnya pada Bang Didi.
Ya ampun, Michael... seorang direktur PT. Saint Resource bahasanya cetek-cetek.
Bang Didi pun menatap serius si lampu gantung, seraya memasuki ruang apartemen menuju ruang tamu tempat lampu tersebut berada. Michael mengekor di belakang.
Kemudian Bang Didi langsung pergi ke saklar, mencoba-cobanya sebagai usaha pertama, namun sebagaimana yang Tuannya katakan, lampu itu tidak menyala.
Lantas Bang Didi berinisiatif untuk mengambil sebuah tangga lipat aluminium yang kebetulan tersedia di apartemen Michael. Yang biasanya dijadikan sebagai alat saat harus mengganti lampu, mengecat tembok, atau meraih sesuatu-sesuatu yang tinggi.
Michael membiarkan saja, ia sibuk di dapur sekarang. Membuka kulkas dan melihat ada kah yang bisa ia seruput atau kunyah? Sedikit bete juga karena Jayson sedikit berulah di kampus tadi. Ia menantang berjudi malam ini.
"Dasar Jayanjing gak tau diri, apes aja sok-sokan," dengusnya kesal di depan kulkas.
Jujur, Michael sudah malas sekali berurusan dengan Jayson. Dan jujur, Michael sudah bosan bermain judi. Bukan karena Michael takut kehabisan uang, tetapi karena keinginannya yang sudah tidak ada. Mungkin Michael sudah bertaubat seperti apa yang selalu Rifky, teman sekelas Michael yang mata duitan itu harapkan.
Ia pun mengeluarkan sekotak besar susu UHT full cream dan sekotak sereal dari dalam kulkas. Meletakkan keduanya di atas meja dapur, lantas membuat sereal sorenya di sana.
Setelah selesai, Michael membawa semangkuk serealnya menuju ruang tamu sebab mau menonton pekerjaan Bang Didi pada si lampu bermasalah tadi.
*PRANG, PRANG
"Aakh!"
Sebuah jerit kesakitan terdengar. Dan 2 detik kemudian, mangkuk yang Michael pegang terjatuh ke lantai, pecah, isinya bertumpahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSTABLE ✔️
FanfictionTentang Michael yang tampan, sombong, pemarah, kasar, dan kaya. Lalu tentang Laras yang cantik, baik, sabar, lembut, dan miskin. Laras hanya pembantu, sementara Michael adalah majikannya. Sebenarnya, Michael yang kasar hanya seonggok manusia rapuh b...