40. Michaelaras

3.4K 266 251
                                    

Masih pagi. Tepatnya pukul 6 lewat sedikit ketika racauan tak jelas sayup-sayup membangunkan tidur lelap milik seorang perempuan cantik.

Ia membuka mata, melihat lelaki yang ada di sebelahnya sedang mengigau. Seperti sedang bercerita, namun pelan dan tak jelas apa yang diucapkan. Terkadang bahasa Indonesia, terkadang bahasa Inggris.

Gadis itu menggenggam pipi kanan sang pria, lalu mengelusnya dengan perasaan. "Sayang, udah pagi, mimpinya udahan dulu," ucapnya lembut sambil tersenyum.

Hangat terasa pada pipi, racauan pelan pemuda itu pun berhenti. Berganti dengan mata yang membuka sedikit demi sedikit.

"Pagi, Dante." Perempuan itu menyapa, lengkap dengan senyuman halus, membuat yang baru terjaga pun ikut tersenyum.

Pemuda itu beringsut, meraih tubuh yang lebih kecil darinya tuk masuk ke dalam dekapan hangatnya.

"Mimpi apa?" tanya wanita muda itu.

Masih sambil memeluk dan terpejam, lelaki itu menjelaskan, "aku mimpi naik perahu di rawa-rawa. Airnya ijo, terus banyak pohonnya, terus ... ada uler mati, tapi kayak terbuat dari busa pelastik, lagi berenang. Gak tau ... gak jelas ...." ujarnya serak dan pelan, sebelum terjadi jeda lama pada kalimatnya.

Gadis itu, Laras, menyadari suaminya terdiam. Sepertinya sang pemuda kembali dibekap kantuk tak dapat berbicara. Laras pun melonggarkan pelukan, mendongak sedikit lantas mendapati sang kekasih kembali tertidur rupanya.

Ia tersenyum, lalu kembali memeluk. Merasakan hangat cinta yang berpadu lembut, menciptakan hawa indah di setiap sudut ruangan yang sejuk.

Semenit kemudian, gadis itu kembali tertidur. Terlalu nyaman dalam peluk. Begitu memanjakan, membuat rileks raga lantas ikut tersapu kantuk.

. . . .

2 jam kemudian.

Benar, sudah pukul 8 pagi sekarang. Tubuh Michael sedikit pegal, sebab berpelukan sejak pukul 6. Mungkin ada pergantian gaya, tapi kembali pada posisi berpelukan.

Sudah jam 8, berarti Michael kesiangan? Tidak, kok. Michael sudah tidak kuliah. Sudah berhasil meraih Strata 1 nya.

Setelah 6 bulan lalu jadian dan langsung memutuskan untuk menikah, Michael dan Laras belum diizinkan. Harus menunggu Michael menjadi sarjana dulu kata Bu Irma. Alhasil, mereka baru bisa menikah 2 minggu lalu setelah Michael lulus 2 bulan lalu. Apa sudah bisa dikalkulasikan? Jangan salah hitung, ya.

"Hoam..." Si laki-laki menguap, kemudian menatap langit-langit kamar sebelum beralih menatap istrinya yang ada dalam dekapan.

Sudah minggu ke-2 dan pemandangan pagi Michael selalu indah. Meski mimpi-mimpi yang disturbing masih sering menghampiri pada malam harinya. Namun ada Laras sebagai mataharinya. Menerangi paginya supaya dapat menjalani hari dengan cerah ceria.

Tak berselang lama, Laras terbangun juga. Sebab Michael tak bisa diam. Balik ke kanan, balik ke kiri, memeluk, melepas, lalu memeluk lagi. Meski dengan gerakan-gerakan yang pelan, tetap saja membuat orang jadi terbangun.

Laras membuka mata. Menatap Michael dengan tatapan setengah sadar namun sudah terbuka sempurna. Tapi ada yang aneh, Laras merasa hangat di daerah inti bawahnya.

"Sayang." Laras mengusap pipi suaminya.

Michael tersenyum, tapi sedikit heran juga. Tatapan, suara, dan sentuhan istrinya terasa sensual.

Masih dalam keadaan bingung, Laras malah pergi ke atas Michael, sedikit menindih, lantas mencuri bibir suaminya untuk dijadikan sarapan pagi.

Michael kian bingung saja, tetapi jantungnya jadi berdebar. Ia tak keberatan membalas ciuman Laras yang entah mengapa begitu tiba-tiba dan sarat akan gairah. Bukan ciuman-ciuman ringan yang sekadar.

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang