19. Red Rose

1.9K 294 133
                                    

⚠️⚠️⚠️WARNING SERIUS⚠️⚠️⚠️
ADEGAN SENSITIF

⚠️SILAHKAN CLOSE JIKA TIDAK NYAMAN. DAN DIMOHON UNTUK TIDAK MEMIKIRKAN, APALAGI MENIRU ADEGAN PADA CHAPTER INI⚠️

.
.
.
.
.
.
.

___________________


Sebuket mawar cantik yang berada dalam plastik transparan tengah Michael tenteng sekarang. Berjalan kaki menuju penginapan, matanya menatap ke langit sesaat, melihat sang surya yang kan segera tenggelam di bawah cakrawala.

Lembayung senja begitu indah, namun tidak dengan hati sang pemuda yang tengah membawa bunga-bunganya. Ponselnya sengaja ia tinggal di kamar penginapan. Tidak ada guna ia membawa, sebab dirinya tak ingin mengangkat atau membalas apapun yang masuk ke sana.

Seperti sebuah film, pikiran-pikiran masa lalu mulai membelenggu benak, menghujam rasa hati dengan deraan nestapa.

Bayang-bayang pertengkaran orangtua yang sering sekali terjadi, lalu Papanya yang kedapatan berselingkuh dan malah memilih selingkuhannya. Lalu Bintang, yang terbunuh di depan matanya.

Dan yang semakin membuatnya hancur adalah mamanya. Mama yang sangat ia sayangi, namun hatinya selalu dibuat sakit setiap mengingat sang Mama selalu memarahi ketika gangguan kecemasannya datang, tidak suka melihat tubuhnya yang gemetar ketakutan, lalu akan menampar ketika emosinya sudah meluap-luap.

Sakit. Sakit sekali. Merasa dirinya sendirian di muka bumi ini. Tidak ada yang mengerti.

Kakinya terus melangkah, dengan pandangan kosong yang tak berarah. Tiba-tiba dirinya dilanda hampa yang tak terkira.

Dan setelah bermenit-menit, Michael sampai di penginapannya 10 pintunya lagi.

Tak langsung menuju kamarnya, Michael malah menuju rumah sang penjaga penginapan. Ia mengetuk pintu, lalu menunggu sang pemilik rumah untuk membukakan pintu seraya melepas maskernya.

Pintu pun terbuka.

"Sore, Bu." Michael tersenyum sopan.

"Ya, sore."

"Saya boleh pinjam pisau sebentar, Bu?"

"Pisau?" Ibu itu mengulangi.

"Iya. Saya mau potong tangkai bunga-bunga saya ini, Bu.. soalnya mau saya taro di dalam vas pendek. Ini tangkainya kepanjangan.." Michael menjelaskan, sembari mengangkat pelastik putih transparan berisi satu buket bunga mawarnya.

Si ibu penjaga penginapan melirik pada plastik yang Michael bawa, lantas dapat melihat jelas satu buket mawar di dalamnya. Ia menatap Michael kembali, lalu tersenyum, "Bentar ya, Mas. Saya ambil dulu di dalem."

"Iya, Bu." Michael tersenyum.

Menunggu beberapa saat, ibu itu kembali keluar dengan sebuah pisau di tangannya.

"Ini, Mas."

"Makasih, Bu."

Setelah itu, Michael pun berlalu, meninggalkan rumah itu menuju kamar penginapannya.

Memasukkan kunci ke dalam lubang kunci, memutarnya, lalu menekan engselnya. Kemudian ia pun masuk, menutup pintu, lalu membuka hoodie, menyisakan kaus lengan pendek berwarna kuning pastel. Selanjutnya, ia meletakkan buket bunga itu bersamaan dengan pisau pinjamannya di atas meja dekat ranjang.

UNSTABLE ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang